BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persepsi
merupakan cara pandang orang memandang dunia ini (Schifmann dan Kanuk (2000). Dari definisi yang umum ini dapat dilihat bahwa persepsi seseorang kan
berbeda dari yang lain. Media massa dengan segala bentuknya dapat membentuk
persepsi yang serupa antar warga kelompok masyrakat tertentu. Dalam hal
pemasaran pengaruh media iklan di media masssa, kemasan prosuk, papan reklame,
dan sebagainya mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu produk atau
merek.
Ries dan
Trout (1987) mengatakan bahwa pemasaran
adalah peperangan antar produsen untuk memperebutkan persepsi konsumen. Begitu
pentingnya persepsi dihati konsumen, sehingga bermacam- macam strategi dibentuk
dan dirancang perusahaan supaya produk atau merknya bisa menjadi nomor satu
dihati konsumen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
definisi dari persepsi konsumen?
2. Apa
faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen?
3.
Bagaimana persepsi konsumen dalam kehidupan sehari - hari?
4.
Bagaimana persepsi konsumen dalam menyikapi suatu produk?
C. Tujuan
1. Untuk
memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Psikologi Konsumen.
2. Agar
lebih memahami dan mengerti tentang persepsi konsumen.
3. Agar
mengetahui faktor - faktor dari persepsi konsumen.
4. Agar
bisa mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu produk.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi Persepsi
Persepsi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan
memaknakan kesan-kesan indera mereka untuk dapat memberikan arti terhadap
lingkungannya. Apa yang seseorang persepsi terhadap sesuatu dapat berbeda
dengan kenyataan yang objektif.
Persepsi
merupakan proses yang kompleks. Seringkali terjadi di mana pesan yang satu
tidak berhubungan dengan pesan yang akhirnya memasuki otak konsumen, karena itu
memahami proses persepsi sangat penting bagi pemasar agar dapat menciptakan
komunikasi yang efektif dengan konsumen.
Stimuli
eksternal dapat diterima oleh konsumen melalui beberapa saluran. Konsumen dapat
melihat iklan, mendengarkan lagu atau jingle iklan, mencium aroma produk atau
toko, merasakan sedapnya rasa es krim, atau merasakan lembutnya kain sutera.
Stimuli eksternal yang merupakan bahan mentah diterima oleh panca indera kita
yang berfungsi sebagai sensor penerima.
Melalui
sensor penerima, bahan mentah tersebut akan memicu terjadinya proses internal.
Konsumen akan teringat oleh kenangan masa lalunya setelah ia melihat sebuah
iklan atau mendengar lagu iklan tersebut. Konsumen dapat terdorong untuk
membeli produk yang diiklankan itu karena kenangan manis tersebut. Proses
persepsi terjadi secara cepat, otomatis, dan tidak disadari oleh konsumen.
Hal utama
yang perlu disadari oleh pengusaha adalah apa saja sebenarnya yang diharapkan
oleh para pembeli dengan membayarkan sejumlah uang tertentu untuk membeli hasil
produksinya itu. Bagi para pembeli, harga bukanlah sekedar nilai tukar barang
atau jasa.
Produk dan
harga menimbulkan berbagai interpretasi di mata konsumen. Konsumen akan
memiliki interpretasi yang berbeda-beda tergantung dari karakteristik pribadi (motivasi,
sikap, konsep diri), latar belakang (sosial, ekonomi, demografi), pengalaman
(belajar), serta pengaruh lingkungannya. Berbagai interpretasi dan persepsi
tentang harga dan produk tersebut menimbulkan pengaruh yang berbeda-beda pada
perilaku konsumen.
Konsumen
tidak hanya menggunakan harga sebagai indikator kualitas tapi juga sebagai
indikator biaya yang dikorbankan. Harga dipandang sebagai indikator biaya
ketika konsumen harus mengorbankan sejumlah uang untuk ditukar dengan produk
atau manfaat produk. Secara teoritis, semakin tinggi harga produk maka semakin
besar pula pengorbanan yang dirasakan konsumen.
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Persepsi dan Ekspektasi Konsumen
1.
Kebutuhan
dan keinginan yang berkaitan dengan
hal-hal yang dirasakan konsumen ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi
dengan produsen/pemasok produk (pemasaran). Jika pada saat itu kebutuhan dan
keinginannya besar, harapan atau ekspektasi konsumen akan tinggi, demikian pula
sebaliknya.
2.
Pengalaman
masa lalu (terdahulu) ketika mengkonsumsi
produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya.
3.
Pengalaman
dari teman-teman, di mana
mereka akan menceriterakan kualitas produk yang akan dibeli oleh konsumen itu.
