azizherwit

Selasa, 19 Februari 2013

PERKEMBANGAN FISIK DAN SEKSUAL PADA DEWASA MADYA



A.    Perkembangan dan Perubahan Fisik

Usia madya merupakan masa transisi dari dewasa muda ke dewasa akhir. Usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Periode ini merupakan masa dimana pria mengalami perubahan keperkasaan dan wanita dalam kesuburan.
1.      Penyesuaian diri terhadap perkembangan fisik
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada usia madya. Penyesuaian yang peling sulit dilakukan adalah mengubah penampilan. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena sikap individu yang kurang menerima pada perubahan yang terjadi dan diwujudkan dalam perilaku sosial yang kurang menyenangkan.
2.      Perubahan dalam penampilan
Bagi pria,terdapat kesulitan untuk bersaing dengan orang-orang yang lebih muda, lebih kuat dan lebih energik. Terdapat ketakutan bahwa penampilan usia madya akan menghambat kemampuan untuk mempertahankan pasangan mereka ataupun mengurangi daya tarik mereka terhadap lawan jenisnya.
3.      Perubahan dalam kemampuan indera
Perubahan fungsional dan generative pada mata berakibat menurunnya ketajaman mata, rabun mata, dan penyakit mata lainnya seperti katarak. Selain itu pada masa dewasa madya terjadi penurunan fungsi mendengar, sehingga akan lebih mudah diterima jika suara yang dikeluarkan bervolume keras.
4.      Perubahan pada keberfungsian fisiologis
Dinding saluran arteri menjadi rapuh dengan bertambahnya usia. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kesulitan sirkulasi darah, meningkatnya tekanan darah, khususnya pada orang gemuk dapat menyebabkan komplikasi jantung.
5.      Perubahan pada kesehatan
Masalah kesehatan secara umum  pada usia madya mencakup kecenderungan untuk mudah lelah, telinga berdengung, sakit pada otot, kepekaan kulit, pusing-pusing biasa, sakit pada lambung (konstifasi, asam lambung,  dan sendawa), kehilangan selera makan, serta insomnia.
6.      Perubahan seksual
Pada wanita, perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat menopause tetapi tidak selalu disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut, berhentinya menstruasi adalah salah satu aspek dari menopause.
Pada pria, klimaterik pada pria sangat berbeda dengan menopause pada wanita.Klimaterik datang kemudian, biasanya pada usia 60 atau 70tahunan, yang berjalan sangat lambat dengan datangnya penuaan secara umum pada seluruh tubuh terjadi penurunan secara bertahap pada daya seksual dan reproduksi pada pria.
7.      Perubahan Kognitif
Pada usia setengah baya kemampuan kognitifnya yang menurun adalah kemampuan mengingat, berpikir, mekanisme yang memerlukan kecepatan dan keakuratan input melalui panca indra agar dapat mengamati gerak, perbedaan, perbandingan dan pengelompokan atau pengkategorian. tentu saja tidak semua orang dewasa pertengahan makin meningkat kemampuan kognitif pemecahan masalah.
8.      Penyesuaian perubahan minat
Perubahan minat selama usia madya perubahan – perubahan tersebut jauh kurang kentara daripada perubahan – perubahan yang terjadi pada tahun – tahun awal kehidupan. perubahan minat yang ada perubahan tugas, tanggungjawab, kesehatan dari peran dalam hidup, konsentrasi pria pada bidang pengembangan kerja pada umumnya memainkan peran penting dalam menekan keinginan mereka disbanding pada masa yang relative masih muda.
9.      Penyesuaian pekerjaan
Dewasa ini dengan semakin bertambahnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja usia madya, maka masalah pengalaman menyesuaikan diri dengan pekerjaan buka monopoli pria saja. wanita juga mempunyai banyak masalah yang sama dengan pria dan bahkan banyak wanita menganggapnya sebagai masalah yang unik bagi mereka.




