azizherwit

Rabu, 27 Maret 2013

PSIKOLOGI KESEHATAN, NEUROPSIKOLOGI, PSIKOFARMAKOLOGI



PSIKOLOGI KESEHATAN
A.   Latar Belakang
            Sejak dahulu, masalah mind-body problem (masalah pikiran dan tubuh) selalu menjadi pembicaraan yang menarik dan menimbulkan banyak perdebatan. Ada yang berpendapat bahwa pikiran mempengaruhi tubuh dan begitu pula sebaliknya. Di lain pihak, klaim bahwa pikiran dan tubuh merupakan dualisme, yaitu hal yang terpisah dan tidak saling berkaitan juga santer dikemukakan.
            Berbicara tentang pikiran dan tubuh tentu sangat berhubungan dengan psikologi kesehatan. Apa itu psikologi kesehatan atau health psychology? Sebelum berbicara psikologi kesehatan, kita harus tahu dulu salah satu kata penyusun kalimat tersebut, yaitu kesehatan. Kesehatan secara negative dapat diartikan sebagai ketiadaan tanda-tanda sakit, penyakit, malfungsi, atau cedera badaniah (Birren dan Zarit, 1985). Dan secara positif dapat diartikan sebagai keberadaan kesejahteraan, kekuatan dalam tubuh dan pikiran, kualitas hidup yang baik, dan kebiasaan kebiasaan yang mendukung kesehatan itu sendiri.
            Dewasa ini, dalam menentukan sakit tidaknya seseorang tidak semudah yang kita bayangkan, karena banyak faktor yang mempengaruhi dan terlibat di dalamnya. Banyak orang berpendapat bahwa sehat tidaknya seseorang itu ditentukan oleh biologisnya. Tetapi kenyataannya tidak hanya itu saja, bagaimana orang mempersepsikan dirinya sendiri dan kemampuannya juga penting. Banyak orang yang merasa dirinya sakit padahal tidak, di lain pihak banyak pula orang yang memiliki kekuatan mental untuk melawan keadaan fisiologis bahwa ia sakit. Ranah psikologi kesehatan adalah tempat dimana faktor-faktor subjektif dan gaya hidup dalam penetapan sehat dan sakit berada.
            Lantas apa sebenarnya psikologi kesehatan itu? Rodin dan Stone (1987) berpendapat bahwa psikologi kesehatan  ialah semua aspek psikologi yang berhubungan dengan pengalaman sehat dan sakit serta perilaku yang memengaruhi status kesehatan. Ini termasuk penelitian dasar tentang berbagai mekanisme fisiologis yang mengaitkan berbagai kejadian lingkungan dengan hasil-hasil kesehatan, termasuk penelitian laboratoris pada subjek manusia dan binatang.

