BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif,
atau yang lebih dikenal dalam Bahasa Inggris ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) saat ini banyak dibicarakan, dan diusahakan
penangananya salah satunya penanganan yang dilakukan melalui pendidikan
disekolah. Gejala gangguan ini banyak ditemukan di dalam proses pembelajaran
dimana anak-anak sulit berkonsentrasi terhadap suatu pelajaran dan seringkali
berlarian, mengganggu temannya, memainkan semua benda di kelas, dan lain-lain.
Namun di dalam masyarakat umumnya, anak-anak seperti itu dianggap sebagai
anak-anak nakal dan sering kali mereka dikenai hukuman. Padahal, mereka hanya
tidak mampu terlalu lama berkonsentrasi terhadap tugas yang diberikan kepada
mereka, tidak mempunyai perhatian yang menetap terhadap pekerjaannya
sehari-hari, dan mudah sekali teralih perhatiannya pada yang lain sehingga
mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti perintah dan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya.
Gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif
ini merupakan hambatan dalam perkembangan anak dan proses pembelajarannya. Oleh
karenanya, berbagai terapi klinis pengobatan terhadap anak-anak penderita ADHD
telah dilakukan untuk membantu mengurangkan kecenderungan hiperaktif dan
gangguan konsentrasi. Selain itu, metode pembelajaran khusus juga perlu
diterapkan untuk menangani permasalahan yang muncul di dalam kelas supaya tidak
menghambat pembelajaran anak dan teman-temannya. Mengingat banyak kasus ADHD di
lingkungan sekitar kita, kami mengangkat tema ADHD sebagai tema makalah kami.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apakah
yang dimaksud dengan ADHD?
2. Apa
penyebab terjadinya gangguan ADHD?
3. Bagaimana
cara mengidentifikasi ADHD?
4. Apa
saja kebutuhan khusus yang diperlukan oleh penderita ADHD?
5. Apa
saja hambatan belajar yang timbul karena gangguan ADHD?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah
ini antara lain:
1. Mengetahui
pengertian ADHD.
2. Mengetahui
penyebab terjadinya ADHD.
3. Mengetahui
cara mengidentifikasi gejala ADHD.
4. Mengetahui
kebutuhan khusus yang diperlukan oleh penderita ADHD.
5. Mengetahui
berbagai hambatan belajar yang timbul
karena gangguan ADHD.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian ADHD
ADHD (Attention = perhatian, Deficit =
berkurang, / Hyperactivity = hiperaktif, Disorder = gangguan). Jadi, jika diartikan secara bahasa
ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Dan menurut
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder edisi IV disebut gangguan pemusatan perhatian /
hiperaktivitas (American Psychiatric
Association, 1994).
ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan aktivitas
motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas
anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan
berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan
tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau
sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka
meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan. (wikipedia)
Gangguan perilaku tersebut pada tahun
1863 pertama kali dideskripsikan oleh seorang dokter (neurolog) bernama
Heinrich Hoffman sebagai berikut : “sebagai anak yang selalu bergerak, tidak
pernah berhenti, walaupun telah ditegur oleh ayah dan ibunya, seolah-olah ia tidak
mendengar nasehat orang tuanya, anggota tubuhnya tidak pernah bisa diam,
berputar kesana kemari, naik-turun kursi dan meja, tiada hentinya tanpa mempedulikan
sekitarnya, sehingga orang tuanya tidak dapat menahan diri lagi melihat keadaan
anaknya seperti itu”. Hoffman memberi julukan kepada anak ini : Fidgety Phil, “Phil yang tidak bisa
diam”.
ADHD
biasanya mulai timbul pada usia 3 tahun, namun pada umumnya baru terdeteksi
setelah anak duduk di sekolah dasar, dimana situasi belajar yang formal
menuntut pola perilaku yang terkendali termasuk pemusatan perhatian dan
konsentrasi yang baik. Ciri utama yang bisa dilihat yakni adanya kecenderungan
untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain tanpa dapat
mengerjakan suatu tugas yang menuntut keterlibatan kognitif, serta tampak
adanya aktivitas yang tidak beraturan, berlebihan dan mengacau.