Hal ini jelas mempengaruhi persepsi konsumen terutama pada produk-produk yang
dirasakan beresiko tinggi.
4.
Komunikasi
melalui iklan dan pemasaran juga
mempengaruhi persepsi konsumen. Orang-orang di bagian penjualan dan periklanan
seyogianya tidak membuat kampanye yang berlebihan melewati tingkat ekspektasi
konsumen. Kampanye yang berlebihan serta secara aktual tidak mampu memenuhi
ekspektasi konsumen akan memberi dampak negatif terhadap persepsi konsumen
tentang produk itu.
C.
Aspek-Aspek
Persepsi Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (1993), setiap persepsi manusia akan berbeda untuk realitas yang sama, hal
ini disebabkan karena ada perbedaan dalam :
1.
Perceptual
Selection yaitu secara ilmiah dan dengan
tidak sadar seseorang akan memilih sendiri stimulus atau rangsangan yang
menarik dan sesuai bagi dirinya.
2.
Perceptual
Organization yaitu pada hakekatnya
seseorang akan menangkap stimulus yang telah ia seleksi sebagai kesatuan yang
utuh.
3.
Perceptual
Interpretation yaitu setiap orang yang
mempunyai interpretasi yang tidak sama terhadap suatu fenomena yang bersifat
individual dan unik, setelah ada seleksi dan pengorganisasian stimulus yang
diterima.
Berdasarkan
pengertian di atas, persepsi seorang konsumen dibedakan pada 3 aspek persepsi
yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi. Setiap orang memiliki harapan,
motivasi dan pengalaman yang berbeda-beda terhadap stimulus sehingga seseorang
mempunyai persepsi yang berbeda dengan orang lainnya terhadap stimulus yang
sama. Hal tersebut menunjukkan persepsi dan tanggapan seseorang terhadap
stimulus bisa berbeda untuk stimulus satu dengan stimulus yang lainnya, karena
yang sama mungkin bisa dipandang dengan cara yang berlainan pada saat yang
sama. Dengan demikian suatu stimulus akan membentuk suatu persepsi terhadap
seseorang.
D.
Definisi
Produk
Produk
adalah barang, jasa atau gagasan yang dipasarkan untuk mengisi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Konsumen membeli produk karena nilai yang ditawarkannya.
Produk yang berhasil merupakan paket nilai yang memberikan ciri khas yang benar
serta manfaat yang tepat. Ciri khas adalah ciri, berwujud dan tak berwujud,
yang dibangun perusahaan ke dalam produk-produknya. Agar dapat dijual, cirri
khas juga harus memberikan manfaat.
E.
Faktor-Faktor
Produk
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Suatu Produk :
1. Faktor
Sosial
a. Group
Sikap dan
perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana
orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups
(keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin
yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang).
(Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b. Family Influence
Keluarga
memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar
telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian
produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh
yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003, p.204).
c. Roles and Status
Seseorang
memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan,
organisasi. Sebuah role terdiri dari
aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan
orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan
penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006,
p.135).
2. Faktor Personal
a. Economic Situation
Keadaan
ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas
sedangkan timex dimaksudkan untuk
konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan
produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong,
2006, p.137).
b. Lifestyle
Pola
kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini
orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler,
Amstrong, 2006, p.138)
c. Personality and Self Concept
Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan
dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang
yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah
beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki
gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan
konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d. Age and Life Cycle Stage
Orang-orang
merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa
makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur,
membeli juga dibentuk oleh family life
cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering
diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan
yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli
produk atau servis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e. Occupation
Pekerjaan
seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja
konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat
kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan
siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler,
Bowen,Makens, 2003, p. 207).
3. Faktor
Psychological
a. Motivation
Kebutuhan
yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari
kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu
kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki,
dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal,
keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang
paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi
motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan
paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b. Perception
Persepsi
adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan
informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat
membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama
(Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c. Learning
Pembelajaran
adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari
informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi,
observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru
yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi
individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama
(Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
d. Beliefs and Attitude
Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada
pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan
attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan
yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler,
Amstrong, 2006, p.145).
4. Faktor
Cultural
Nilai-nilai
dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui
keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu
paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan
nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang
secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003,
pp.201-202).
a. Subculture
Sekelompok
orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan,
seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun
konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan
perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003,
p.202).
b. Social Class
Pengelompokkan
individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak
hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan
juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006,
p.132).
F.
Definisi
Harga
Harga
adalah apa yang dibayar oleh customer dan/atau apa yang dibayar oleh konsumen
akhir atas produk atau jasa. Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam
pemilihan merk yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Swastha (1990)
mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang (ditambah beberapa produk) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
Sedangkan
menurut Kotler dan Amstrong (2001), harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk
atau jasa. Dengan kata lain, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang
konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu
barang dan jasa.