B.     Sejarah singkat
Psikologi kesehatan merupakan bidang baru, baru muncul sekitar tahun 1980-an, dan bidang ini berakar dari psychosomatic medicine (ilmu kedokteran psikosomatis) dan Behavioral medicine (ilmu kedokteran perilaku). Ilmu kedokteran psikosomatis muncul paling pertama, yaitu sekitar tahun 1939. Bidang ini beranggapan bahwa penyakit-penyakit fisik, seperti tekanan darah tinggi, uclers, dan asma disebabkan oleh konflik-konflik tak sadar. Berbeda pendapat dengan para psikoanalisis dengan ketidaksadarannya, para kaum behavioris bersatu dan membentuk gerakan bernama behavioral medicine pada tahun 1970-an. Semakin tahun kedua ini memunculkan pemikiran-pemikiran baru, dan akhirnya pada tahun 1980-an lahirlah psikologi kesehatan, dan terus menerus berkembang hingga sekarang.
C.     Model Biomedis dan Biopsikososial
Dahulu teori tentang kesehatan dan penyakit yang sangat dominan adalah model biomedis. Model ini berasumsi bahwa gangguan-gangguan fisiologis berkembang dari dasar fisik dan tidak berkaitan dengan psikologis dan sosial. Seiring berjalan waktu, bermunculan kritikan-kritikan tentang teori ini, lalu muncul lah sebuah paham baru, paham yang menganggap bahwa sakit atau penyakit berakar dari banyak faktor dan merupakan interaksi antara fisiologis, psikologis, dan sosial, selanjutnya paham ini dinamakan model biopsikososial.
D.    Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan
1.      Genetik
Tidak ada yang meragukan genetic sebagai salah satu penyebab terjadinya suatu gangguan kesehatan. Faktor keturunan ini cukup mempengaruhi rentan-tidaknya seseorang terjangkit penyakit tertentu, terutama yang kronik.
2.      Stres
Dalam menjalani kehidupan, tentu setiap manusia tidak bias lepas dari tantangan, cobaan, dan masalah. Dan dalam perjalanannya tidak jarang seseorang harus mendapat masalah yang berat dan jika tidak mampu mengatasi nya akan timbul stress dan depresi. Stres tidaknya seseorang ternyata berpengaruh terhadap kerentanan terhadap penyakit. Seseorang yang sedang mengalami stress lebih mudah terjangkit penyakit karena kekebalan tubuh otomatis menurun.
3.      Dukungan sosial
Dukungan sosial sedikit banyak juga berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Orang yang mendapat kasih sayang dan dukungan sosial baik itu dari teman, pasangan, maupun keluarga, akan lebih kebal terhadap gangguan kesehatan, begitu pula sebaliknya.
4.      Stategi coping
Cara seseorang menanggapi dan menyelesaikan masalah juga berpengaruh. Sebagai contoh, ketika dihadapkan pada kasus pemecatan dan kehilangan pekerjaan, sebagian orang akan mengalami depresi dan mengalami perubahan perilaku menjadi seorang pemabuk, perokok berat, pola makan tidak teratur, dan sebagainya.
E.     Asesmen dalam psikologi kesehatan
Psikologkesehatan klinis merancang beberapa alat asesmen untuk digunakan secara khusus pada pasien-pasien medis. Ini termasuk berbagai macam kusioner umum, inventori gejala, wawancara terstruktur, alat-alat asesmen spesifik yang terkait dengan berbagai macam topic, seperti dukungan sosial, optimism dan kualitas hidup dan formulir-formulir pemantauan diri. Kuesioner umum yang sering digunakan adalah the 90-Item Shymtom Checklist (SCL-90) dan revisinya, SCL-90R (Derognatis,1977,Derocnatis,Lipman dan Covi,1979). Keduanya dikembangkan untuk mengukur prikopatologi pada pasien rawat jalan psikiatrik maupun medic. Yang lain adalah Millon Behavioral Health Inventory (MBHI,Green,1985,Millon,Green dan Meagher, 1982) digunakan untuk penanganan untuk berbagai gangguan fisik. MBHI terdiri dari atas 20 skala klinis untuk mendapatkan informasi tentang gaya pribadi individu dalam berinteraksi.