B.                 Berbagai Perubahan Seksualitas pada Laki-Laki
Manusia mengalami penurunan mendadak dalam produksi hormon pada masa paruh baya, sebagaimana yang dialami perempuan. Bahkan, kadar testosteron cenderung menurun secara perlahan setelah usia 30-an sekitar 1 persen setahun, dengan variasi individu yang luas. Dengan demikian, terdapat sedikit bukti untuk mendukung konsep andropause.
Penurunan dalam testosteron telah dikaitkan dengan pengurangan dalam kepadatan tulang dan massa otot (Asthana et al,2004) dan juga depresi, kecemasan, mudah marah, insomnia, kelelahan, kelemahan, dorongan seksual yang lebih rendah, kegagalan ereksi, dan kehilangan ingatan (Henker, 1981; Sternbach, 1998; Weg, 1989).
Tidak terdapat hubungan yang kuat antara kadar testosteron dan kinerja seksual (Finch,2001). Namun demikian, laki-laki sering kali mengalami beberapa perubahan dalam fungsi seksual yang berkaitan dengan perubahan dalam sistem sirkulasi dan endokrin, dan juga stres, merokok, obesitas, masalah-masalah kesehatan seperti diabetes, dan faktor sosial seperti yang sudah disebutkan (Finch,2001;Whitbourne,2001). Meskipun seorang laki-laki dapat terus bereproduksi sampai tua, jumlah spermanya mulai menurun pada akhir usia 40-an atau 50-an, membuat kecil kemungkinannya bahwa ia akan memiliki anak (Merrill & Verbrugge,1999). Ereksi cenderung lebih lamban dan kurang tegang, orgasme menjadi makin berkurang, ejakulasi kurang kuat; serta membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dan ejakulasi kembali (Bremner,Vitiello, dan Prinz,1983;Katchadourian,1987;King,1996;Masters & Johnson,1996). Namun, rangsangan seksual dan aktivitas seksual bisa tetap menjadi bagian kehidupan yang normal dan penting.
Frekuensi aktivitas seksual dan kepuasan dengan kehidupan seksual cenderung berkurang secara bertahap selama usia 40-an dan 50-an. Dalam penelitian MIDUS, 61 persen perempuan (menikah atau melakukan kohabitasi) melakukan hubungan seks sekali seminggu atau lebih. Penurunan ini tidak berkaitan dengan menopause itu sendiri, tetapi dengan usia dan kondisi fisik (Rossi,2004). Penyebab fisik yang mungkin terjadi meliputi penyakit kronis, pembedahan, pengobatan, dan terlalu banyak makanan atau alkohol. Namun demikian, sering kali penurunan dalam frekuensi tersebut disebabkan oleh faktor nonfisiologis: hubungan yang membosankan, terobsesi dengan kekhawatiran bisnis atau keuangan, kelelahan fisik atau mental, depresi, kegagalan menjadikan seks sebagai prioritas yang tinggi, takut gagal ereksi, atau tidak adanya pasangan (King,1996;Masters &Johnson,1966;Weg,1989) (dalam Papalia, h.234).
Selama masa dewasa tengah, sebagian laki-laki tidak kehilangan kemampuan mereka sebagai ayah dari anak-anak, meskipun biasanya terjadi penurunan yang sedang pada potensi seksual mereka saat ini. Laki-laki mengalami perubahan hormonal di usia 50 dan 60 tahun, tetapi tidak mengalami penurunan dramatis seperti yang dialami perempuan. Produksi testosteron mulai menurun sekitar satu persen setahun selama masa dewasa tengah, dan jumlah sperma biasanya menunjukkan penurunan yang lambat, tetapi laki-laki tidak kehilangan kehilangan kesuburan mereka di usia tengah baya. Apa yang telah disebut sebagai menopause laki-laki, mungkin kurang berhubungan dengan perubahan hormonal dari pada dengan penyesuaian psikologis yang harus dilakukan apabila mereka dihadapkan dengan penurunan energi fisik dan tekanan kerja dan keluarga. Terapi testosteron tidak ditemukan mengurangai gejala-gejal, menyimpulkan bahwa mereka tidsk disebabkasn oleh perubahan hormonal.

