A.
Perkembangan dan Perubahan Fisik
Usia madya merupakan masa transisi dari
dewasa muda ke dewasa akhir. Usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu
periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku
baru. Periode ini merupakan masa dimana pria mengalami perubahan keperkasaan
dan wanita dalam kesuburan.
1.
Penyesuaian diri terhadap perkembangan fisik
Tugas ini meliputi untuk mau
melakukan penerimaan dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan fisik yang
normal terjadi pada usia madya. Penyesuaian yang peling sulit dilakukan adalah
mengubah penampilan. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit
karena sikap individu yang kurang menerima pada perubahan yang terjadi dan
diwujudkan dalam perilaku sosial yang kurang menyenangkan.
2.
Perubahan dalam penampilan
Bagi
pria,terdapat kesulitan untuk bersaing dengan orang-orang yang lebih muda,
lebih kuat dan lebih energik. Terdapat ketakutan bahwa penampilan usia madya
akan menghambat kemampuan untuk mempertahankan pasangan mereka ataupun
mengurangi daya tarik mereka terhadap lawan jenisnya.
3.
Perubahan dalam kemampuan indera
Perubahan
fungsional dan generative pada mata berakibat menurunnya ketajaman mata, rabun
mata, dan penyakit mata lainnya seperti katarak. Selain itu pada masa dewasa
madya terjadi penurunan fungsi mendengar, sehingga akan lebih mudah diterima
jika suara yang dikeluarkan bervolume keras.
4.
Perubahan pada keberfungsian fisiologis
Dinding
saluran arteri menjadi rapuh dengan bertambahnya usia. Keadaan tersebut dapat
menimbulkan kesulitan sirkulasi darah, meningkatnya tekanan darah, khususnya
pada orang gemuk dapat menyebabkan komplikasi jantung.
5.
Perubahan pada kesehatan
Masalah
kesehatan secara umum pada usia madya
mencakup kecenderungan untuk mudah lelah, telinga berdengung, sakit pada otot,
kepekaan kulit, pusing-pusing biasa, sakit pada lambung (konstifasi, asam
lambung, dan sendawa), kehilangan selera
makan, serta insomnia.
6.
Perubahan seksual
Pada wanita,
perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat menopause tetapi tidak
selalu disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut, berhentinya
menstruasi adalah salah satu aspek dari menopause.
Pada pria, klimaterik pada pria
sangat berbeda dengan menopause pada wanita.Klimaterik datang kemudian,
biasanya pada usia 60 atau 70tahunan, yang berjalan sangat lambat dengan
datangnya penuaan secara umum pada seluruh tubuh terjadi penurunan secara
bertahap pada daya seksual dan reproduksi pada pria.
7.
Perubahan
Kognitif
Pada usia setengah baya kemampuan
kognitifnya yang menurun adalah kemampuan mengingat, berpikir, mekanisme yang
memerlukan kecepatan dan keakuratan input melalui panca indra agar dapat
mengamati gerak, perbedaan, perbandingan dan pengelompokan atau pengkategorian.
tentu saja tidak semua orang dewasa pertengahan makin meningkat kemampuan
kognitif pemecahan masalah.
8.
Penyesuaian
perubahan minat
Perubahan minat selama usia madya
perubahan – perubahan tersebut jauh kurang kentara daripada perubahan –
perubahan yang terjadi pada tahun – tahun awal kehidupan. perubahan minat yang
ada perubahan tugas, tanggungjawab, kesehatan dari peran dalam hidup,
konsentrasi pria pada bidang pengembangan kerja pada umumnya memainkan peran
penting dalam menekan keinginan mereka disbanding pada masa yang relative masih
muda.
9.
Penyesuaian
pekerjaan
Dewasa ini dengan semakin
bertambahnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja usia madya, maka masalah
pengalaman menyesuaikan diri dengan pekerjaan buka monopoli pria saja. wanita
juga mempunyai banyak masalah yang sama dengan pria dan bahkan banyak wanita
menganggapnya sebagai masalah yang unik bagi mereka.
B.
Berbagai
Perubahan Seksualitas pada Laki-Laki
Manusia
mengalami penurunan mendadak dalam produksi hormon pada masa paruh baya,
sebagaimana yang dialami perempuan. Bahkan, kadar testosteron cenderung menurun
secara perlahan setelah usia 30-an sekitar 1 persen setahun, dengan variasi
individu yang luas. Dengan demikian, terdapat sedikit bukti untuk mendukung
konsep andropause.