F.      Prosedur Penanganan Psikologis
Pendekatan utama pada penanganan psikologis : self-monitoring, biofeedback, relaksasi, dan edukasi.
1. Self-monitoring
Dalam upaya meningkatkan kepatuhan, psikolog kesehatan sering kali melibatkan pasien dalam penanganan terhadap dirinya. Salah satu metode untuk itu melibatkan self-mentoring melalui penggunaan pemantauan diri terlapis mungkin akan dapat melihat pola pengerahan usaha yang terlalu tinggi dan pengobatan yang diikuti dengan peningkatan laporan kesakitan dan imobilisasi.
2. Biofeedback
Melibatkan penggunaan peralatan mekanik dan seringkali juga melibatkan penggunaan computer, untuk membantu individu dalam menguasai berbagai proses fisiologis. Biofeedback sebagai alat bantu “high tech” (berteknologi tinggi) yang menjajikan dalam mengontrol proses-proses tak sadar, memperoleh banyak perhatian dan popularitas segera setelah alat ini diperkenalkan pada 1969 dan dengan cepat tersebar luas di seluruh dunia (Hatch dan Riley, 1985; Moss,1999). Biofeedbac telah digunakan untuk berbagai macam masalah klinis, seperti insomnia, deficit atensi (kesulitan untuk memusatkan perhatian), tekanan darah tinggi, sakit kepala dan kecemasan.
3. Latihan Relaksasi
Latihan relaksasi dianggap sebagai bagian esensial dari penanganan oleh kebanyakan psikologi kesehatan. Tiga jalur relaksasi yang popular diaphragmatic breathing (pernafasan diafragmatik),progressive muscle relaxation (relaksasi otot progesif), dan cue-controlled relaxation (relaksasi dikontrol isyarat). Pada diaphragmatic breathing individu diperintahkan untuk mengambil nafas dalam yang terkontrol, yang bermula di abdomen. Pernafasan dalam ini dirancang untuk menciptakan perubahan fisiologis, seperti menurunkan detak jantung dan tekanan darah, dan meningkatjan oksigensi darah. Pada progressive muscle relaxation  orang mempelajari sebuah progam bernaskah yang melibatkan serangkaian pelatihan peregangan dan perelaksasian otot. Individu diinstruksikan untuk berkonsentrasi pada perasaan relaksasi untuk membuat dirinya lebih mengenali pengalaman saat otot-otonya dalam keadaan relaks. Metode lainnya, cue-controlled relaxation m,elibatkan paradigm pengondisian klasik yang memasangkan kata tertentu ( missal “relaks” dan “tenang”) dengan penghembusan nafas atau pelepasan tegangan dalam pernapasan diafragmatik dan PMR.
4. Edukasi
Latihan relaksasi sering disertai dengan penjelasan tentang stress dan bagaimana manusia meresponnya. Karena banyak orang tidak memiliki informasi tentang masalah-masalah fisiknya maka salah satu tujuanpekerja kesehatan klinis adalah memberikan edukasi kepada pasiennya
NEUROPSIKOLOGI
Neuropsikologi klinis adalah bagian psikologi terapan yang berhubungan dengan bagaimana perilaku dipengaruhi oleh cedera dan disfungsi otak.
 Dan seorang yang ahli dalam Neuropsikologi adalah Neuropsikolog klinis.
·         Perbedaan antara Neurolog dan Neuropsikolog klinis
Meskipun nama dan focus lapangan pekejaan terbilang mirip, namun Neurolog dan Neuropsikolog klinis merupakan sesuatu yang berbeda.  Neurolog sendiri ialah ahli syaraf dan Neuropsikolog klinis biasanya merupakan psikolog klinis yang mendapat latihan dan pengalaman tambahan tentang hubungan antara otak dan perilaku.
·         Sejarah singkat
Studi mengenai perubahan-perubahan perilaku yang menyertai cedera pada bagian-bagian tertentu otak memiliki sejarah panjang.
           Contoh awalnya adalah barang-barang peninggalan mesir kuno yang berangka tahun 3000-2500 SM. Disana dideskripsikan fitur-fitur fisik otak dan contoh-contoh kasus, termasuk saran-saran penanganya. Galen (130-200 M) , seorang dokter di Kekaisaran Romawi, menganani gladiator yang cedera. Dalam peranya inilah ia melakukan observasi-observasi yang menghasilkan beberapa pengetahuan tentang hubungan berbagai tipe trauma dengan perubahan-perubahan prilaku yang mengikutinya.
Beralih ke zaman yang lebih modern, pada 1891 Paul Broca mengembangkan teori-teori penting tentang penemuan kasus “Tan”. Tan adalah seorang pasien yang kehilangan kemampuan bicaranya selama 20 tahun sebelum kematianya, ternayata terdapat lesi di otak kirinya, dan tempat keberadaan lesi tersebut disebut Broca area.
Dengan penemuan inilah Broca mampu meyakinkan bahwa berbagai bagian otak memang memiliki keterampilan atau kemampuan tertentu.
Karya termasyur Broca lainya ialah kasus Phineas Gage (Barber, 1995) .Gage , seorang karyawan perusahaan kereta api yang ulet dan seorang pengawas yang disegani, mengalami kecelakaan.
 Sebuah batangan mirip tombak menembus tulang tengkoraknya, masuk selalui pipinya dan keluar didekat bagian belakang matanya, dan keluar di dekat tulang ubun-ubunya.
                     Meskipun ia selamat, tetapi kemudian tampak perubahan drastic dalam kepribadian dan perilakunya.
Beberapa Neuroanatomi dasar
1.      Ikhtisar tentang Sistem saraf
Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian utama, central nervous system (CNS / sitem saraf pusat) dan perihepal nervous system) system saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi terdiri atas system saraf somatic dan otonom meliputi semua struktur saraf di luar otak dan sumsusm tulang belakang, misalnya serabut-serabut saraf yang mengantarkan informasi dari reseptor indra di kulit atau serabut-serabut saraf yang berada dalam otot-otot.
2.      Batang otak
Batang otak miri seperti stasiun pemancar yang sangat besar dengan kelompok-kelompok neuron yang membawa sinyal –sinyal diantara belahan otak dan sumssum tulang belakang.
3.      Korteks
Pemrosesan pengelihatan dan interprestasi yang terbatas terjadi dalam lobus oksipital. Fungsi pendengaran pasa lobus temporal . kesadaran badaniah dan intergrasi multi indrawi terutama terjadi pada lobus parietal.
Asesmen Neuropsikologis
Secara historis, upaya awal para psikolog untuk menghasilkan sebuah tes tunggal untuk kerusakan otak atau “organicity”, tampaknya sangat terbatas, kalau tidak, salah-arah. Banyak tes neuropsikologis awal yang beberapa tes tunggal, misalnya tes ingatan-visual, tes kemampuan visual-motorik, dan tes kemampuan spasial. Tes semacam ini memang menghasilkan integritas dari fungsi-fungsi tertentu tetapi mengabaikan fungsi-fungsi yang sangat penting seperti bahasa, membaca, tipe-tipe ingatan lainnya, problem-solving yang kompleks, dan lain-lain.
Asesment neuropsikologis biasanya terjadi dalam kaitannya dengan pemeriksaan neuropsikologis. Pemeriksaan ini dilakukan oleh oleh seorang neuropsikolog yang memeriksa fungsi-fungsi seperti refleks, koordinasi mata-tangan, dan feeling in extremities. Asesment neuropsikologis berusaha mengevaluasi berbagai fungsi dan disfungsi kognitif, emosional, atau motorik. Dengan tujuan untuk menetapkan seberapa jauh cedera pasien dan memfasilitasi rencana penanganan yang optimal . menetapkan lokasi dan progresi cedera atau penyakit menjadi sebagian maksud asesmen neuropsikologis.
Paruh kedua abad ke-20 menjadi saksi bagi perkembangan teknik-teknik neuroimaging. Pemindaian CAT menggunakan sinar X. MRI menggunakan frekuensi-frekuensi radio yang tidak berbahaya untuk menciptakan gambar-gambar otak. PET menggunakan larutan bersifat sedikit radioaktif dengan cara disuntikkan untuk mengkaji aktivitaas metabolik otak. Sejak ditemukan pada 1920-an, psikolog tertarik pada electroencephalography (EEG), sebuah cara untuk merekam aktivitas elektrik otak (“gelombang otak”) dari kabel-kabel yang dilekatkan ke permukaan kulit kepala.
APA (1985) telah menetapkan standar-standar yang sesuai untuk pengembangan dan penggunaan semua tes psikologi, termasuk isu-isu validitas, reliabilitas, dan norma-norma.
Batere Tes-Reitan. Yang paling terkemuka diantara batere-batere tes standar adalah hasil kerja Ralph Reitan dan rekan-rekan sekerjanya. Reitan mengembangkan tiga macam batere, masing-masing untuk orang dewasa, anak-anak yang lebih tua, dan anak-anak yang lebih muda. Setiap batere kira-kira berisi 10 prosedur, banyak diantaranya yang memperoleh beberapa hasil atau indikator. Validasi prosedur Reitan pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua sangat impresif. Mereka adalah contoh-contoh neuropsikolog yang mampu memprediksi lokasi tumor dengan tepat sebelum dilakukan pemeriksaan postmortem (pasca kematian) atau menemukan lesi-lesi yang diketahui melalui prosedur CAT-scan. Reitan berikeras bahwa hasil-hasil neuro


psikologis harus dievaluasi berdasarkan empat macam metode penyimpulan :
1.      Level of performance. Seberapa baikkah orang ini bila dibandingkan dengan orang normal yang seumur dengannya dan tidak terhendaya ?
2.      Patterns of performance. Apakah pasien memiliki daerah-daerah decrement (daerah yang mengalami kemunduran atau penurunan) atau inefisiensi tertentu yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah ?
3.      Right-left comparisons. Apakah peforma sisi-kakan dan peforma sisi-kiri saling berhubungan secara normal ? peforma relatif tangan kanan dan tangan kiri, yang masing-masing mencerminkan performa relatif dari belahan otak kanan dan kiri, diketahui melalui pengalaman.
4.      Pathognomonic signs. Apakah ada tanda-tanda dalam rekaman yang bersifat patognomonik, atau menunjukkan indikasi yang kuat akan adanya masalah-masalah organik? Tanda-tanda itu dapat berupa melakukan kesalahan yang jelas dalam mengerjakan tugas verbal yang mudah, dalam menulis namanya sendiri, atau dalam menyalin gambar sederhana. Perseverasi (pengulangan yang tidak perlu) dan melupakan instruksi juga merupakan tanda yang signifikan.

Pendekatan-pendekatan lainnya. Batere lain yang luas digunakan dalam evaluasi neuropsikologis adalah Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Selain pentingnya mengevaluasi fungsi inteligensi sacara umum di kebanyakan kasus neuropsikologis, ada indikasi-indikasi yang berguna dalam hasil-hasil wechsler pada fungsi-fungsi kognitif spesifik.

Batere lainnya dalah batere Golden. Strateginya adalah dengan mendesign dan memvalidasi sebuah batere dari tugas-tugas terkuantifikasi untuk merefleksikan sebuah skema konseptual otak yang dikemukakan oleh Luria, neuropsikolog pioner dari Rusia.

Jadi bila menggunakan sebuah fixed battery, neuropsikolog memberikan serangkaian tes komprehensif yang sama kepada setiap pasien. Sebaliknya, asesment neuropsikologis yang menggunakan flexible battery melibatkan pemilihan tes-tes yang bergantung pada pertanyaan rujukannya dan pada observasi langsung terhadap peforma pasien.

Kadang-kadang, bahkan sebelum terjadinya cedera atau kerusakan otak, individu mungkin tidak berada dalam kisaran pola peforma yang normal. Dalam kasus semacam ini perbandingan normatif pasca kecelakaan mungkin hanya memiliki kegunaan yang terbatas. Oeh karena itu, neuropsikolog mungkin perlu menetapkan tingkat inteligensi individu sebelum kecelakaan. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah melalui perbandingan langsung terhadap skor-skor tes yang diperoleh sebelum terjadinya cedera atau penyakit pada otak. Kadang-kadang, hasil tes inteligensi yang dialkukan sewaktu masih sekolah atau catatan-catatan lain yang ditemukan. Tetapi, untuk kebanyakan kasus, tidak ada pengecekan yang dilakukan  sebelum terjadinya hendaya atau kecelakaan aktual. Jadi, perbandingan langsung relatif jarang dialakukan. Estimasi inteligensi premorbid-lah yang biasanya digunakan, dan bukan perbandingan langsung. Estimasi ini didasarkan asumsi bahwa keterampilan perbendaharaan kata atau rekognisi memiliki kemungkinan kecil untuk dipengaruhi oleh cedera otak.

Sebagai kesimpulan kita dapat mengatakan bahwa, pemeriksaan neurologis dan teknik-teknik neuroimaging, tes-tes neuropsikologis merupakan ukuran penting untuk efek-efek lesi otak.



PSIKOFARMAKOLOGI

Psikologi klinis perlu mengetahui tentang efek-efek obat pada emosi, pikiran dan perilaku. Mereka sering menangani pasien-asien yang memakai obat dan resep-resep lainnya. Psikofarmakologi mengacau pada studi tentang obat-obatan yang mengubah aktivitas-aktivitas yang dikontrol oleh sistem saraf. Yang menjadi perhatian di sini adalah psychotropic pharmaceuticals, yaitu obat-obatan yang sering digunakan oleh para dokter dan orang-orang dengan kewenangan legal lainnya karena efek-efeknya, yaitu mampu mengubah-pikiran atau mengubah-suasana-perasaan.

Interaksi neurotransmiter dengan reseptor
Neurotranmisi merupakan sebuah proses elektrokimiawi, adalah salah satu yang digunakan mekanisme sistem saraf untuk berkomunikasi. Neuron-neuron saling mengantarkan sinyal-sinyal melalui molekur-molekul yang dikenalnya sebagai neurotransmitter, yang merupakan bagian integral dari sistem saraf, yang hasilnya dalah aktivitas neural yang meningkat atau menurun.

Tujuan neurotransmisi adalah komunikasi. Agar proses itu memungkinkan komunikasi terjadi, dua neuron atau lebih harus berinteraksi. Ketika sebuah neuron berinteraksi dengan neuron lainnya, proses ini terjadi diseluruh daerah persilangan yang disebut sinapsis. Reseptor adalah bagian neuron diaman neurotransmiter-neurotranmiter terikat hingga menghasilkan sebuah efek. Bahan-bahan kimia selain neurotransmiter juga dapat terikat ke reseptor untuk menghasilkan atau menghambat aktivitas. Pengikatan obat-obatan ke reseeptor menjadi konsep fundamental psikofarmakologi.