B. Penyebab ADHD
Gangguan
perilaku pada anak adalah akibat dari kombinasi antara faktor alami (nature),
dengan faktor bawaan dan lingkungan (nurture). Faktor nature meliputi faktor
genetik, gangguan biologik yang diperoleh sejak saat anak dalam kandungan dan
pada waktu lahir. Faktor nurture nya adalah pengalaman psikoedukatif dan
psikososial yang diperoleh setelah anak lahir, yang meliputi pola asuh,
pendidikan, nutrisi, kondisi lingkungan, teman sebaya, serta nilai sosial dan
budaya. Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini
meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1.
Faktor
Genetik
Hier
(1980) menunjukkan adanya hubungan antara faktor dan penyebab ADHD, yaitu pada
anak laki-laki dengan kelebihan kromosom Y (XYY) yang menunjukkan peningkatan kejadian
hiperaktivitas yang menyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Pada fragile X syndrome, yaitu nama
untuk kondisi dimana terdapat X kromosom pada lokasi Q27 rapuh, juga
dihubungkan dengan kejadian gejala ADHD, meskipun sebagian besar penderita
gangguan ini mengalami retardasi mental. Gangguan ini juga bisa diakibatkan
adanya cacat genetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO juga
menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan menggambar
ulang. Belum ada yang dapat membuktikan bahwa penyebab gangguan ini adalah
adanya kromosom abnormal (Barkley, 1998).
2.
Faktor
Neurologik dan Proses dalam Otak
Faktor
neurologik yang mempengaruhi ADHD yang pertama kali diterima secara luas yaitu
merupakan penemuan dari Laufer, Denhoff, dan Solomons (1957), yaitu didapatkan sipke wave pada stimulasi fotik pada
pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) anak ADHD. Kondisi ini disebut sebagai over arousal yang disebabkan oleh disfungsi diensrfalon.
Knobel, Wolman dan Manson (1959) berpendapat hyperarousal korteks otak merupakan sumber terjadinya tingkah laku
hiperaktif yang ditunjukkan oleh penderita.
Douglas
(19972, 1979) dan Kinsbourne (1984) menolak teori overarousal, penelitian mereka menunjukkan bahwa gangguan ini
terjadi akibat oleh defisit sustain
attention.
Satterfield
dan kawan-kawan berpendapat bahwa teori underarousal
sebagai dasar terjadinya hiperaktivitas. Mereka berperndapat bahwa
peningkatan aktivitas
motorik pada ADHD adalah akibat dari bangkitan eksitasi yang rendah pada recular activating system, dan usaha
untuk meningkatkan masukan propioseptif dan exteroseptif (Satterfield et al., 1972, 1974; Satterfield dan
Dawson, 1971).
3.
Faktor
Neurotransmitter
Sampai saat ini dari hasil berbagai
penelitian belum dapat dipastikan bahwa ADHD secara primer disebabkan oleh
gangguan pada neurokimiawi dalam otak, atau perubahan neurotransmiter dan
interaksi timbul sebagai akibat perubahan tingkah laku. Namun, dari hasi
beberapa penelitian genetika molekuler terakhir didapatkan gen untuk reseptor
dopamin D4 (DRD 4) pada resptor di celah pascasinaptik yang menimbulkan
aktivasi dopamin.
Berbagai penelitian farmakologi tiga
dekade yang lalu memporeleh sejumlah stimulator dopamin pada reseptor pascasinaptik
(piribidel, amantadine, L-Dopa) yang memberi pengaruh secara menyeluruh pada
seluruh sistem dopamin, tetapi ketika diberikan kepada anak ADHD tidak
memberikan hasil perbaikan klinis secara bermakna.
4.
Faktor
Psikososial
Willis & Lovaas berpendapat bahwa
perilaku hiperaktivitas disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh
perintah dari ibu dan pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari
manajemen pengasuhan orang tua yang buruk (Willis & Lovaas, 1977). Berbagai
penelitian juga menunjukan adanya pengaruh faktor lingkungan tehadap terjadinya
gangguan ini seperti stimulasi yang berlebihan oleh orangtua pada waktu
mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada orangtua (Carlson,
Jacobvits & Sroufe, 1995; Brakley, 1998)
Berdasarkan temuan hasil penelitian
sampai saat ini belum dapat diidentifikasi penyebab utama ADHD. Namun, berbagai
faktor berperan terhadap patogenesis gangguan ini. Diantara berbagai faktor
tersebut faktor biomedik memegang peran utama, khususnya faktor genetik yang berpengaruh
pada patofisiologi ADHD. Faktor psikososial berpengaruh terhadap perjalanan
penyakit dan prognosis atau hasil daari ganguan ini. Kondisi psikososial yang
buruk berpengaruh kuat terhadap interaksi anak dan orangtua, hal ini
mengakibatkan hasil dan prognosis gangguan ini menjadi buruk sehingga masalah
psikososial yang timbul akibat gangguan ini makin kompleks.