Penurunan dalam
testosteron telah dikaitkan dengan pengurangan dalam kepadatan tulang dan massa
otot (Asthana et al,2004) dan juga depresi, kecemasan, mudah marah, insomnia,
kelelahan, kelemahan, dorongan seksual yang lebih rendah, kegagalan ereksi, dan
kehilangan ingatan (Henker, 1981; Sternbach, 1998; Weg, 1989).
Tidak terdapat
hubungan yang kuat antara kadar testosteron dan kinerja seksual (Finch,2001).
Namun demikian, laki-laki sering kali mengalami beberapa perubahan dalam fungsi
seksual yang berkaitan dengan perubahan dalam sistem sirkulasi dan endokrin,
dan juga stres, merokok, obesitas, masalah-masalah kesehatan seperti diabetes,
dan faktor sosial seperti yang sudah disebutkan (Finch,2001;Whitbourne,2001).
Meskipun seorang laki-laki dapat terus bereproduksi sampai tua, jumlah
spermanya mulai menurun pada akhir usia 40-an atau 50-an, membuat kecil
kemungkinannya bahwa ia akan memiliki anak (Merrill & Verbrugge,1999).
Ereksi cenderung lebih lamban dan kurang tegang, orgasme menjadi makin
berkurang, ejakulasi kurang kuat; serta membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
pulih dan ejakulasi kembali (Bremner,Vitiello, dan
Prinz,1983;Katchadourian,1987;King,1996;Masters & Johnson,1996). Namun,
rangsangan seksual dan aktivitas seksual bisa tetap menjadi bagian kehidupan
yang normal dan penting.
Frekuensi
aktivitas seksual dan kepuasan dengan kehidupan seksual cenderung berkurang
secara bertahap selama usia 40-an dan 50-an. Dalam penelitian MIDUS, 61 persen
perempuan (menikah atau melakukan kohabitasi) melakukan hubungan seks sekali
seminggu atau lebih. Penurunan ini tidak berkaitan dengan menopause itu
sendiri, tetapi dengan usia dan kondisi fisik (Rossi,2004). Penyebab fisik yang
mungkin terjadi meliputi penyakit kronis, pembedahan, pengobatan, dan terlalu
banyak makanan atau alkohol. Namun demikian, sering kali penurunan dalam
frekuensi tersebut disebabkan oleh faktor nonfisiologis: hubungan yang
membosankan, terobsesi dengan kekhawatiran bisnis atau keuangan, kelelahan
fisik atau mental, depresi, kegagalan menjadikan seks sebagai prioritas yang
tinggi, takut gagal ereksi, atau tidak adanya pasangan (King,1996;Masters
&Johnson,1966;Weg,1989) (dalam Papalia, h.234).
Selama masa
dewasa tengah, sebagian laki-laki tidak kehilangan kemampuan mereka sebagai
ayah dari anak-anak, meskipun biasanya terjadi penurunan yang sedang pada
potensi seksual mereka saat ini. Laki-laki mengalami perubahan hormonal di usia
50 dan 60 tahun, tetapi tidak mengalami penurunan dramatis seperti yang dialami
perempuan. Produksi testosteron mulai menurun sekitar satu persen setahun
selama masa dewasa tengah, dan jumlah sperma biasanya menunjukkan penurunan
yang lambat, tetapi laki-laki tidak kehilangan kehilangan kesuburan mereka di
usia tengah baya. Apa yang telah disebut sebagai menopause laki-laki, mungkin
kurang berhubungan dengan perubahan hormonal dari pada dengan penyesuaian
psikologis yang harus dilakukan apabila mereka dihadapkan dengan penurunan
energi fisik dan tekanan kerja dan keluarga. Terapi testosteron tidak ditemukan
mengurangai gejala-gejal, menyimpulkan bahwa mereka tidsk disebabkasn oleh
perubahan hormonal.
C.
Perubahan
Seksualitas pada Wanita
Sebagian besar
dari kita berbagi beberapa asumsi mengenai menopause, kita mungkin mengira
bahwa ini adalah penyakit kekurangan vitamin yang melibatkan kebayakan keluhan.