Obat-obatan terikat direseptor dan membentuk sebuah kompleks yang pada gilirannnya menghasilkan sebiah perubahan pada transmisi sinaptik. Ada empat cara transmisi sinaptik yang dapat diubah oleh obat-obatan. Pertama, obat-obatan dapat memblokir atau memepercepat sintesis sebuah neurotransmiter. Kedua, obat-obatan dapat mempercepat atau memblokir reuptake sebuah neurotransmiter. Reuptake adalah proses diaman neuron presinaptik mengambil kembali sebagian neurotransmiter yang sebelumnya tealh dilepaskan. Ketiga, obat-obatan semata-mata mempertinggi pelepasan messenger (“kurir” atau pembawa pesan) kimiawi yang diinginkan. Keempat, obat-obatan dapat memblokir atau mempercepat penguraian enzimatik dari berbagai neurotransmiter.

Tipe-tipe neurotransmiter

Neurotransmiter berikut ini memiliki arti yang sangat penting secara psikofarmakologis, yakni : norepinefrin, dopamin, seretonin, asetilkolin, dan gamma amino butyric acid (GABA). Kebanyakan neurotransmiter (kecuali GABA) ditemukan di daerah-daerah focal otak yang disebut nuklei. Nuklei otak pada dasarnya daerah-daerah terorganisasi dari jaringan syaraf yang menyatu untuk mengntrol fungsi-fungsi tertentu dari sistem saraf. Nuklei neurotransmiter memiliki lokasi yang bervariasi dalam sistem saraf. Neuropinefrin adalah neurotransmiter yang paling sering terbentuk dalam formasi retikuler batang otak. Dopamin terutama ditemukan dalam substantia nigra dari basal ganglia. Produksi seretonin terutama ditemukan dalam batang otak otak, dan produksi asetilkolin pada umumnya berkaitan dengan basal forebrain. GABA memiliki lokasi yang tersebar dalam sistem saraf.

 Pertimbangan efektivitas farmakologis
Efektifitas intervensi farmakologis pada dasarnya bergantung pada 2 hal, yang pertama adalah tipe spesifik patologi yang sedang ditangani dengan obat-obatan. Sebagian obat memberi respon yang baik terhdap masalah yang dihadapi. Yang kedua adalah konsep perbedaan individual. Masing-masing orang menunjukkan respon yang berbeda terhadap suatu obat. Klinisi harus mempertimbangkan sumber-sumber variabilitas individual seperti : berat badan, umur, riwayat medis sebelumnya, obat-obatan lain, isu-isu toleransi, efek placebo, predisposisi genetic, diet, dan kepatuhan pasien. Kekompleksan ini membutuhkan latian dan pengalaman yang memadai.



Sistem-sistem neurotransmiter
  1. Sistem adrenergik
Sistem adrenergik mengacu pada semua struktur atau nuklei yang berhubungan dengan produksi norepinefrin, epinefrin, atau dopamin. Sistem dopaminergik berisi nuklei dopamin yang muncul dari sel-sel otak tengah dan hipotalamus
Parnikson’s Disease (PD)
Parkinson’s disease adalah gangguan neurodegeneratif progresif yang menyebabkan abnormalitas pada gerakan, yang terkait dengan penurunan level dopamin. Terapi obat yang diberikan berguna untuki menaikkan level dopamin di bangsal ganglia dan sistem dopaminergik. Cara kerjanya adalah dengan meningkatkan sintesis atau mencegah penguraian untuk menangani PD adalah amantadin (Symmetrel), bromokriptin (Parlodel), dan kombinasi antara levodop dan karbidopa (Sinemet). Efek samping yang terlihat adalah diskenesia (masalah gerakan), mual dan kebingungan. Selain obat-obatan diatas, pramipeksol(Miraprex) dan ropinirol (Requip) merupakan obat baru yang mempunyai lebih sedikit efek samping dibanding obat-obatan sebelumnya.
Skizofrenia
Skizofrenia adalah gamgguan yang ditandai oleh perilaku yang berubah, termasuk halusinasi, delusi, dan disorganisasi pkiran. Perilaku yang berubah itu terkait dengan level dopamin dan level reseptor dopamin di otak yang naik. Terapi obat yang diberikan untuk menurunkan level neurotransmiter dalam sistem dopaminergik. Tipe obat yang berhubungan dengan antagonisme dopamin adalah antipsikotik tradisional dan antipsikotik atipikal.
Salah satu antipsikotik yang diresepkan adalah klozapin (Clozaril). Antipsikotik ini digunakan untuk memperbaiki hipofungsi reseptor aglutamat yang mendasari deteriorasi kognitif dan gejala negatif skizofrenia. Tapi disisi lain, obat ini menimbulkan masala yaitu diharuskannya pemeriksaan darah setiap minggu bagi pengguna obat ini dan efek adversif lain seperti berat badan bertambah, salivasi eksesif, dan seizure (kejang-kejang) terkait dengan dosis obat. Selain itu, ada 3 psikotik lain yang lebih aman penggunaannya, antara lain, olanzapin (Zyprexa), risperidon (Risperdal), dan quetiapin (Seroquel).
Gangguan-gangguan afektif
Gangguan-gangguan afektif berkaitan dengan emosi, perasaan, dan pengalaman hidup seseorang. Gangguan afektif seperti depresi unipolar dan bipolar berhubungan dengan katekolamin dalam sistem adrenergik. Penurunan level neurotransmiter katekolamin yang dapat mencetuskan gejala-gejala depresi. Dengan demikian, terapi obat yang dimaksudkan untuk menangani depresi bekerja melalui mekanisme yang menaikkan katekolamin dalam sistem dopaminergik. Terdapat tiga macam obat antidepresan spesifik yang terkait dengan sistem adrenergik yaitu : monoamine oxidase inhibitors (MAOI), antidepresan trisiklik, dan antidepresan atipikal. Obat-obatan ini bekerja untuk menaikkan level neuronal dari neurotransmiter katekolamin.
MAOI menaikkan katekolamin dengan mencegah penguraian transmiter oleh enzim monoamine axydase. Contoh-contoh obat MAOI adalah fenelzin (Nardil) dan tranilsipromin (Parnate). Efek samping yang ditimbulkan dari obat ini antara lain hipotensi, pusing, anoreksia, mual, dan impotensi.
Antidepresan trisiklik juga berperan dalam menaikkan level katekolamin dengan memblokir reuptake atau pengakumulasian transmiter di ujung saraf. Contoh-contoh obat yang termasuk golongan ini adalah amitriptilin (Elavil), notritiptilin (Aventyl), dan imipramin (Tofranik). Efek samping dari enggunanan obat golongan ini adalah sedation (seperti efek obat penenang), hipotensi, berat badan bertyambah, mual, dan penglihatan kabur.
Antidepresan atipikal secara selektif menghambat reuptake neurotransmiter dopamin. Bupropion (wellbutrin) adalah salah satu contoh obat antidepresan atipikal. Wellbutrin berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap seizure , jadi penggunaanya dikontra-indikasikan untuk pasien dengan bulimia, anoreksia nervosa, atau saizure disorder. Selain itu, obat ini juga digunkan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Efek samping yang ditimbulkan termasuk mual-mual dan insomnia yang bersifat sementara, selain itu muncul juga masalah yaitu discontinuation syndrome menyusul dilakukannya penghentian pemakain obat resep secara mendadak. Gejalanya antara lain distress ringan seperti gejala flu berat, gangguan tidur, gangguan gerakan, dan aritmiakardiak.

b. Sistem kolergik
Cholinergic system adalah sistem subkortikal yang berisi nuklei asetilkolin. Salah satu daerah yang sangat penting dalam sistem kolinergik adalah basal forbrain. Sistem kolinergik berperan dalam ingatan.
Alzheimer’s Disease (AD) adalah gangguan neurodegenarif progresif yang ditandai oleh kehilangan ingatan secara gradual yang mengganggu fungsi dan produktivitas keseharian. Terapi biologis difokuskan pada usaha menaikkan level neuronal dari asetilkolin melalui obat-obatan yang menghambat enzim asetil kolinsterase yang destruktif. Dua contoh inhibitor kolinsterase adalah takrin (Cognex) dan donpezil (Aricept). Obat tersebut memberi manfaat jangka panjang antara lain mengurangi dan mempercepat progresi gangguan, institusionalisasi yang tertunda, dan kematian juga tertunda. Disisi lain, obat ini juga mempunyai efek samping berupa mual, muntah, dan diare yang cenderung surut setelah beberapa hari pemakaian awal.
c. Sistem Serotonergik
Sistem serotonergik adalah sistem subkortikal yang berisi nuklei serotonin yang merupakan hasil sintesis asam amino dan triptofan yang disimpan di batang otak. Nuklei serotonin memiliki implkasi dalam tidur, selera makan, ingatan, belajar, pengaturah suhu badan, perilaku seksual dan depresi.
Gangguan-gangguan afektif
Gangguan-gangguan afektif tidak hanya berhubungan dengan perubahan level neurotransmiter adregenik tapi juga perubahan level serotonin. Untuk menangani gejala depresif, biasanya diberikan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang berfungsi untuk menaikkan level serotonin yang hasilnya akan memperbanyak jumlah neurotransmisi di daerah sinaptik. Tiga contoh obat SSRI adalah fluoksetin (Prozac), paroksetin (Paxil), dan sertalin (Zoloft). Efek samping yang biasanya timbul antara lain sakit kepala, tremor, insomnia, agitasi, dan mual. Efek samping terberat adalah disfungsi seksual dalam bentuk nafsu seksual yang berkurang dan kepuasan seksual yang semakin mengurangi arousal.

Gamma-aminobutyric Neurons
Gamma aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibitorik primer yang ditemukan di sebagian besar sinapsis neuronal. GABA dapat terikat pada 2 subtipe reseptor yang berbeda yang diberi tanda A dan B. GABA-A lebih penting secara neurofarmakologis. Nilai penting reseptor GABA-A adalah karena mereka merupakan tempat pengikatan obat-obatan. Berbagai tipe obat-obatan yang dapat terikat pada GABA-A antara lain benzodiazepin, barbiturat, dan steroid.
Epilepsi dan seizure
Epilepsi (ayan) adalah kondisi yang dapat ditandai oleh pelepasan-pelepasan eksplosif yang eksesif dari dalam sistem saraf pusat. Sedangkan seizure adalah deskripsi dari pelepasan listrik yang terjadi pada semua tipe kejadian epileptik. Seizure dapat diklasifikasikan parsial (terbatas pada suatu wilayah) atau menyeluruh/ grand mall (konvulsi dan kehilangan kesadaran) dan petite mal (kehilangan kesadaran dalam waktu singkat ataudisfungsi sensori-motorik ringan)
Contoh-contoh obat anti sizure adalah fenitoin (Dilatin), karbamazepin (Tegretol), diazepam (Valium), dan asam valproik (Depakene). Semua obat ini bekerja untuk meningkatkan daya hambat GABA. Efek samping yang timbul dari penggunaan obat ini adalah sedasi, hendaya kognitif(dengan dilatin), hipotensi, dan mual.
Multiple sclerosis (MS)
Multiple scelorsis adalah gangguan neurolis progresif yang mengkibatkan dimielinasi dari zat putih dalam otak. Degenerasi zat putih berhubungan dengan host dari gejala sensorik, muskuler, dan visual. Obat-obat yang dapat digunakan untuk menangani rigiditas (kaku-otot) disebut muscle relaxants. Contoh obat perelaks otot termasuk baklofen (Lioresal) dan dantrolen (Dantrium). Efek sampingnya adalah mengantuk, kelemahan otot, diare, dan mual.
Gangguan kecemasan (anxiety disorder)
Gangguan kecemasan ditandai oleh preokupasi eksesif ketakutan dan kekhawatiran yang mengganggu fungsi keseharian. Penanganan farmakologis untuk kecemasan difokuskan pada usaha mengurangi simtomatologi biologisnya.
Terapi biologis primer untuk kecemasan adalah golongan obat yang dikenal dengan sebutan benzodiazepin (BZD). Beberapa contoh obat BZD adalah alprazolam (Xanax), lorazepam (Ativan), klordiasepoksida (Librium), dan diazepam (Valium). BZD berhubungan dengan efek samping seperti sedasi, amnesia anterograd, euforia, dan pusing.
Alternatif untuk BZD adalah obat buspiron (BuSpar) yang merupakan agenm terapeutik yang bekerja secara sentral, yang dapat bekerja pada reseptor serotonin dan dopamin untuk menghasilkan efek ansiolitik. Buspiron bermanfaat karena tidak menyebabkan sedasi dan potensi penyalahgunaan. Efek samping minimalnya termasuk pusing, mual, dan sakit kepala. Buspiron tidak menunjukkan cross-tolerance dengan BZD, jadi tidak boleh digunakan untuk menghentikan pasien dari pemakaian BZD.