C.     Perubahan Seksualitas pada Wanita
Sebagian besar dari kita berbagi beberapa asumsi mengenai menopause, kita mungkin mengira bahwa ini adalah penyakit kekurangan vitamin yang melibatkan kebayakan keluhan. Perempuan menjalani menopause sangat menyesal kehilangan kapasitas produksi mereka dan mereka menjadi sangat tertekan. Menopause adalah masa di usia tengah baya, biasanya pada usia akhir 40 atau awal 50 tahun, ketika periode haid perempuan dan kemampuan melahirkan anak berhenti secara keseluruhan. Usia rata-rata perempuan yang mengalami haid terakhir mereka adalah 52 tahun. Persentase kecil perempuan 10 persen mengalami menopause sebelum 40 tahun. Ada penurunan dramatis dalam produksi estrogen oleh indung telur. Turunnya estrogen menghasilkan beberapa gejala yang tidak menyenangkan pada beberapa perempuan yang mengalami menopause, panas (hot-flashes), mual, letih, dan cepatnya denyut jantung. Beberapa perempuan yang mengalami menopause mengeluhkan depresi dan peningkatan sensitivitas, tapi pada beberapa kasus perasaan ini dihubungkan kepada keadaan yang lain dalam kehidupan perempuan, seperti bercerai, kehilangan pekerjaan, merawat orang tua yang sakit dan sebagainya menurut Dickson 1989; Strickland; 1987 (Santruck, 2002).
Temuan penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa menopause tidak mengakibatkan masalah psikologis dan fisik bagi sebahagian besar perempuan. 8000 perempuan dalam sebuah penelitian, mayoritas menilai menopause sebagai pengalaman positif, bahwa mereka tidak lagi harus khawatir tentang kehamilan atau periode mestruasi dan pengalaman yang netral, tanpa perasaan tertuntu/ khusus tentang semua hal itu menurut McKinlay & McKinlay (Santruck, 2002). Hanya 3 persen yang berkata menyesal mencapai menopause. Kecuali untuk beberapa gejala sementara yang menyusahkkan seperti, semburan panas, berkeringat dan ketidakteraturan mestruasi.
Bagi minoritas perempuan menopause yang mengalami sakit secara fisik dan kesulitan secara psikologis, tetapi pergantian estrogen mungkin bermanfaat. Gejala yang menyakitkan biasanya berkaitan dengan rendahnya estrogen atau ketidakseimbangan hormonal. Tetapi pengganti estrogen telah sukses dalam mengurangi gejala menopause estrogen tingkat rendah seperti semburan panas dan berkeringat. Ahli medis semakin merekomendasikan bahwa sebelum terjadi menopause, perempuan memantau tingkat egstrogennya. Dengan cara ini pada saat menopause terjadi, dan tingkat egtrogen menurun, dokter  mengetahui berapa banyak egtrogen yang harus diganti untuk mempertahankan tingkat normal estrogen perempuan.
Meskipun terapi penggantian egtrogen memiliki banyak keunggulan, beberapa kekhawatiran tentang penggunaan hal ini telah muncul. Menurut Ravnikar, 1992(Santruck, 2002) kepala unit menopause pada Massachusetts General Hospital, kekhawatitan terbesar tentang pengganti egtrogen adalah hal ini mungkin meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk mengatasi pengaruh ini, sebagian besar perempuan juga mengambil bentuk sintesis dari horman kedua perempuan, yaitu progesteron. Hormon kedua ini, meskilpun mungkin mengurangi proteksi estrogen melawan serangan jantung, 25 persen perempuaan, menyebabkan PMS, seperti pembengkakan dan mudah marah.
D.                Sikap Dan Perilaku Seksual
Meskipun kemampuan laki-laki dan perempuan pada fungsi seksualnya menunjukkan penurunan biologis yang kecil pada masa dewasa tengah, aktivitas seksual biasanya terjadi pada basis frekuensi lebih kecil dibandingkan diawal masa dewasa. Kepentingan-kepentingan karir, keadaan keluarga, tingkat energi dan kebiasaan sehari-hari mungkin memperbesar penurunan ini. Tetapi pada persentase yang besar individu pada masa dewasa tengah terus melakukan frekuensi seperti biasa dalam aktivitas seksual. Sebagai contoh, dalam survei nasional terhadap 502 laki-laki dan perempuan yang berusia 46 dan 71 tahun, kira-kira 68 persen  dari responden yang berusia 51-55 tahun mengatakan bahwa mereka memiliki keinginan kuat dan cukup dalam tentang seks, dan kira-kiara 52 persen mengatakan bahwa mereka melakukan hubungan seksual seminggu satu kali atau lebih menurut Pfeiffer, Verwoerdt, & Davis (Santruck, 2002).
Pada usia tengah baya, tingkat testosteron laki-laki secara bertahap turun, yang dapat mengurangi dorongan seksual mereka. Ereksi karena kurang penuh dan kurang sering, dan membutuhkan lebih banyak stimulasi untuk mencapainya. Para peneliti pernah menghubungkan perubahan ini dengan faktor-faktor psikologis, tetapi semakin jauh, mereka menemukan bahwa sebanyak 75 persen disfungsi ereksi di usia tengah baya berasal dari masalah fisik. Menurut ahli seksualitas Laurence Levine, 1992 (Santruck, 2002), merokok, diabetes, hipertensi, dan tingginya tingginya tingkat kolesterol adalah penyebab dalam banyak masalah ereksi pada laki-laki tengah baya.
E.                 Fungsi seksual dan reproduksi
Seksualitas tidak hanya merupakan kepunyaan masa muda. Meskipun kedua jenis kelamin terkadang mengalami kerusakan dalam kapasitas reproduksi selama masa dewasa tengah. Perempuan menjadi tidak mampu mengandung anak dan kesuburan laki-laki mulai menurun. Kenikmatan seksual dapat berlanjut di seluruh kehidupan orang dewasa.

F.                  Penyesuaian Seksual
1.      Penyesuaian peran seksual
Penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada usia madya terdapat pada perubahan, pada kemampuan seksual mereka.
a.                      Perubahan seksual pada wanita; perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat menopause, tetapi tidak selalu disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut. berhentinya menstruasi hanya merupakan salah satu aspek dari menopause.
b.                      Perubahan seksual pada pria klimakterik pada pria sangat berbeda dengan menopause pada wanita. klimakterik datang kemudian, biasanya pada usia 60 atau 70 tahunan dan berjalan sangat lambat.
2.      Penyesuaian perubahan perkawinan
Pola kehidupan keluarga yang dijalani banyak mengalami perubahan selama periode usia madya seperti diungkapkan cavan “perubahan yang paling besar adalah penarikan diri dari anak – anak dari keluarga, meninggalkan bapak dan ibunya. Sebagai unit keluarga” penyesuaian terhadap perubahan ini biasanya lebih sulit bagi wanita daripada pria karena kehidupan wanita berpusat pada rumah dan anggota keluarga selama tahun – tahun usia dini.
Kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap perubahan pola keluarga pada usia madya :
·                        Perubahan fisik
·                        Hilangnya peran sebagai orangtua
·                        Kurangnya persiapan
·                        Perasaan kegagalan
·                        Merasa tidak berguna lagi
·                        Kekecewaan terhadap perkawinan
·                        Merawat anggota keluarga berusia lanjut.






