azizherwit

Jumat, 22 Februari 2013

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif, atau yang lebih dikenal dalam Bahasa Inggris ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) saat ini banyak dibicarakan, dan diusahakan penangananya salah satunya penanganan yang dilakukan melalui pendidikan disekolah. Gejala gangguan ini banyak ditemukan di dalam proses pembelajaran dimana anak-anak sulit berkonsentrasi terhadap suatu pelajaran dan seringkali berlarian, mengganggu temannya, memainkan semua benda di kelas, dan lain-lain. Namun di dalam masyarakat umumnya, anak-anak seperti itu dianggap sebagai anak-anak nakal dan sering kali mereka dikenai hukuman. Padahal, mereka hanya tidak mampu terlalu lama berkonsentrasi terhadap tugas yang diberikan kepada mereka, tidak mempunyai perhatian yang menetap terhadap pekerjaannya sehari-hari, dan mudah sekali teralih perhatiannya pada yang lain sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti perintah dan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif ini merupakan hambatan dalam perkembangan anak dan proses pembelajarannya. Oleh karenanya, berbagai terapi klinis pengobatan terhadap anak-anak penderita ADHD telah dilakukan untuk membantu mengurangkan kecenderungan hiperaktif dan gangguan konsentrasi. Selain itu, metode pembelajaran khusus juga perlu diterapkan untuk menangani permasalahan yang muncul di dalam kelas supaya tidak menghambat pembelajaran anak dan teman-temannya. Mengingat banyak kasus ADHD di lingkungan sekitar kita, kami mengangkat tema ADHD sebagai tema makalah kami.

B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.    Apakah yang dimaksud dengan ADHD?
2.    Apa penyebab terjadinya gangguan ADHD?
3.    Bagaimana cara mengidentifikasi ADHD?
4.    Apa saja kebutuhan khusus yang diperlukan oleh penderita ADHD?
5.    Apa saja hambatan belajar yang timbul karena gangguan ADHD?

C.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1.    Mengetahui pengertian ADHD.
2.    Mengetahui penyebab terjadinya ADHD.
3.    Mengetahui cara mengidentifikasi gejala ADHD.
4.    Mengetahui kebutuhan khusus yang diperlukan oleh penderita ADHD.
5.    Mengetahui berbagai hambatan belajar  yang timbul karena gangguan ADHD.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian ADHD
          ADHD (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, / Hyperactivity = hiperaktif, Disorder = gangguan). Jadi, jika diartikan secara bahasa ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Dan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi IV disebut gangguan pemusatan perhatian / hiperaktivitas (American Psychiatric Association, 1994).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan. (wikipedia)
          Gangguan perilaku tersebut pada tahun 1863 pertama kali dideskripsikan oleh seorang dokter (neurolog) bernama Heinrich Hoffman sebagai berikut : “sebagai anak yang selalu bergerak, tidak pernah berhenti, walaupun telah ditegur oleh ayah dan ibunya, seolah-olah ia tidak mendengar nasehat orang tuanya, anggota tubuhnya tidak pernah bisa diam, berputar kesana kemari, naik-turun kursi dan meja, tiada hentinya tanpa mempedulikan sekitarnya, sehingga orang tuanya tidak dapat menahan diri lagi melihat keadaan anaknya seperti itu”. Hoffman memberi julukan kepada anak ini : Fidgety Phil, “Phil yang tidak bisa diam”.
ADHD biasanya mulai timbul pada usia 3 tahun, namun pada umumnya baru terdeteksi setelah anak duduk di sekolah dasar, dimana situasi belajar yang formal menuntut pola perilaku yang terkendali termasuk pemusatan perhatian dan konsentrasi yang baik. Ciri utama yang bisa dilihat yakni adanya kecenderungan untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain tanpa dapat mengerjakan suatu tugas yang menuntut keterlibatan kognitif, serta tampak adanya aktivitas yang tidak beraturan, berlebihan dan mengacau.
B.  Penyebab ADHD
Gangguan perilaku pada anak adalah akibat dari kombinasi antara faktor alami (nature), dengan faktor bawaan dan lingkungan (nurture). Faktor nature meliputi faktor genetik, gangguan biologik yang diperoleh sejak saat anak dalam kandungan dan pada waktu lahir. Faktor nurture nya adalah pengalaman psikoedukatif dan psikososial yang diperoleh setelah anak lahir, yang meliputi pola asuh, pendidikan, nutrisi, kondisi lingkungan, teman sebaya, serta nilai sosial dan budaya. Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1.    Faktor Genetik
Hier (1980) menunjukkan adanya hubungan antara faktor dan penyebab ADHD, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan kromosom Y (XYY) yang menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas yang menyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Pada fragile X syndrome, yaitu nama untuk kondisi dimana terdapat X kromosom pada lokasi Q27 rapuh, juga dihubungkan dengan kejadian gejala ADHD, meskipun sebagian besar penderita gangguan ini mengalami retardasi mental. Gangguan ini juga bisa diakibatkan adanya cacat genetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan menggambar ulang. Belum ada yang dapat membuktikan bahwa penyebab gangguan ini adalah adanya kromosom abnormal (Barkley, 1998).