Kondisi psikososial di Indonesia
berbeda dengan negara barat. Hal ini terjadi karena perbedaan norma dan budaya.
Terdapat kecenderungan orangtua dan guru di Indonesia lebih menitikberatkan
pada akibat atau kegagalan yang ditimbulkan oleh tingkah laku anak yang
menderita ADHD, khususnya kegagalan mencapai prestasi akademik. Di Indonesia
akses kriminal lebih sedikit dibandingkan negara barat. Berdasar hal tersebut
terdapat kemungkinan bahwa perjalanan penyakit, prognosis, atau hasil dari
gangguan ini, kualitasnya berbeda dari hasil yang diteliti di negara barat.
Ada
juga pendapat yang menyatakan bahwa ADHD disebabkan oleh epidemi encephatalis
(peradangan otak) yang menyebar keseluruh dunia yang terjadi sejak 1917-1926.
bagi anak yang bertahan hidup, hal itu dapat menimbulkan berbagai masalah
perilaku, termasuk mudah marah, perhatian yang lemah, dan hiperaktif. Anak-anak
yang mengalami trauma kelahiran, luka di bagian otak, atau mengalami keracunan
memperlihatkan tingkah laku yang diberi nama ‘brain injured child syndrome’ yang terkadang dikaitkan dengan
keterbelakangan mental.
C. Identifikasi ADHD
Ciri
utama dari ADHD yakni : gangguan pemusatan perhatian (inattention), ganggguan
pengendalian diri (Impulsivitas),
dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas). Berikut
penjelasannya :
a.
Inattension
Mereka kesulitan
dalam memusatkan perhatian. Sangat mudah teralihkan oleh rangsang yang
tiba-tiba diterima oleh alat indra nya atau oleh perasaan yang ada saat itu.
Sehingga mereka cenderung mengalamai kesulitan dalam mengerjakan tugas dalam
waktu lama.
b.
Implusivitas
Yang dimaksud disini adalah suatu
gangguan yang tergambar dalam perilaku yang tidak disertai dengan pemikiran.
Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga cepat bereaksi. Mereka sulit
untuk menetukan prioritas, sulit membuat pertimbangan atau memikirkan perilaku
mana yang akan mereka tunjukkan terlebih dahulu.
c.
Hiperaktivitas
Hiperaktivitas adalah gerakan yang
berlebihan melebihi gerakan umum yang dilakukan oleh anak-anak seusianya.
Biasanya sejak bayi mereka banyak bergerak dan sulit ditenangkan. Perilaku
hiperaktif cenderung tampak tidak bertujuan. Mereka mengalami kesulitan dalam
mengontrol aktivitas motoriknya. Mereka bergerak terus menerus tanpa lelah, sehingga
kesulitan memusatkan perhatian.
Selain
sikap tidak perhatian, hiperaktif dan impulsif, siswa yang diidentifikasi
mengalami ADHD juga memperlihatkan karakteristik-karakteristik berikut ini :
1.
Imajinasi
dan kretativitas luar biasa
2.
Kesulitan
dalam pemrosesan kognitif dan prestasi sekolah yang buruk
3.
Masalah
perilaku di kelas (misalnya mengganggu, tidak menaati aturan )
4.
Kesulitan
menafsirkan
dan menganalisis berbagai situasi sosial
5.
Memperlihatkan
reaksi emosional yang lebih besar (seperti mudah tergugah, sikap bermusuhan )
dalam berinteraksi dengan teman-teman sebaya.
6.
Jarang
sekali menjalin hubungan pertemanan, kadangkala mendapat penolakan yang
seketika dari teman-teman sebaya.
7.
Memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk
mengkonsumsi
tembakau dan alkohol di masa remaja.
ADHD
memiliki suatu pola yang menetap dari kurangnya perhatian dan atau hiperaktivitas yang lebih sering dan
lebih berat bila dibandingkan dengan anak lain pada taraf perkembangan yang
sama. Biasanya kondisi ini menetap selama masa bersekolah dan bahkan sampai
usia dewasa, walaupun sekitar 30-40% dari kelainan ini lambat laun menunjukkan
perbaikan dalam perhatian dan kegiatannya, biasanya
didapatkan ciri-ciri ADHD ini pada dua atau lebih situasi yang berbeda seperti
di rumah, di sekolah dan di tempat kerja.
Kondisi ini jika dibiarkan akan berdampak pada prestasinya di sekolah. Anak
tidak dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kemampuannya, ataupun mengalami
kesulitan belajar. Akibat lain anak tidak dapat naik kelas dan cukup
kemungkinan untuk drop out dari sekolah dengan segala permasalahan yang akan
timbul.
Untuk
melakukan identifikasi ADHD dapat digunakan pedoman yang dikeluarkan oleh
American Psychiatric Assosiation, yang menerapkan kriteria untuk menentukan gangguan
pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder, 4th edition tahun 2005) sebagai berikut :
1. Kurang perhatian
a.
seringkali
gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat
kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya,
b.
seringkali
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau
kegiatan bermain,
c.
seringkali
tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung,
d.
seringkali
tidak mengikuti baik-baik instruksi clan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan
sekolah, pekerjaan,atau tugas di tempat kerja (bukan disebabkan karena perilaku
melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi),
e.
seringkali
mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan,
f.
seringkali
kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan, misalnya
kehilangan permainan, kehilangan
tugas sekolah, kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lain,
g.
seringkali
menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah
atau pekerjaan rumah,
h.
seringkali
bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan
i.
seringkali
cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan
karakteristik yang diperlihatkan oleh anak yang menderita ADHD, mereka dapat
didiagnosis sebagai :
1.
ADHD
dengan kurang perhatian yang lebih menonjol
2.
ADHD
dengan hiperaktivitas/impulsivitas yang lebih menonjol
3.
ADHD
dengan kurang perhatian dan hiperaktivitas/impulsivitas
D. Kebutuhan khusus ADHD
Pertumbuhan
dan perkembangan individu menuntut ia untuk mempelajari pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan untuk bersosialisasi di masyarakat. Proses
sosialisasi disini membutuhkan keterampilan dalam mengendalikan
dorongan-dorongan emosional agar bisa menyelaraskan diri terhadap lingkungan.
Karena itu terdapat beberapa hal yang dibutuhkan unuk anak ADHD ini yaitu
berkaitan dengan pengendalian diri dan kebutuhannya untuk belajar.
Pertama, kebutuhan pengendalian diri. Hal
ini merupakan usaha untuk mengurangi atau menghilangkan hyperaktivitas,
meningkatkan rentang perhatian, dan
pengendalian implusivitas. Karenanya, berikut merupakan kebutuhan yang di
butuhkan oleh anak ADHD :
a.
Rutinitas,
struktur, dan konsistensi
Untuk terpenuhinya hal ini,
dibutuhkan jadwal dalam bentuk visual yang jelas dan ditempelkan di tempat yang mudah terlihat.
Jika terjadi perubahan-perubahan, maka beritahu anak sebelumnya. Buat peraturan
yang jelas, beri reward jika anak melakukan hal-hal positif, dan tetapkan
konsekuensi apabila terjadi pelanggaran. Jalankan peraturan secara konsisten
agar anak tidak bingung.
b.
Fokusan
pada hal-hal positif
Beri perhatian lebih pada keunggulan anak
atas tindakan-tindakan positif yang dilakukan anak. Hal ini agar dapat
meningkatkan rasa percaya diri anak. Perhatikan aktivitas-aktivitas yang
disukai anak dan kembangkan agar dapat menjadi sesuatu yang dibanggakan.
c.
Penjelasan
yang sederhana dan singkat
Agar anak dapat memahami apa yang
disampaikan dengan baik, maka sampaikan penjelasan dengan bahasa yang
sederhana, singkat dan jelas. Pastikan anak benar-benar memperhatikan saat
diberi penjelasan.
d.
Hindari
argumentasi dan eskalasi
Untuk menghindari konflik, maka
hindari argumenasi. Yang terpenting adalah beri penjelasan secara singkat dan
jelas kepada anak, jika terjadi protes maka abaikan saja, karena hanya akan
menimbulkan
argumentasi dengan anak.
e.
Abaikan
hal-hal yang tidak penting
Kita
perlu menyadari bahwa
anak ADHD tidak
mungkin dituntut untuk berperilaku teratur
dan selalu menaati
norma-norma sosial. Buatlah
daftar tentang tingkah laku
yang menjadi prioritas
dalam kehidupan anak, misalnya mampu
menghindarkan diri dari
bahaya, tidak bertindak
agresif, mengerjakan tugas sebaik
mungkin. Hal-hal lain
yang tidak menjadi
prioritas sebaiknya tidak terlalu dijadikan masalah sehingga anak tidak
frustasi.
Kedua, kebutuhan belajar. Anak ADHD membutuhkan
pengembangan diri melalui belajar. Namun, pemenuhan kebutuhan belajar pada anak
ADHD tidak semulus pada anak umumnya karena hambatan yang dialaminya sehingga
perlu bantuan yang dirancang secara khusus agar anak bisa belajar secara
optimal. Secara umum, potensi kecerdasan anak ADHD relatif baik, bahkan sama
seperti anak pada umumnya.
Untuk
memenuhi kebutuhan belajar anak ADHD dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan
yang lebih, serta ketangguhan, kesungguhan, dan kesabaran dalam membantu anak
belajar. Penting bagi orang tua dan guru bekerjasama dan mencari cara-cara
terbaik untuk memilih strategi belajar yang sesuai bagi anak.
Kegagalan
dalam belajar pada anak ADHD lebih disebabkan karena anak mengalami kesulitan
mengendalikan diri dan dorongan-dorongan emosional yang muncul, seperti keluar
dari tempat duduk, tindakan impulsivitas yang sering mengganggu lingkungan
belajar di kelas sehingga anak dijauhi atau diasingkan oleh teman-temannya.
Lingkungan
yang tenang, kondusif, dan terkendali dibutuhkan anak dalam belajar. Pengelolaan
kelas dengan memperhatikan keberagaman peserta didik, jika dapat diterapkan
secara konsisten dan konsekuen akan dapat membantu menciptakan suasana yang
memungkinkan semua anak dapat belajar.
E. Hambatan belajar
Beberapa masalah perilaku yang muncul yang menghambat
proses belajar pada anak ADHD dapat digambarkan sebagai berikut :
a.
Aktivitas
motorik yang berlebihan
Masalah motorik pada anak ini
disebabkan karena kesulitan mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas
motoriknya, sehingga tidak dapat membedakan kegiatan yang penting dan yang
tidak penting. Gerakannya
dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan memusatkan perhatian.
Aktivitas motorik berlebihan ini,
seperi jalan-jalan di kelas atau bertindak berlebihan.
b.
Menjawab
tanpa ditaya
Anak tidak dapat mengendalikan
dirinya untuk berespon secara tepat. Mereka sangat dikuasai perasaannya sehingga
cepat bereaksi , sulit untuk mempertimbangkan terlebih dahulu perilaku yang
akan ditampilkannya. Contoh, ketika menyeberang jalan tanpa melihat dahulu ke
kiri dan kanan, Sering memanjat,
melompat dari ketinggian berbahaya untuk ukurannya dan lain sebagainya.
Impulsivitas ini muncul pula dalam
keadaan verbal. Mereka berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu, tidak
memperhitungkan bagaimana perasaan orang lain yang mendengarnya. Bentuk lain
impulsivitas anak, seperti tidak sabaran, kurang mampu menunda keinginan, dan
cepat marah jika orang lain melakukan sesuatu di luar keinginannya.
c.
Menghindari
tugas
Masalah ini muncul karena anak merasa
cepat bosan, sekalipun tugasnya menarik. Tugas-tugas belajar kemungkinan sulit
dikerjakan karena anak mengalami hambatan menyesuaikan
diri terhadap tugas yang dihadapinya. Akibatnya timbulah rasa frustrasi dan
mengakibatkan motivasi pada anak menurun.
d. Kurang
perhatian
Kesulitan
dalam mendengar, mengikuti arahan, dan memberikan perhatian merupakan masalah
umum pada anak-anak ini. Hal ini diakibatkan oleh kemampuan perhatiannya yang
buruk. Dan ini sangat menghambat proses belajar. Anak ADHD mengalami kesulitan
untuk memusatkan perhatian, cenderung melamun, kurang motivasi, dan sulit
mengikuti intruksi. Mereka sering menunda tugas yang diterima dan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikannya karena fokusnya yang mudah teralihkan.
e. Tugas yang
tidak diselesaikan
Anak ADHD
seringkali mengabaikan tugas. Sekali ia mengembangkan pola belajar yang jelek
di sekolah maupun di rumah, pola-pola tersebut akan terjadi pula di tempat
lain.
Masalah
berhubungan dengan penghargaan terhadap waktu, frustrasi terhadap tugas, dan
berbagai sikap yang merusak. Dengan membangun kebiasaan yang baik secara
konsisten merupakan langkah yang penting agar tugas dapat terselesaikan. Harus
diingat bahwa anak-anak ini mengalami masalah dalam perencanaan, penataan dan
perkiraan waktu.
f. Bingung akan
arahan-arahan
Pangkal masalah
ini adalah perhatian. Ketika perhatian terpecah selama kegiatan pembelajaran,
terjadi proses kebingungan dalam memproses informasi, sehingga informasi yang
diterima tidak utuh. Anak ADHD juga mengalami kesulitan dalam mengingat
informasi yang baru didapat untuk jangka waktu yang pendek.
g. Disorganisasi
Pada umumnya
anak-anak ini mengalami disorganisasi, implusif, ceroboh dan terburu-buru dalam
melakukan tugas yang mengakibatkan pekerjaan acak-acakan, bingung dan
seringkali lupa pada bagian tugas.
Mereka kurang
dapat memperhatikan atau menimbang jawaban yang tepat sehingga mengakibatkan
nilai yang diperoleh menjadi di bawah rata-rata kelas.
h. Tulisan yang
jelek
Anak ADHD
seringkali memiliki tulisan yang jelek, hal ini diakibatkan karena masalah aktivitas
motorik dan sikap impulsif yang terburu-buru. Masalah ini juga erat kaitannya
dengan masalah koordinasi motorik yang mempengaruhi
keterampilan motorik kasar dan halus atau koordinasi mata dan tangan.
i. Masalah-masalah
sosial
Meskipun masalah dalam hubungan teman
sebaya tidak ditemukan pada semua anak-anak ini, namun kecenderungan impulsif,
kesulitan menguasai diri sendiri, serta toleransi rasa frustasi yang rendah,
tidaklah mengherankan jika sebagian anak mempunyai masalah dalam kehidupan
sosial, kesulitan bermain dengan aturan, dan aktivitas lainnya yang tidak hanya
terbatas di sekolah saja tetapi di lingkungan sosial lainnya.
j. Gangguan
dalam kestabilan emosi
Anak ADHD menampakkan pula perilaku
sangat labil dalam menentukan derajat suasana hati dari sedih ke gembira.
Stimulus yang menyenangkan akan menyebabkan kegembiraan yang berlebihan, sedang
rangsang yang tidak menyenangkan akan memunculkan kemarahan yang besar. Anak
seringkali marah hanya disebabkan oleh faktor pemicu yang sepele. Mereka juga
cenderung mengalami masalah untuk merasakan kegembiraan.
F. Hambatan belajar dan prestasi yang rendah
Hambatan
belajar yang dialami seperti disebutkan di atas menyebabkan anak tidak dapat
mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik, yang
berakibat anak menderita kesulitan belajar dan prestasi belajarnya menurun. Hal
ini dapat diperberat dengan adanya masalah dalam membuat Pekerjaan Rumah (PR),
yang merupakan sumber konflik terbesar antara anak ADHD
Beberapa
kesulitan anak ADHD dalam menyelesaikan PR antara lain sebagaimana yang
dikemukakan oleh orang tua anak ADHD (Sidhi, 2006) sebagai berikut:
·
Ia tidak menulis tugas yang diberikan.
Akibatnya, ia lupa apa yang harus dikerjakan.
·
Ia mencatat tugas yang diberikan tetapi
tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
·
Jika ia mengerti tugas-tugasnya dan
mencatatnya, ia lupa meletakkan (menuliskan) di buku mana.
·
Di rumah, ia menunda-nunda selama mungkin
dalam membuat PR, baru dikerjakan kalau sudah diomeli dan diancam orang tua.
·
Pada waktu telah duduk di bangku untuk
membuat PR, ia melamun, memainkan benda-benda dan mencoreng-coreng PR.
Supervisi terus menerus dibutuhkan supaya ia menekuni pekerjaannya.
·
Bahkan pada waktu ia telah menyelesaikan
pekerjaannya, ia lupa untuk menyerahkannya.
Dari
gambaran di atas menunjukkan bahwa hambatan yang dialami anak ADHD mempunyai
pengaruh yang luas tidak hanya terbatas hambatan belajar akan tetapi juga
terhadap kelangsung pendidikannya. Hal ini jika tidak mendapatkan penanganan
sesuai kebutuhannya, maka akan menambah deretan panjang anak yang mengalami
kegagalan mengikuti pendidikan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga
menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal
ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak
bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti
sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan
adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan. Ciri
utama dari ADHD yakni : gangguan pemusatan perhatian (inattention), ganggguan
pengendalian diri (Impulsifitas), dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan
(hiperaktivitas).
Gangguan perilaku pada anak adalah akibat dari kombinasi
antara faktor alami (nature), dengan faktor bawaan dan lingkungan (nurture).
Faktor nature meliputi faktor genetik, gangguan biologik yang diperoleh sejak
saat anak dalam kandungan dan pada waktu lahir. Faktor nurturenya adalah
pengalaman psikoedukatif dan psikososial yang diperoleh setelah anak lahir,
yang meliputi pola asuh, pendidikan, nutrisi, kondisi lingkungan, teman sebaya,
serta nilai sosial dan budaya.
Untuk memenuhi kebutuhan belajar anak ADHD dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan yang lebih, serta ketangguhan, kesungguhan, dan
kesabaran dalam membantu anak belajar dan memusatkan perhatian. Penting bagi orang tua dan guru
bekerjasama dan mencari cara-cara terbaik untuk memilih strategi belajar yang
sesuai bagi anak.
Kegagalan dalam belajar pada anak ADHD lebih disebabkan
karena anak mengalami kesulitan mengendalikan diri dan dorongan-dorongan
emosional yang muncul, seperti keluar dari tempat duduk, tindakan impulsivitas
yang sering mengganggu lingkungan belajar di kelas sehingga anak dijauhi atau
diasingkan oleh teman-temannya.
B. Saran
1.
Bagi Sekolah
Setelah
mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan ADHD, hendaknya pihak sekolah dan
tenaga pengajar dapat mengetahui dan mendiagnosis gejala-gejala ADHD ini pada
anak-anak sejak awal supaya dapat langsung diberikan penanganan khusus baik
dalam pembelajarannya maupun terapinya. Pengaturan kondisi kelas yang tenang
dan sedikit stimulus diperlukan supaya anak-anak penderita ADHD dapat lebih
mudah memusatkan perhatian terhadap tugas yang diberikan. Pemberian instruksi
yang jelas dan pendampingan perlu dilakukan untuk mengarahkan siswa dalam
berkonsentrasi dan mandiri.
2.
Bagi Orangtua
Bagi
orangtua yang mempunyai anak yang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan
hiperaktif, hendaknya memberikan perhatian lebih terhadap perkembangan anak dan
mendukung dan membimbing anak dalam terapi dan pembelajarannya. Dengan
perhatian dan dukungan penuh dari orang tua, proses pembelajaran anak dalam
meningkatkan daya konsentrasinya dapat lebih efektif dan anak dapat berkembang
lebih baik lagi.
3.
Bagi Mahasiswa dan Masyarakat
Dengan
mengetahui adanya gangguan kesulitan berkonsentrasi disertai dengan
hiperaktivitas pada anak ini, hendaknya mahasiswa dapat mempelajari hal yang
bersangkutan secara mendalam sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupan
bermasyarakat. Peranan masyarakat diperlukan dalam mendukung dan membentuk
kondisi sosial yang baik dan kondusif untuk anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Santrock,
John W. 2009. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Salemba Humanika
Saputro,
Dwigjo. 2009. ADHD (Attention Deficit/Hiperactivity
Disorder). Jakarta : Sagung Seto
Ormrod,
Jeane Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan
Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Sugiarmin,
Mohamad. 2007. Bahan Ajar Anak Dengan
ADHD. Jurnal PLB