Kasus
Seks tidak pernah merupakan masalah bagi Henry Ong dan istrinya. Namun ketika istrinya menginjak usia 50 tahun, dia mulai sering mengeluh sakit ketika berhubungan intim. Ia juga berubah jadi pemurung, suka menyendiri, dan mudah cemas. Sakit pada punggung adalah keluhan yang sering disampaikan Ny.Ong.
Henry menganjurkannya periksa ke dokter. Namun tidak terjadi perbaikan setelah itu. Kata dokter, ada gejala menopause pada Ny. Ong, dan hal itu bisa berlangsung beberapa bulan.
Dokter Pauline Sim, psikiater di Rumah Sakit KK, Singapura menjelaskan, menopause adalah suatu masa ketika siklus menstruasi dan reproduksi wanita berhenti. Umumnya terjadi di penghujung usia 40 tahun. Tapi gejala psikologisnya sudah dimulai beberapa tahun sebelum itu. Ketika tingkat hormon wanita berfluktuasi (turun-naik) dan haid menjadi tidak teratur datangnya, kaum wanita bisa menjadi lebih gelisah, insomnia dan depresi. Tapi tidak semua wanita mengalami perubahan psikologis itu.
Dijelaskan oleh Dokter Kok Lee Peng, psikiater di Rumah Sakit Gleneagles, sebanyak 50 persen dari wanita-wanita yang terpengaruh perubahan itu mengalami hot flush, yaitu sekujur tubuh tiba-tiba terasa panas dan kemudian mengeluarkan banyak keringat.
Perubahan lainnya adalah osteoporosis atau tulang-belulang merapuh, sakit pada punggung, dan terjadi penipisan dinding vagina. Hal itu membuat hubungan intim terasa menyakitkan.
Para psikiater itu sependapat bahwa untuk para istri itu, peran suami adalah penting. Dokter Sim mengatakan melihat banyak wanita menopause yang sedemikian bingungnya hingga berkali-kali ganti dokter untuk mengatasi masalahnya sesegera mungkin.
Mengatasi menopause adalah salah satu daftar ketegangan yang dihadapi suami-istri paruh baya, kata psikoterapis Ang Thiam Hong yang telah menangani 200 kasus krisis perkawinan pada pasangan paruh baya. Menurutnya, ketika anak-anak sudah besar dan sudah meninggalkan rumah, menyesuaikan diri kembali untuk hidup sebagai suami-istri bisa merupakan masalah. Selain dari tekanan masalah akibat keluhan menopause itu, ada pula kemungkinan terjadi ketidakseimbangan dalam kebutuhan seks suami-istri.
“Istri sering merasa seperti kehilangan bahwa ia tidak dapat melahirkan lagi. Dia bisa saja mencari suaminya untuk mendapatkan keintiman tapi dengan menopause, gairah seksnya berkurang,” jelas Ang. Sebaliknya, suami bisa membangun hubungan baru dengan wanita lain yang lebih muda, untuk meyakinkan dirinya bahwa dia masih memiliki daya tarik.
Mengatasi masalah menopause, para penasehat itu menekankan pentingnya suami-istri membicarakan masalah itu. Bagi istri yang gejala menopausenya menyakitkan, suami perlu menolong dengan belajar lebih banyak tentang kondisi itu.
Kata dokter Sim, “Sebaiknya suami tidak berkata, ‘Jangan mengeluh. Ini soal pikiran kamu saja’, atau ‘Bagaimana mungkin. Ibu saya dan kakak saya yang perempuan tidak punya masalah begitu’. Kalimat-kalimat seperti itu bisa menyinggung perasaannya karena bukan kehendak dia menjadi seperti itu. Temani saja istri Anda dan jangan mencelanya.”

Pembahasan
Telah disebutkan pada kasus di atas bahwa Ny. Ong mengalami gejala menopause, yaitu sakit pada punggung, dan terjadi penipisan dinding vagina. Hal itu membuat hubungan intim terasa menyakitkan. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani menopause sangat menyesal kehilangan kapasitas produksi mereka dan mereka menjadi sangat tertekan. Hal tersebut dapat mengakibatkan sikap yang lebih mudah cemas, menjadi pemurung, dan suka menyendiri. Turunnya estrogen menghasilkan beberapa gejala yang tidak menyenangkan pada beberapa perempuan yang mengalami menopause, panas (hot-flashes), mual, letih, dan cepatnya denyut jantung. Beberapa perempuan yang mengalami menopause mengeluhkan depresi dan peningkatan sensitivitas, tapi pada beberapa kasus perasaan ini dihubungkan kepada keadaan yang lain dalam kehidupan perempuan, seperti bercerai, kehilangan pekerjaan, merawat orang tua yang sakit dan sebagainya menurut Dickson 1989; Strickland; 1987 (Santruck, 2002).
Pentingnya komunikasi suami-istri membicarakan masalah tersebut menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal yang dapat dilakukan oleh seorang suami yaitu belajar lebih banyak mengenai kondisi itu.  Dukungan suami dapat membantu wanita yang tengah mengalami permasalahan dalam menghadapi menopause.



DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi perkembangan, Edisi 5. Jakarta ; Erlangga
Monks, F.J., A.M.P. Knoers & Siti Rahayu Haditomo. 2002. Psikologi Perkembangan-pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Papalia, D.E., Sally W.O. & Ruth D.F.2009. Human Development-Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar