azizherwit

Selasa, 19 Februari 2013

PERKEMBANGAN KOGNITIF 1 DEWASA MADYA



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat daripada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia madya.
Usia madya pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu- individu tersebut untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya.

B. RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana perkembangan kognitif pada usia dewasa madya?
2.         Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada usia dewasa madya?
3.         Apakah ada perbedaan dalam perkembangan kognitif usia dewasa madya pada individu yang berbeda?


C. TUJUAN
1.         Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kognitif pada usia dewasa madya.
2.         Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dewasa.
3.         Untuk mengetahui adanya perbedaan perkembangan kognitif pada individu yang berbeda.
4.         Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Psikologi Dewasa.


BAB II
PEMBAHASAN

A.             Rentangan usia                                                      
Dengan tidak bermaksud membatasi rentang usia secara kaku, dapat dikatakan bahwa secara teoritis- psikologis dan fisiologis rentang usia antara 40 - 60 tahun merupakan masa tengah baya bagi banyak orang. (Mappiare 1983 : 173)

B.             Ciri-ciri usia madya
Setengah baya/madya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. Khusus usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu. Kalau posisi remaja merupakan masa peralihan, tak lagi dapat dikatakan kanak-kanak dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia setengah baya juga dalam peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada masa setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting, perilaku dan perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “salah tingkah”, canggung dan kadang- kadang bingung .

C.             Karakteristik usia dewasa madya :
1. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.

2. Usia madya merupakan masa transisi
Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
3. Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.
4. Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.
5. Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
6. Usia madya adalah masa berprestasi
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
7. Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.
8. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.
9. Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
10. Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.


D.             Perkembangan fisik :
Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus". Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 dan 9 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.

E.              Perkembangan kognitif : Pada tahap Formal Operasional
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini.
Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.
Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat- pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.

F.              Perkembangan emosi :
Menurut Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal generativity vs stagnasi. Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas / bangkit. Sebaliknya, stagnasi ketika individu tidak melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya. Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang lebih muda.
Tugas kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas daripada intimacy karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke kelompok lain, terutama generasi selanjutnya. Bila dengan intimacy kita terlibat dalam hubungan di mana kita mengharapkan suatu timbal balik dari partner kita, maka dengan generativity kita tidak mengharapkan balasan. Misalnya saja, sebagian sangat besar dari para orang tua tidak keberatan untuk menderita atau meninggal demi keturunannya, walau perkecualian pasti ada.
Banyak psikolog melakukan riset mengapa orang melakukan karya altruistik (berderma atau menolong sesama) yang seringkali tidak menghasilkan apapun bagi mereka kecuali kerugian materi, waktu dan tenaga. Sampai kini para psikolog ini belum menemukan jawaban yang pasti dan diterima semua orang. Kalau Erikson benar, maka kita melakukan hal yang altruistik bukan karena kita menginginkan balasan tapi karena pertumbuhan psikologis kita menimbulkan kasih pada sesama. Kita mungkin melakukan hal-hal yang altruistik karena kita mengharapkan dunia yang lebih baik di masa depan yang akan menjadi masa depan anak-anak kita.
Stagnasi adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang mengalami stagnasi tidak lagi produktif untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat hal lain selain apakah hal itu menguntungkan diri mereka seketika. Kita tahu banyak contoh orang yang setelah berusia setengah baya mulai menanyakan ke mana impian mereka yang lalu, apa yang telah mereka lakukan dan apakah hidup mereka ada artinya. Beberapa orang yang merasa gagal dan tidak lagi punya harapan untuk mencapai impian mereka, pada saat-saat ini berusaha untuk merengkuh masa-masa yang bagi mereka terlewat sia-sia.
Kita tentu pernah mendengar mereka yang meninggalkan istri dan anak-anaknya yang kebingungan dan kekurangan, mencari istri baru dan keluarga baru untuk membangun hidup baru. Inilah mereka yang tidak berhasil melihat peranan mereka dengan lebih luas, melainkan hanya melihat apakah hidup ini bermanfaat bagi mereka pribadi.

G.            Perkembangan sosial : Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood).
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
1. Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
2. Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru.
3. Masa dewasa madya adalah masa berprestasi.
Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
4. Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.


H.             Tugas-Tugas Perkembangan
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
1.         Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
2.         Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
3.         Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
4.         Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
5.         Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
6.         Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

I.               Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Menurut Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, terlebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang penting. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan :
1. Intelligensi
Intellegensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan.
2. Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas. Yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki.
Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini jelasa pada anak umur 9 sampai 12 tahun.
3. Kelenjar-kelenjar
Hasil penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.
4. Kebangsaan (ras)
Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari anak-anak eropa sebelah timur. Amak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan kuning.
5. Posisi dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya perkembangannya lebih cepat dari anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena dimanja perkembangannya lebih lambat. Dalam hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya cepat, karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang dewasa lebih besar.
6. Makanan
Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan faktor yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan lain-lain penyakit.
7. Luka dan penyakit
Luka dan penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan, meskipun terkadang hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.

8. Hawa dan sinar
Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama merupakan faktor yang penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi lingkungannya baik dan yang buruk.
9. Kultur (budaya)
Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana menunjukan bahwa sifat pertumbuhan anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini menguatkan pendapat bahwa sifat-sifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah yang kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses perkembangannya.

Elizabeth B. Hurlock juga mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan (Cause of Development) yaitu:
1. Kematangan (Maturation)
Perkembangan fisik dan mental adalah sebagian besar akibat dari pada kodrat yang telah menjadi bawaan dan juga dari pada latihan dan pengalaman si anak. Kodrat ini diperoleh dari turunan perkembangan (Heredity Endownment) dan menimbulkan pertumbuhan yang terlihat, meskipun tanpa dipengaruhi oleh sebab-sebab nyata dari lingkungan.
2. Belajar dan latihan (Learning)
Sebab terjadinya perkembangan yang kedua adalah dengan melalui proses belajar atau dengan latihan. Disini terutama termasuk usaha anak sendiri baik dengan atau tidak dengan melalui bantuan orang dewasa.
3. Kombinasi kematangan dan belajar (Interaction of Maturation and Learning)
Kedua sebab kematangan dan belajar atau latihan itu tidak berlangsung sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama, bantu membantu. Biasanya melalui suatu latihan yang tepat dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang maksimum, tetapi terkadang meskipun bentuan kuat dan usahanya efektif tidak berhasil seperti yang diharapkan, jika batas perkembangannya lekas tercapai atau daya berkembangnya sangat terbatas.
Kematangan selain berfungsi sebagai pemberi bahan mentah yang berupa potensi-potensi yang siap untuk dilatih/dikembangkan juga sebagai penentu batas atau kualitas perkembangan yang akan terjadi. Kematangan itu dalam periode perkembangan tidak hanya dicapai setelah lahir, tetapi sebelum lahir juga ada kematangan; bedanya ialah bahwa kematangan dalam masa sebelum lahir hanya dipengaruhi kodrat dan tidak memerlukan
latihan.
Kematangan suatu sifat sangat penting bagi seorang pengasuh atau pendidik untuk mengetahuinya, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya terhadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Telah banyak percobaan-percobaan diadakan untuk mengetahui sampai dimana seorang anak dapat berkembang hanya atas dasar kodrat dan sejauh mana atas dasar pengajaran/pengalaman.
Hasilnya antara lain:
1. Pada tahun-tahun pertama “kematangan” ini penting karena memungkinkan pengajaran/pelatihan.
2. Dalam hal perkembangan phylogenetic tidak terdapat perbedaan di antaraanak kembar dan anak yang berbeda rasnya (Nego dan Amreika misalnya).
3. Berlangsungnya secara bersama-sama antara pertumbuhan kodrat (kematangan) dengan pengajaran/latihan adalah sangat menguntungkan bagi perkembangan anak.


BAB III
KASUS

“Makin Banyak Kasus Penurunan Daya Ingat di Usia 30-an dan 40-an Sebagian bahkan lupa pada nama mereka sendiri.”
            Sebuah kuisioner yang dijawab oleh lebih dari 1000 orang di atas usia 50-an tahun menunjukkan bahwa tanda awal kepikunan mereka dimulai rata-rata pada usia 57 tahun, namun tampak juga dimulai lebih awal di usia 30-an tahun.
Sepuluh persen orang mengklaim bahwa ingatan mereka mulai memudar saat usia 40-an tahun dan enam persen orang mengklaim kemampuan mereka dalam mengingat mulai menurun pada usia 30-an tahun.
            Lebih banyak orang yang lebih tua menjadi perhatian tentang daya ingat mereka dan menemukan diri mereka dalam situasi memalukan karena mereka sudah sedikit pikun sebelum usia pensiun mereka, menurut sebuah survei.
Sekitar 31 persen orang mengakui menjadi khawatir tentang makin dekatnya kehilangan ingatan mereka dan proporsi yang sama mengatakan mereka peduli bahwa hal ini akan menjadi masalah di kemudian hari.
            Contoh insiden semacam ini misalnya meninggalkan rumah tanpa memakai kaus kaki dan melupakan bagaimana mengucapkan kata-kata rutin seperti “jam”. Dan dalam sebuah kasus, seseorang bahkan lupa namanya sendiri di sebuah pertemuan bisnis. Dalam sebuah kasus-kasus serius, para responden menjawab bahwa mereka telah lupa untuk menepati janji di rumah sakit, dan meninggalkan pasangan mereka di toko tanpa sadar.
            Hal-hal yang paling sering mereka lupakan antara lain nama-nama orang, pengalaman yang dilaporkan sekitar sepertiga orang yang berusia lebih dari 50-an tahun, barang-barang rumah tangga seperti kunci dan gelas (19 persen) dan nomor PIN (13 persen). Survei ini dilakukan oleh Love to Learn, sebuah situs yang menawarkan latihan mengingat.  “Ingatan berubah selama masa hidup kita dan otak kita memiliki kemampuan menakjubkan untuk beradaptasi dan berkembang,” kata Gill Jackson, Direktur Love and Learn. 
Pembahasan :
Aspek kognitif yang menurun pada masa dewasa tengah adalah daya ingat. Banyak yang menyebabkan daya ingat menurun. Menurut penelitian Craik (1997), daya ingat menurun pada masa dewasa tengah lebih mungkin terjadi ketika memori jangka panjang (long term memory) lebih terlibat daripada memori jangka pendek (short term memory). Daya ingat juga cenderung menurun ketika informasi yang coba diingat lagi adalah  informasi yang baru-baru ini disimpan atau tidak sering digunakan (Riege 7 Innman, 1980). Daya ingat pada masa dewasa tengah akan menurun juga jika kondisi kesehatan jelek dan sikap negative (Poon, 1985; Salthouse, 1989).




BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :
Jika dilihat dari segi perkembangan kognitif, masa dewasa madya berada pada tahap operasional formal. Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya. Individu dewasa madya dituntut untuk dapat berpikir secara logis dan idealis. Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada.




DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
allabout-psikologi.blogspot.com/2009
psycholovegy.com/2012
beritasatu.com/2012



1 komentar:

Anonim mengatakan...

ISi blognya bagus. tapi kalau bisa disetiap kutipannya disertakan sumbernya. jadi lebih jelas bagi pembaca. kita jadi tau oh kalimat ini dikemukakan oleh si tokoh ini dan diambil dari buku ini.
OK

Posting Komentar