2.    Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Faktor neurologik yang mempengaruhi ADHD yang pertama kali diterima secara luas yaitu merupakan penemuan dari Laufer, Denhoff, dan Solomons (1957), yaitu didapatkan sipke wave pada stimulasi fotik pada pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) anak ADHD. Kondisi ini disebut sebagai over arousal  yang disebabkan oleh disfungsi diensrfalon. Knobel, Wolman dan Manson (1959) berpendapat hyperarousal korteks otak merupakan sumber terjadinya tingkah laku hiperaktif yang ditunjukkan oleh penderita.
Douglas (19972, 1979) dan Kinsbourne (1984) menolak teori overarousal, penelitian mereka menunjukkan bahwa gangguan ini terjadi akibat oleh defisit sustain attention.
Satterfield dan kawan-kawan berpendapat bahwa teori underarousal sebagai dasar terjadinya hiperaktivitas. Mereka berperndapat bahwa peningkatan aktivitas motorik pada ADHD adalah akibat dari bangkitan eksitasi yang rendah pada recular activating system, dan usaha untuk meningkatkan masukan propioseptif dan exteroseptif (Satterfield et al., 1972, 1974; Satterfield dan Dawson, 1971).
3.    Faktor Neurotransmitter
Sampai saat ini dari hasil berbagai penelitian belum dapat dipastikan bahwa ADHD secara primer disebabkan oleh gangguan pada neurokimiawi dalam otak, atau perubahan neurotransmiter dan interaksi timbul sebagai akibat perubahan tingkah laku. Namun, dari hasi beberapa penelitian genetika molekuler terakhir didapatkan gen untuk reseptor dopamin D4 (DRD 4) pada resptor di celah pascasinaptik yang menimbulkan aktivasi dopamin.
Berbagai penelitian farmakologi tiga dekade yang lalu memporeleh sejumlah stimulator dopamin pada reseptor pascasinaptik (piribidel, amantadine, L-Dopa) yang memberi pengaruh secara menyeluruh pada seluruh sistem dopamin, tetapi ketika diberikan kepada anak ADHD tidak memberikan hasil perbaikan klinis secara bermakna.

4.    Faktor Psikososial
Willis & Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu dan pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari manajemen pengasuhan orang tua yang buruk (Willis & Lovaas, 1977). Berbagai penelitian juga menunjukan adanya pengaruh faktor lingkungan tehadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi yang berlebihan oleh orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada orangtua (Carlson, Jacobvits & Sroufe, 1995; Brakley, 1998)
Berdasarkan temuan hasil penelitian sampai saat ini belum dapat diidentifikasi penyebab utama ADHD. Namun, berbagai faktor berperan terhadap patogenesis gangguan ini. Diantara berbagai faktor tersebut faktor biomedik memegang peran utama, khususnya faktor genetik yang berpengaruh pada patofisiologi ADHD. Faktor psikososial berpengaruh terhadap perjalanan penyakit dan prognosis atau hasil daari ganguan ini. Kondisi psikososial yang buruk berpengaruh kuat terhadap interaksi anak dan orangtua, hal ini mengakibatkan hasil dan prognosis gangguan ini menjadi buruk sehingga masalah psikososial yang timbul akibat gangguan ini makin kompleks.
Kondisi psikososial di Indonesia berbeda dengan negara barat. Hal ini terjadi karena perbedaan norma dan budaya. Terdapat kecenderungan orangtua dan guru di Indonesia lebih menitikberatkan pada akibat atau kegagalan yang ditimbulkan oleh tingkah laku anak yang menderita ADHD, khususnya kegagalan mencapai prestasi akademik. Di Indonesia akses kriminal lebih sedikit dibandingkan negara barat. Berdasar hal tersebut terdapat kemungkinan bahwa perjalanan penyakit, prognosis, atau hasil dari gangguan ini, kualitasnya berbeda dari hasil yang diteliti di negara barat.
Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa ADHD disebabkan oleh epidemi encephatalis (peradangan otak) yang menyebar keseluruh dunia yang terjadi sejak 1917-1926. bagi anak yang bertahan hidup, hal itu dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku, termasuk mudah marah, perhatian yang lemah, dan hiperaktif. Anak-anak yang mengalami trauma kelahiran, luka di bagian otak, atau mengalami keracunan memperlihatkan tingkah laku yang diberi nama ‘brain injured child syndrome’ yang terkadang dikaitkan dengan keterbelakangan mental.

C.  Identifikasi ADHD
Ciri utama dari ADHD yakni : gangguan pemusatan perhatian (inattention), ganggguan pengendalian diri (Impulsivitas), dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas). Berikut penjelasannya :
a.    Inattension
Mereka kesulitan dalam memusatkan perhatian. Sangat mudah teralihkan oleh rangsang yang tiba-tiba diterima oleh alat indra nya atau oleh perasaan yang ada saat itu. Sehingga mereka cenderung mengalamai kesulitan dalam mengerjakan tugas dalam waktu lama.
b.    Implusivitas
Yang dimaksud disini adalah suatu gangguan yang tergambar dalam perilaku yang tidak disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga cepat bereaksi. Mereka sulit untuk menetukan prioritas, sulit membuat pertimbangan atau memikirkan perilaku mana yang akan mereka tunjukkan terlebih dahulu.
c.    Hiperaktivitas
           Hiperaktivitas adalah gerakan yang berlebihan melebihi gerakan umum yang dilakukan oleh anak-anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak bergerak dan sulit ditenangkan. Perilaku hiperaktif cenderung tampak tidak bertujuan. Mereka mengalami kesulitan dalam mengontrol aktivitas motoriknya. Mereka bergerak terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan memusatkan perhatian.
Selain sikap tidak perhatian, hiperaktif dan impulsif, siswa yang diidentifikasi mengalami ADHD juga memperlihatkan karakteristik-karakteristik berikut ini :
1.    Imajinasi dan kretativitas luar biasa
2.    Kesulitan dalam pemrosesan kognitif dan prestasi sekolah yang buruk
3.    Masalah perilaku di kelas (misalnya mengganggu, tidak menaati aturan )
4.    Kesulitan menafsirkan dan menganalisis berbagai situasi sosial
5.    Memperlihatkan reaksi emosional yang lebih besar (seperti mudah tergugah, sikap bermusuhan ) dalam berinteraksi dengan teman-teman sebaya.
6.    Jarang sekali menjalin hubungan pertemanan, kadangkala mendapat penolakan yang seketika dari teman-teman sebaya.
7.    Memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengkonsumsi tembakau dan alkohol di masa remaja.
ADHD memiliki suatu pola yang menetap dari kurangnya perhatian dan atau hiperaktivitas yang lebih sering dan lebih berat bila dibandingkan dengan anak lain pada taraf perkembangan yang sama. Biasanya kondisi ini menetap selama masa bersekolah dan bahkan sampai usia dewasa, walaupun sekitar 30-40% dari kelainan ini lambat laun menunjukkan perbaikan dalam perhatian dan kegiatannya, biasanya didapatkan ciri-ciri ADHD ini pada dua atau lebih situasi yang berbeda seperti di rumah, di sekolah dan di tempat kerja. Kondisi ini jika dibiarkan akan berdampak pada prestasinya di sekolah. Anak tidak dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kemampuannya, ataupun mengalami kesulitan belajar. Akibat lain anak tidak dapat naik kelas dan cukup kemungkinan untuk drop out dari sekolah dengan segala permasalahan yang akan timbul.        
Untuk melakukan identifikasi ADHD dapat digunakan pedoman yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Assosiation, yang menerapkan kriteria untuk menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition tahun 2005) sebagai berikut :
1. Kurang perhatian
a.    seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya,
b.    seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain,
c.    seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung,
d.    seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi clan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan,atau tugas di tempat kerja (bukan disebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi),
e.    seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan,
f.     seringkali kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan, misalnya kehilangan permainan, kehilangan tugas sekolah, kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lain,
g.    seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah,
h.    seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan
i.      seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik yang diperlihatkan oleh anak yang menderita ADHD, mereka dapat didiagnosis sebagai :
1.    ADHD dengan kurang perhatian yang lebih menonjol
2.    ADHD dengan hiperaktivitas/impulsivitas yang lebih menonjol
3.    ADHD dengan kurang perhatian dan hiperaktivitas/impulsivitas

D.  Kebutuhan khusus ADHD
Pertumbuhan dan perkembangan individu menuntut ia untuk mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk bersosialisasi di masyarakat. Proses sosialisasi disini membutuhkan keterampilan dalam mengendalikan dorongan-dorongan emosional agar bisa menyelaraskan diri terhadap lingkungan. Karena itu terdapat beberapa hal yang dibutuhkan unuk anak ADHD ini yaitu berkaitan dengan pengendalian diri dan kebutuhannya untuk belajar.
Pertama, kebutuhan pengendalian diri. Hal ini merupakan usaha untuk mengurangi atau menghilangkan hyperaktivitas, meningkatkan rentang perhatian, dan pengendalian implusivitas. Karenanya, berikut merupakan kebutuhan yang di butuhkan oleh anak ADHD :
a.    Rutinitas, struktur, dan konsistensi
Untuk terpenuhinya hal ini, dibutuhkan jadwal dalam bentuk visual yang jelas dan ditempelkan di tempat yang mudah terlihat. Jika terjadi perubahan-perubahan, maka beritahu anak sebelumnya. Buat peraturan yang jelas, beri reward jika anak melakukan hal-hal positif, dan tetapkan konsekuensi apabila terjadi pelanggaran. Jalankan peraturan secara konsisten agar anak tidak bingung.
b.    Fokusan pada hal-hal positif
Beri perhatian lebih pada keunggulan anak atas tindakan-tindakan positif yang dilakukan anak. Hal ini agar dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Perhatikan aktivitas-aktivitas yang disukai anak dan kembangkan agar dapat menjadi sesuatu yang dibanggakan.
c.    Penjelasan yang sederhana dan singkat
Agar anak dapat memahami apa yang disampaikan dengan baik, maka sampaikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana, singkat dan jelas. Pastikan anak benar-benar memperhatikan saat diberi penjelasan.
d.    Hindari argumentasi dan eskalasi
Untuk menghindari konflik, maka hindari argumenasi. Yang terpenting adalah beri penjelasan secara singkat dan jelas kepada anak, jika terjadi protes maka abaikan saja, karena hanya akan menimbulkan argumentasi dengan anak.
e.    Abaikan hal-hal yang tidak penting
Kita  perlu  menyadari  bahwa  anak  ADHD  tidak  mungkin  dituntut  untuk berperilaku  teratur  dan  selalu  menaati  norma-norma  sosial.    Buatlah  daftar tentang  tingkah  laku  yang  menjadi  prioritas  dalam  kehidupan  anak, misalnya  mampu  menghindarkan  diri  dari  bahaya,  tidak  bertindak  agresif, mengerjakan  tugas  sebaik  mungkin.    Hal-hal  lain  yang  tidak  menjadi  prioritas sebaiknya tidak terlalu dijadikan masalah sehingga anak tidak frustasi.
Kedua, kebutuhan belajar. Anak ADHD membutuhkan pengembangan diri melalui belajar. Namun, pemenuhan kebutuhan belajar pada anak ADHD tidak semulus pada anak umumnya karena hambatan yang dialaminya sehingga perlu bantuan yang dirancang secara khusus agar anak bisa belajar secara optimal. Secara umum, potensi kecerdasan anak ADHD relatif baik, bahkan sama seperti anak pada umumnya.
Untuk memenuhi kebutuhan belajar anak ADHD dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih, serta ketangguhan, kesungguhan, dan kesabaran dalam membantu anak belajar. Penting bagi orang tua dan guru bekerjasama dan mencari cara-cara terbaik untuk memilih strategi belajar yang sesuai bagi anak.
Kegagalan dalam belajar pada anak ADHD lebih disebabkan karena anak mengalami kesulitan mengendalikan diri dan dorongan-dorongan emosional yang muncul, seperti keluar dari tempat duduk, tindakan impulsivitas yang sering mengganggu lingkungan belajar di kelas sehingga anak dijauhi atau diasingkan oleh teman-temannya.
Lingkungan yang tenang, kondusif, dan terkendali dibutuhkan anak dalam belajar. Pengelolaan kelas dengan memperhatikan keberagaman peserta didik, jika dapat diterapkan secara konsisten dan konsekuen akan dapat membantu menciptakan suasana yang memungkinkan semua anak dapat belajar.
E.  Hambatan belajar
Beberapa masalah perilaku yang muncul yang menghambat proses belajar pada anak ADHD dapat digambarkan sebagai berikut :
a.    Aktivitas motorik yang berlebihan
Masalah motorik pada anak ini disebabkan karena kesulitan mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat membedakan kegiatan yang penting dan yang tidak penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan memusatkan perhatian. Aktivitas motorik berlebihan ini, seperi jalan-jalan di kelas atau bertindak berlebihan.
b.    Menjawab tanpa ditaya
Anak tidak dapat mengendalikan dirinya untuk berespon secara tepat. Mereka sangat dikuasai perasaannya sehingga cepat bereaksi , sulit untuk mempertimbangkan terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya. Contoh, ketika menyeberang jalan tanpa melihat dahulu ke kiri dan kanan, Sering memanjat,  melompat dari ketinggian berbahaya untuk ukurannya dan lain sebagainya.
Impulsivitas ini muncul pula dalam keadaan verbal. Mereka berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu, tidak memperhitungkan bagaimana perasaan orang lain yang mendengarnya. Bentuk lain impulsivitas anak, seperti tidak sabaran, kurang mampu menunda keinginan, dan cepat marah jika orang lain melakukan sesuatu di luar keinginannya.
c.    Menghindari tugas
Masalah ini muncul karena anak merasa cepat bosan, sekalipun tugasnya menarik. Tugas-tugas belajar kemungkinan sulit dikerjakan karena anak mengalami hambatan menyesuaikan diri terhadap tugas yang dihadapinya. Akibatnya timbulah rasa frustrasi dan mengakibatkan motivasi pada anak menurun.
d.    Kurang perhatian
Kesulitan dalam mendengar, mengikuti arahan, dan memberikan perhatian merupakan masalah umum pada anak-anak ini. Hal ini diakibatkan oleh kemampuan perhatiannya yang buruk. Dan ini sangat menghambat proses belajar. Anak ADHD mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian, cenderung melamun, kurang motivasi, dan sulit mengikuti intruksi. Mereka sering menunda tugas yang diterima dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya karena fokusnya yang mudah teralihkan.
e.    Tugas yang tidak diselesaikan
Anak ADHD seringkali mengabaikan tugas. Sekali ia mengembangkan pola belajar yang jelek di sekolah maupun di rumah, pola-pola tersebut akan terjadi pula di tempat lain.
Masalah berhubungan dengan penghargaan terhadap waktu, frustrasi terhadap tugas, dan berbagai sikap yang merusak. Dengan membangun kebiasaan yang baik secara konsisten merupakan langkah yang penting agar tugas dapat terselesaikan. Harus diingat bahwa anak-anak ini mengalami masalah dalam perencanaan, penataan dan perkiraan waktu.
f.     Bingung akan arahan-arahan
Pangkal masalah ini adalah perhatian. Ketika perhatian terpecah selama kegiatan pembelajaran, terjadi proses kebingungan dalam memproses informasi, sehingga informasi yang diterima tidak utuh. Anak ADHD juga mengalami kesulitan dalam mengingat informasi yang baru didapat untuk jangka waktu yang pendek.
g.    Disorganisasi
Pada umumnya anak-anak ini mengalami disorganisasi, implusif, ceroboh dan terburu-buru dalam melakukan tugas yang mengakibatkan pekerjaan acak-acakan, bingung dan seringkali lupa pada bagian tugas.
Mereka kurang dapat memperhatikan atau menimbang jawaban yang tepat sehingga mengakibatkan nilai yang diperoleh menjadi di bawah rata-rata kelas.
h.    Tulisan yang jelek
Anak ADHD seringkali memiliki tulisan yang jelek, hal ini diakibatkan karena masalah aktivitas motorik dan sikap impulsif yang terburu-buru. Masalah ini juga erat kaitannya dengan masalah koordinasi motorik yang mempengaruhi keterampilan motorik kasar dan halus atau koordinasi mata dan tangan.
i.      Masalah-masalah sosial
Meskipun masalah dalam hubungan teman sebaya tidak ditemukan pada semua anak-anak ini, namun kecenderungan impulsif, kesulitan menguasai diri sendiri, serta toleransi rasa frustasi yang rendah, tidaklah mengherankan jika sebagian anak mempunyai masalah dalam kehidupan sosial, kesulitan bermain dengan aturan, dan aktivitas lainnya yang tidak hanya terbatas di sekolah saja tetapi di lingkungan sosial lainnya.
j.     Gangguan dalam kestabilan emosi
Anak ADHD menampakkan pula perilaku sangat labil dalam menentukan derajat suasana hati dari sedih ke gembira. Stimulus yang menyenangkan akan menyebabkan kegembiraan yang berlebihan, sedang rangsang yang tidak menyenangkan akan memunculkan kemarahan yang besar. Anak seringkali marah hanya disebabkan oleh faktor pemicu yang sepele. Mereka juga cenderung mengalami masalah untuk merasakan kegembiraan.
F.    Hambatan belajar dan prestasi yang rendah
Hambatan belajar yang dialami seperti disebutkan di atas menyebabkan anak tidak dapat mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik, yang berakibat anak menderita kesulitan belajar dan prestasi belajarnya menurun. Hal ini dapat diperberat dengan adanya masalah dalam membuat Pekerjaan Rumah (PR), yang merupakan sumber konflik terbesar antara anak ADHD
Beberapa kesulitan anak ADHD dalam menyelesaikan PR antara lain sebagaimana yang dikemukakan oleh orang tua anak ADHD (Sidhi, 2006) sebagai berikut:
·         Ia tidak menulis tugas yang diberikan. Akibatnya, ia lupa apa yang harus dikerjakan.
·         Ia mencatat tugas yang diberikan tetapi tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
·         Jika ia mengerti tugas-tugasnya dan mencatatnya, ia lupa meletakkan (menuliskan) di buku mana.
·         Di rumah, ia menunda-nunda selama mungkin dalam membuat PR, baru dikerjakan kalau sudah diomeli dan diancam orang tua.
·         Pada waktu telah duduk di bangku untuk membuat PR, ia melamun, memainkan benda-benda dan mencoreng-coreng PR. Supervisi terus menerus dibutuhkan supaya ia menekuni pekerjaannya.
·         Bahkan pada waktu ia telah menyelesaikan pekerjaannya, ia lupa untuk menyerahkannya.
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa hambatan yang dialami anak ADHD mempunyai pengaruh yang luas tidak hanya terbatas hambatan belajar akan tetapi juga terhadap kelangsung pendidikannya. Hal ini jika tidak mendapatkan penanganan sesuai kebutuhannya, maka akan menambah deretan panjang anak yang mengalami kegagalan mengikuti pendidikan.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan. Ciri utama dari ADHD yakni : gangguan pemusatan perhatian (inattention), ganggguan pengendalian diri (Impulsifitas), dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas).
Gangguan perilaku pada anak adalah akibat dari kombinasi antara faktor alami (nature), dengan faktor bawaan dan lingkungan (nurture). Faktor nature meliputi faktor genetik, gangguan biologik yang diperoleh sejak saat anak dalam kandungan dan pada waktu lahir. Faktor nurturenya adalah pengalaman psikoedukatif dan psikososial yang diperoleh setelah anak lahir, yang meliputi pola asuh, pendidikan, nutrisi, kondisi lingkungan, teman sebaya, serta nilai sosial dan budaya.
Untuk memenuhi kebutuhan belajar anak ADHD dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih, serta ketangguhan, kesungguhan, dan kesabaran dalam membantu anak belajar dan memusatkan perhatian. Penting bagi orang tua dan guru bekerjasama dan mencari cara-cara terbaik untuk memilih strategi belajar yang sesuai bagi anak.
Kegagalan dalam belajar pada anak ADHD lebih disebabkan karena anak mengalami kesulitan mengendalikan diri dan dorongan-dorongan emosional yang muncul, seperti keluar dari tempat duduk, tindakan impulsivitas yang sering mengganggu lingkungan belajar di kelas sehingga anak dijauhi atau diasingkan oleh teman-temannya.


B.   Saran
1.    Bagi Sekolah
Setelah mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan ADHD, hendaknya pihak sekolah dan tenaga pengajar dapat mengetahui dan mendiagnosis gejala-gejala ADHD ini pada anak-anak sejak awal supaya dapat langsung diberikan penanganan khusus baik dalam pembelajarannya maupun terapinya. Pengaturan kondisi kelas yang tenang dan sedikit stimulus diperlukan supaya anak-anak penderita ADHD dapat lebih mudah memusatkan perhatian terhadap tugas yang diberikan. Pemberian instruksi yang jelas dan pendampingan perlu dilakukan untuk mengarahkan siswa dalam berkonsentrasi dan mandiri.
2.    Bagi Orangtua
Bagi orangtua yang mempunyai anak yang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan hiperaktif, hendaknya memberikan perhatian lebih terhadap perkembangan anak dan mendukung dan membimbing anak dalam terapi dan pembelajarannya. Dengan perhatian dan dukungan penuh dari orang tua, proses pembelajaran anak dalam meningkatkan daya konsentrasinya dapat lebih efektif dan anak dapat berkembang lebih baik lagi.
3.    Bagi Mahasiswa dan Masyarakat
Dengan mengetahui adanya gangguan kesulitan berkonsentrasi disertai dengan hiperaktivitas pada anak ini, hendaknya mahasiswa dapat mempelajari hal yang bersangkutan secara mendalam sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat. Peranan masyarakat diperlukan dalam mendukung dan membentuk kondisi sosial yang baik dan kondusif untuk anak.





DAFTAR PUSTAKA


Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika

Saputro, Dwigjo. 2009. ADHD (Attention Deficit/Hiperactivity Disorder). Jakarta : Sagung Seto

Ormrod, Jeane Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Sugiarmin, Mohamad. 2007. Bahan Ajar Anak Dengan ADHD. Jurnal PLB