G.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Harga
Faktor-faktor
utama dalam menganalisa penentuan harga jual adalah :
1.
Kepekaan
pasar atas harga produk
2.
Biaya
produk
3.
Persaingan
harga
4.
Penilaian
atas hambatan hukum
Faktor
yang menentukan keputusan harga yaitu :
Pengaruh
konsumen dalam penetapan harga
a.Persepsi konsumen terhadap harga
i.Kesadaran konsumen terhadap harga (price
awareness)
Kesadaran konsumen pada awalnya adalah rendah, konsumen pertama kali akan
melihat wujud fisik atau gambaran tentang produk. Namun, kesadaranterhadap
harga tersebut terus meningkat sejalan dengan meningkatnya sensitivitas harga
yang dilakukan. Bagi kelompok pembeli organisasional, kesadaran terhadap harga
tinggi karena adanya kebutuhan untuk bernegosiasi baik tentang harga maupun
cara pembayarannya.
ii.Ekspektasi terhadap harga (price expectation)
Sebelum menentukan pilihan, biasanya konsumen mengembangkan ekspektasi
tentang tingkat harga normal dan rentang harga pada suatu merek tertentu.
Konsumen menentukan sendiri standard harga untuk beberapa item produk yang
dianggapnya cukup fair.
iii.Kaitan harga dan kualitas produk
Penurunan harga akan meningkatkan penjualan dalam waktu singkat, tetapi
juga akan berakibat pada konsumen yang memiliki pandangan bahwa perusahaan
mempertaruhkan kualitas dengan harga produk
b.Respon konsumen terhadap harga
i.Permintaan konsumen (consumer demand)
ii.Elastisitas harga atas permintaan (price
elasticity of demand)
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Teori
1.
Teori
Ekonomi Mikro
Menurut teori ini keputusan membeli
merupakan hasil perhitungan ekonomi misalnya rasional yang sadar. Pembeli akan
berusaha melakukan pembelian barang-barang yang akan memberikan kegunaan atau
memberikan kepuasan yang paling banyak sesuai dengan keinginannya dan
harga-harga relatif.
Teori ekonomi mikro ini dikembangkan
oleh beberapa ahli diantaranya Adam Smith
yang mengembangkan suatu doktrin pertumbuhan ekonomi yang didasakan atas
prinsip bahwa manusia dalam segala tindakanya didorong oleh kepentinganya
sendiri. Jeremy Bentham mengemukakan
bahwa manusia adalah makluk yang mempertimbangkan untung rugi dalam segala
tindakanya.
Alfred
Marshall menyempurnakan teori ini menjadi teori yang sekarang dikenal
dengan Teori Kepuasan Modern. Menurut teori ini setiap konsumen akan berusaha mendapakan kepuasan
maksimal, dan konsumen akan meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk bila
ia mendapatkan kepuasan dari produk yang sama yang telah dikonsumsinya, dimana
kepuasan yang didapakan sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk
beberapa produk lain melalui perhitungan yang cermat terhadap konsekuensi
pembelian.
Asumsi dari teori ini adalah :
a.
konsumen
selalu mencoba memaksimumkan kepuasannya dalam batas-batas kemampuan finansialnya.
b.
konsumen
mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya.
c.
konsumen
selalu bertindak rasional.
Teori ini
umumnya ditolak karena kenyataanya tidak ada orang yang sebelum membeli barang
tertentu terlebih dahulu menghitung teliti marginal
utility barang tersebut dan membandingkanya dengan marginal utility dengan barang lain. Teori ini hanya memasukkan
faktor ekonomi sebgai variabel pembentuk perilaku sedangkan faktor-faktor lain
yang sebenarnya turut membentuk perilaku tidak dimasukkan dalam teori ini.
2. Teori Psikologis.
Teori psikologi mendasarkan diri
pada faktor-faktor psikologis individu yang selalu dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan lingkungan. Perilaku manusia sangat komplek karena proses
mental tidak dapat diamati secara langsung.
3.
Analisis Biplot
Analisis Biplot untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu produk
tertentu berkaitan dengan produk pesaing. Sedangkan analisis perilaku pembelian
untuk mengetahui seperti apakah persepsi konsumen dalam pengambilan keputusan
pembelian untuk suatu produk tertentu.
Hasil analisis citra menunjukkan, aspek tertentu dari produk menjadi
pertimbangan utama konsumen untuk membeli. Hasil dari analisis citra dan
analisis Biplot selanjutnya menunjukkan posisi produk dan keunggulannya
dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Misalnya, produk pakaian merek X
punya keunggulan di bidang tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sementara
pakaian merek Y diposisikan sebagai produk yang lebih murah, dan merek lain
diposisikan sebagai produk yang punya keunggulan dalam hal warna yang lebih
disukai. Berdasarkan analisis Biplot, diketahui bahwa mereka X dan Y merupakan
pesaing atau kompetitor yang paling dekat.
4.
The Unique Selling Proposition atau Unique
Selling Point (USP)
Reeves mendefinisikan USP sebagai :
a.
Setiap
iklan harus membuat proposisi yang ditujukan kepada konsumen. Bukan hanya
kata-kata, bukan hanya produk yang diiklankan, bukan hanya show-window advertising. Akan tetapi, setiap iklan hendaknya
mengatakan bahwa konsumen : “Belilah produk ini, dan Anda akan mendapatkan
keuntungan istimewa”.
b.
Proposisi
haruslah tunggal yang tidak bisa dibuat dan dilakukan oleh kompetitor dan
sesuatu yang tidak dapat mereka tawarkan.
c.
Proposisi
haruslah kuat sehingga memungkinkan menarik sebanyak mungkin khalayak tertarik
pada produk yang baru Anda luncurkan.
Teori ini merupakan konsep marketing yang pertama diusulkan sebagai teori
untuk menjelaskan pola antara kampanye iklan yang berhasil.
5.
Teori Consumer Behavior
Kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen
setelah mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Salah satu
definisinya, seperti yang dikemukakan oleh Richard
Oliver: “kepuasan adalah respon pemenuhan dari komsumen. Kepuasan adalah
hasil dari penilaian dari konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan
tingkat kenikmatan di mana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang.
B.
Aplikasi
Teori
Jadi dari
video tentang iklan produk tersebut dapat kita simpulkan bahwa, dengan
memberikan harga yang tidak begitu “tinggi”, maka masyarakat secara luas akan
mempresepsikan bahwa produk tersebut memiliki harga yang sangat terjangkau
(walaupun nanti pada akhirnya kembali lagi kepada kualitas dan ada beberapa
konsumen yang kecewa karena netto produk dengan harga tersebut tidak sesuai
menurutnya).
Menurut
teori ekonomi mikro, konsumen yang melihat iklan
produk dalam video tersebut akan mempersepsikan bahwa selain dengan harga yang
terjangkau, konsumen pun dapat mengkonsumsi produk tersebut dengan harapan
memperoleh hasil sesuai yang ada di dalam iklan. Konsumen akan mudah tergiur
dengan iklan yang terkesan menjanjikan, apalagi kaum wanita yang memang
membutuhkan produk tersebut dan tersugesti untuk menjadi sama dengan si bintang
iklan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Perhatian
dan persepsi konsumen terhadap produk dan harga berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada bagaimana karakteristik pribadi, pengalaman, serta pengaruh
lingkungan sekitarnya. Persepsi konsumen terhadap tingkat harga cenderung
mempunyai efek negatif langsung terhadap intensitas pembelian. Sedangkan efek
positifnya tidak langsung terhadap intensitas pembelian melalui persepsi produk
kualitas. Dengan demikian, interpretasi dan persepsi harga dan produk dapat
dibedakan menurut efek positif (menyukai harga produk yang tinggi) dan efek
negatif (menyukai harga produk yang rendah).
Stimuli atau rangsangan-rangsangan
yang dapat ditangkap dengan panca indera merupakan input yang akan diproses
oleh proses mental sehingga menghasilkan output berupa
perilaku. Proses mental merupakan sebuh proses yang sangat komplek sehingga
sulit digambarkan oleh karenanya sering disebut sebagai black box.
DAFTAR
PUSTAKA
Gaspersz,
Vincent. 1999. Ekonomi
Manajerial. Jakarta: Gramedia.
Griffin,
Ricky W. 2007. Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Sitinjak,
Toni. 2004. Model matriks Konsumen
untuk Menciptakan Superior Costumer Value. Jakarta: Gramedia.
Susanto,
AB. 2000. 60 Management Gems. Jakarta:
Gramedia.
Sutisna.
2003. Perilaku Konsumen dan Strategi
Pemasara. Bandung: Rosdakarya.
http://aisyah18.files.wordpress.com/2010/05/teori-perilaku-konsumen-22.doc.
Tanggal 16 Oktober 2012 18:10 WIB
http://www.scribd.com/doc/43410678/Strategi-Harga.
Tanggal 16 Oktober 2012 18:10 WIB
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a5051_0606747_chapter2.pdf.
Tanggal 23 Oktober 2012 19:38
http://digilib.petra.ac.id.
Tanggal 18 November 2012 20:12 WIB
0 komentar:
Posting Komentar