Perempuan menjalani menopause sangat menyesal kehilangan kapasitas produksi
mereka dan mereka menjadi sangat tertekan. Menopause adalah masa di usia tengah
baya, biasanya pada usia akhir 40 atau awal 50 tahun, ketika periode haid
perempuan dan kemampuan melahirkan anak berhenti secara keseluruhan. Usia
rata-rata perempuan yang mengalami haid terakhir mereka adalah 52 tahun.
Persentase kecil perempuan 10 persen mengalami menopause sebelum 40 tahun. Ada
penurunan dramatis dalam produksi estrogen oleh indung telur. Turunnya estrogen
menghasilkan beberapa gejala yang tidak menyenangkan pada beberapa perempuan
yang mengalami menopause, panas (hot-flashes), mual, letih, dan cepatnya
denyut jantung. Beberapa perempuan yang mengalami menopause mengeluhkan depresi
dan peningkatan sensitivitas, tapi pada beberapa kasus perasaan ini dihubungkan
kepada keadaan yang lain dalam kehidupan perempuan, seperti bercerai,
kehilangan pekerjaan, merawat orang tua yang sakit dan sebagainya menurut
Dickson 1989; Strickland; 1987 (Santruck, 2002).
Temuan
penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa menopause tidak mengakibatkan
masalah psikologis dan fisik bagi sebahagian besar perempuan. 8000 perempuan
dalam sebuah penelitian, mayoritas menilai menopause sebagai pengalaman
positif, bahwa mereka tidak lagi harus khawatir tentang kehamilan atau periode
mestruasi dan pengalaman yang netral, tanpa perasaan tertuntu/ khusus tentang
semua hal itu menurut McKinlay & McKinlay (Santruck, 2002). Hanya 3 persen
yang berkata menyesal mencapai menopause. Kecuali untuk beberapa gejala
sementara yang menyusahkkan seperti, semburan panas, berkeringat dan
ketidakteraturan mestruasi.
Bagi minoritas
perempuan menopause yang mengalami sakit secara fisik dan kesulitan secara
psikologis, tetapi pergantian estrogen mungkin bermanfaat. Gejala yang
menyakitkan biasanya berkaitan dengan rendahnya estrogen atau ketidakseimbangan
hormonal. Tetapi pengganti estrogen telah sukses dalam mengurangi gejala menopause
estrogen tingkat rendah seperti semburan panas dan berkeringat. Ahli medis
semakin merekomendasikan bahwa sebelum terjadi menopause, perempuan memantau
tingkat egstrogennya. Dengan cara ini pada saat menopause terjadi, dan tingkat
egtrogen menurun, dokter mengetahui
berapa banyak egtrogen yang harus diganti untuk mempertahankan tingkat normal
estrogen perempuan.
Meskipun terapi
penggantian egtrogen memiliki banyak keunggulan, beberapa kekhawatiran tentang
penggunaan hal ini telah muncul. Menurut Ravnikar, 1992(Santruck, 2002) kepala
unit menopause pada Massachusetts General Hospital, kekhawatitan
terbesar tentang pengganti egtrogen adalah hal ini mungkin meningkatkan resiko
kanker payudara. Untuk mengatasi pengaruh ini, sebagian besar perempuan juga
mengambil bentuk sintesis dari horman kedua perempuan, yaitu progesteron.
Hormon kedua ini, meskilpun mungkin mengurangi proteksi estrogen melawan
serangan jantung, 25 persen perempuaan, menyebabkan PMS, seperti pembengkakan
dan mudah marah.
D.
Sikap Dan Perilaku
Seksual
Meskipun
kemampuan laki-laki dan perempuan pada fungsi seksualnya menunjukkan penurunan
biologis yang kecil pada masa dewasa tengah, aktivitas seksual biasanya terjadi
pada basis frekuensi lebih kecil dibandingkan diawal masa dewasa. Kepentingan-kepentingan
karir, keadaan keluarga, tingkat energi dan kebiasaan sehari-hari mungkin
memperbesar penurunan ini. Tetapi pada persentase yang besar individu pada masa
dewasa tengah terus melakukan frekuensi seperti biasa dalam aktivitas seksual.
Sebagai contoh, dalam survei nasional terhadap 502 laki-laki dan perempuan yang
berusia 46 dan 71 tahun, kira-kira 68 persen
dari responden yang berusia 51-55 tahun mengatakan bahwa mereka memiliki
keinginan kuat dan cukup dalam tentang seks, dan kira-kiara 52 persen
mengatakan bahwa mereka melakukan hubungan seksual seminggu satu kali atau
lebih menurut Pfeiffer, Verwoerdt, & Davis (Santruck, 2002).
Pada usia tengah
baya, tingkat testosteron laki-laki secara bertahap turun, yang dapat
mengurangi dorongan seksual mereka. Ereksi karena kurang penuh dan kurang
sering, dan membutuhkan lebih banyak stimulasi untuk mencapainya. Para peneliti
pernah menghubungkan perubahan ini dengan faktor-faktor psikologis, tetapi
semakin jauh, mereka menemukan bahwa sebanyak 75 persen disfungsi ereksi di
usia tengah baya berasal dari masalah fisik. Menurut ahli seksualitas Laurence
Levine, 1992 (Santruck, 2002), merokok, diabetes, hipertensi, dan tingginya
tingginya tingkat kolesterol adalah penyebab dalam banyak masalah ereksi pada
laki-laki tengah baya.
E.
Fungsi seksual
dan reproduksi
Seksualitas tidak hanya merupakan
kepunyaan masa muda. Meskipun kedua jenis kelamin terkadang mengalami kerusakan
dalam kapasitas reproduksi selama masa dewasa tengah. Perempuan menjadi tidak
mampu mengandung anak dan kesuburan laki-laki mulai menurun. Kenikmatan seksual
dapat berlanjut di seluruh kehidupan orang dewasa.
F.
Penyesuaian Seksual
1.
Penyesuaian
peran seksual
Penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh
pria maupun wanita pada usia madya terdapat pada perubahan, pada kemampuan
seksual mereka.
a.
Perubahan seksual pada wanita; perubahan tubuh dan emosi secara umum
terjadi pada saat menopause, tetapi tidak selalu disebabkan atau berhubungan
dengan keadaan tersebut. berhentinya menstruasi hanya merupakan salah satu
aspek dari menopause.
b.
Perubahan seksual pada pria klimakterik
pada pria sangat berbeda dengan menopause pada wanita. klimakterik datang
kemudian, biasanya pada usia 60 atau 70 tahunan dan berjalan sangat lambat.
2.
Penyesuaian
perubahan perkawinan
Pola kehidupan keluarga yang
dijalani banyak mengalami perubahan selama periode usia madya seperti
diungkapkan cavan “perubahan yang paling besar adalah penarikan diri dari anak
– anak dari keluarga, meninggalkan bapak dan ibunya. Sebagai unit keluarga”
penyesuaian terhadap perubahan ini biasanya lebih sulit bagi wanita daripada
pria karena kehidupan wanita berpusat pada rumah dan anggota keluarga selama
tahun – tahun usia dini.
Kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap
perubahan pola keluarga pada usia madya :
·
Perubahan fisik
·
Hilangnya peran sebagai orangtua
·
Kurangnya persiapan
·
Perasaan kegagalan
·
Merasa tidak berguna lagi
·
Kekecewaan terhadap perkawinan
·
Merawat anggota keluarga berusia lanjut.
Kasus
Seks tidak pernah merupakan masalah bagi Henry Ong dan
istrinya. Namun ketika istrinya menginjak usia 50 tahun, dia mulai sering
mengeluh sakit ketika berhubungan intim. Ia juga berubah jadi pemurung, suka
menyendiri, dan mudah cemas. Sakit pada punggung adalah keluhan yang sering disampaikan
Ny.Ong.
Henry menganjurkannya periksa ke dokter. Namun tidak terjadi
perbaikan setelah itu. Kata dokter, ada gejala menopause pada Ny. Ong, dan hal
itu bisa berlangsung beberapa bulan.
Dokter Pauline Sim, psikiater di Rumah Sakit KK, Singapura menjelaskan,
menopause adalah suatu masa ketika siklus menstruasi dan reproduksi wanita
berhenti. Umumnya terjadi di penghujung usia 40 tahun. Tapi gejala
psikologisnya sudah dimulai beberapa tahun sebelum itu. Ketika tingkat hormon
wanita berfluktuasi (turun-naik) dan haid menjadi tidak teratur datangnya, kaum
wanita bisa menjadi lebih gelisah, insomnia dan depresi. Tapi tidak semua
wanita mengalami perubahan psikologis itu.
Dijelaskan oleh Dokter Kok Lee Peng, psikiater di Rumah Sakit
Gleneagles, sebanyak 50 persen dari wanita-wanita yang terpengaruh perubahan
itu mengalami hot flush, yaitu sekujur tubuh tiba-tiba terasa panas dan
kemudian mengeluarkan banyak keringat.
Perubahan lainnya adalah osteoporosis atau tulang-belulang
merapuh, sakit pada punggung, dan terjadi penipisan dinding vagina. Hal itu
membuat hubungan intim terasa menyakitkan.
Para psikiater itu sependapat bahwa untuk para istri itu,
peran suami adalah penting. Dokter Sim mengatakan melihat banyak wanita
menopause yang sedemikian bingungnya hingga berkali-kali ganti dokter untuk
mengatasi masalahnya sesegera mungkin.
Mengatasi menopause adalah salah satu daftar ketegangan yang
dihadapi suami-istri paruh baya, kata psikoterapis Ang Thiam Hong yang telah
menangani 200 kasus krisis perkawinan pada pasangan paruh baya. Menurutnya,
ketika anak-anak sudah besar dan sudah meninggalkan rumah, menyesuaikan diri
kembali untuk hidup sebagai suami-istri bisa merupakan masalah. Selain dari
tekanan masalah akibat keluhan menopause itu, ada pula kemungkinan terjadi
ketidakseimbangan dalam kebutuhan seks suami-istri.
“Istri sering merasa seperti kehilangan bahwa ia tidak dapat
melahirkan lagi. Dia bisa saja mencari suaminya untuk mendapatkan keintiman
tapi dengan menopause, gairah seksnya berkurang,” jelas Ang. Sebaliknya, suami
bisa membangun hubungan baru dengan wanita lain yang lebih muda, untuk
meyakinkan dirinya bahwa dia masih memiliki daya tarik.
Mengatasi masalah menopause, para penasehat itu menekankan
pentingnya suami-istri membicarakan masalah itu. Bagi istri yang gejala
menopausenya menyakitkan, suami perlu menolong dengan belajar lebih banyak
tentang kondisi itu.
Kata dokter Sim, “Sebaiknya suami tidak berkata, ‘Jangan
mengeluh. Ini soal pikiran kamu saja’, atau ‘Bagaimana mungkin. Ibu saya dan
kakak saya yang perempuan tidak punya masalah begitu’. Kalimat-kalimat seperti
itu bisa menyinggung perasaannya karena bukan kehendak dia menjadi seperti itu.
Temani saja istri Anda dan jangan mencelanya.”
Pembahasan
Telah disebutkan pada kasus di atas bahwa Ny. Ong mengalami
gejala menopause, yaitu sakit pada punggung, dan terjadi penipisan dinding
vagina. Hal itu membuat hubungan intim terasa menyakitkan. Selain itu,
perempuan yang sedang menjalani menopause sangat menyesal kehilangan kapasitas
produksi mereka dan mereka menjadi sangat tertekan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan sikap yang lebih mudah cemas, menjadi pemurung, dan suka
menyendiri. Turunnya estrogen menghasilkan beberapa gejala yang tidak
menyenangkan pada beberapa perempuan yang mengalami menopause, panas (hot-flashes),
mual, letih, dan cepatnya denyut jantung. Beberapa perempuan yang mengalami
menopause mengeluhkan depresi dan peningkatan sensitivitas, tapi pada beberapa
kasus perasaan ini dihubungkan kepada keadaan yang lain dalam kehidupan perempuan,
seperti bercerai, kehilangan pekerjaan, merawat orang tua yang sakit dan
sebagainya menurut Dickson 1989; Strickland; 1987 (Santruck, 2002).
Pentingnya komunikasi suami-istri membicarakan masalah
tersebut menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Hal yang dapat dilakukan oleh seorang suami yaitu belajar lebih banyak mengenai
kondisi itu. Dukungan suami dapat
membantu wanita yang tengah mengalami permasalahan dalam menghadapi menopause.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi perkembangan, Edisi 5.
Jakarta ; Erlangga
Monks, F.J., A.M.P. Knoers & Siti
Rahayu Haditomo. 2002. Psikologi Perkembangan-pengantar dalam berbagai
bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Papalia, D.E., Sally W.O. & Ruth
D.F.2009. Human Development-Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika.
Santrok, John W. 2002. Life
Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar