BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa dewasa madya merupakan masa lanjutan setelah masa
dewasa dini. Masa dewasa madya ini terjadi antara umur 40 sampai 60 tahun,
dimana biasanya dibagi lagi menjadi dua, yaitu usia madya dini yang berada di
antara 40-50 tahun dan usia madya lanjut yang berbentang antara usia 50-60
tahun.
Pada masa dewasa madya, terdapat berbagai perubahan
yang terjadi baik dalam hal fisik, sosial, knowledge, pengalaman, dan lainnya.
Dalam segi fisik, terdapat penurunan perkembangan fisik, seperti munculnya
keriput pada kulit dan kondisi tubuh yang tidak sekuat saat masih muda, aspek fisik sudah mulai agak
melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, dan mengalami sakit dengan penyakit
tertentu yang belum pernah dialami (rematik, asam urat, dll). Dengan adanya
perubahan fisik ini, otomatis terdapat juga perubahan minat dalam berbagai
bidang kehidupan.
Selain itu, pada masa dewasa madya, seseorang
umumnya telah memiliki pengalaman hidup yang banyak dan telah meyakini suatu
keyakinan spiritual atau agama.. Perhatian terhadap agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya
terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan social. Pemahaman akan hidup
sudah lebih matang daripada sebelumnya sehingga kehidupan spiritualitasnya juga
menjadi lebih matang
Perkembangan
minat dan spiritualitas ini perlu untuk diketahui supaya mengetahui dinamika
atau perubahan minat dan spiritualitas yang dialami oleh dewasa madya. Oleh
karenanya, di dalam makalah ini kami akan membahas mengenai perkembangan minat
dan spiritualitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
proses perkembangan minat pada masa dewasa madya?
2. Bagaimana
proses perkembangan spiritualitas pada masa dewasa madya?
3. Bagaimana
cara memecahkan masalah yang berkaitan dengan minat?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
proses perkembangan minat pada masa dewasa madya.
2. Mengetahui
perkembangan spiritualitas pada masa dewasa madya.
3. Mengetahui
cara memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan minat.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Perkembangan Minat pada Masa Dewasa
Madya
Perubahan minat selama usia madya jauh kurang kentara
daripada perubahan–perubahan yang terjadi pada tahun–tahun awal kehidupan. Perubahan
minat yang ada terjadi karena perubahan tugas, tanggungjawab, kesehatan dari
peran dalam hidup, konsentrasi pria pada bidang pengembangan kerja pada umumnya
memainkan peran penting dalam menekan keinginan mereka dibanding pada masa yang
relative masih muda.
Minat umum pada masa dewasa madya menurut Hurlock antara
lain:
1. Penampilan
dan pakaian
Minat
dalam penampilan yang mulai berkurang setelah menikah dan khususnya selama
tahun-tahun awal sebagai orang tua semakin nampak pada waktu perubahan fisik
terjadi. Orang biasanya melakukan pembatasan dan pemilihan jenis makanan,
olahraga, penggunaan alat kecantikan, atau pakaian guna menutupi kondisi
fisiknya sehingga terlihat lebih muda dari usianya.
2. Uang
Pria
dan wanita berusia madya memang memiliki ketertarikan dengan uang, hanya saja
penekanan akan ketertarikan mereka berbeda. Pada pria yang memiliki pendapatan
yang melebihi kebutuhan keluarga, stabilitas kerja, kepuasan terhadap pekerjaan
dan prestise jauh lebih penting daripada uang yang diperoleh. Berbeda dengan
pria yang memiliki penghasilan yang lebih rendah dari kebutuhan keluarga, uang
menjadi hal yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Wanita madya lebih
tertarik pada uang termasuk yang telah dikaitkan dengan rumah, mobil,
perhiasan, dan lainnya. Namun jika sudah berhubungan dengan persiapan masa tua
dan situasi darurat, sebagian uang tersebut ditabung.
3. Symbol
status
Karena
orang dewasa madya suka berpikir dan mawas diri sebagai generasi pemimpin,
yaitu kelompok yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar, maka mereka
ingin memiliki harta benda yang dapat digunakan untuk menyatakan status mereka
kepada masyarakat. Nilai pemilikan berbagai harta benda seperti rumah, mobil,
dan pakaian biasanya digunakan sebagai symbol status karena nilainya lebih
dapat dilihat.
Makin
cemas seseorang dalam meningkatkan kelas sosialnya, maka symbol status terasa
semakin penting. Apabila karena mobilitas sosial seseorang pada usia madya
pindah kelompok ke masyarakat baru, menafsirkan merekaatas dasar symbol status
mereka sebelum ditolak atau diterima oleh kelompok baru tersebut. Makin banyak
symbol status yang dapat dimiliki dan
bernilai nyata, makin tinggi kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh
pengakuan.
4. Urusan
kemasyarakatan
Menurut
Hurlock, dewasa madya yang menikah pada waktu usia belasan tahun, kemungkinan
besar pada waktu usia madya akan mengalami masa kekosongan, sehingga mereka
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan sosial,
kegiatan pemanfaatan waktu senggang lebih berorientasi pada masyarakat. Mereka
lebih bebas memanfaatkan waktu senggang dibandingkan pada saat anak-anak mereka
masih tinggal seatap.
5. Rekreasi
Salah
satu tugas perkembangan pokok perkembangan pokok selama masa usia madya adalah
belajar menggunakan waktu luang dengan cara yang memuaskan, biasanya mereka
meningkatkan jumlah kegiatan yang bersifat rekreasional.
Ada
empat perubahan penting khusus yang terjadi pada usia madya tentang keinginan
untuk berekreasi, yaitu:
a.
Daya
tarik untuk kegiatan berekreasi yang berat sangat berkurang karena secara
individual lebih suka kegiatan yang lebih tenang.
b.
Ada
pertukaran keinginan dalam kegiatan rekreasi, yaitu dari rekreasi yang
melibatkan orang banyak, ke bentuk rekreasi yang hanya dilakukan oleh beberapa
orang saja.
c.
Kegiatan
rekreasionalnya cenderung berorintasi kepada jenis kegiatan untuk orang dewasa
yang pernah mereka lakukan pada usia dewasa.
d.
Penciutan
keinginan rekreasi pada usia madya. Orang berusia madya cenderung untuk
berorientasi pada kegiatan yang dapat memberi kesenangan yang paling besar, dan
untuk membebaskan diri dari kegiatan yang kurang menarik.
Kegiatan rekreasi yang populer bagi usia madya untuk mengisi waktu luang:
a.
Olahraga
Pria dan wanita usia madya lebih banyak menggunakan waktu luang untuk menonton pertandingan olahraga. Olahraga yang ringan seperti berenang, memancing, main golf, berlayar, dan bowling.
Pria dan wanita usia madya lebih banyak menggunakan waktu luang untuk menonton pertandingan olahraga. Olahraga yang ringan seperti berenang, memancing, main golf, berlayar, dan bowling.
b.
Membaca
Banyak usia madya menggunakan waktu senggang dengan membaca surat kabar dan majalah daripada buku. Sebagian besar senang membaca topik tentang dunia kriminalitas dan seks.
Banyak usia madya menggunakan waktu senggang dengan membaca surat kabar dan majalah daripada buku. Sebagian besar senang membaca topik tentang dunia kriminalitas dan seks.
c.
Menonton
film
Banyak orang dewasa senang menonton film yang ditayangkan di televisi terutama film yang terkenal.
Banyak orang dewasa senang menonton film yang ditayangkan di televisi terutama film yang terkenal.
d.
Radio
dan Televisi
Orang dewasa madya umumnya banyak mendenagrkan radio sambil mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagian lagi senang berita atau program-program televisi berupa program diskusi.
Orang dewasa madya umumnya banyak mendenagrkan radio sambil mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagian lagi senang berita atau program-program televisi berupa program diskusi.
e.
Hiburan
Orang berusia madya umumnya mempunyai cukup waktu untuk untuk menikmati hiburan daripada waktu sebelumnya. Terkadang teman-temannya juga ikut bergabung untuk mengobrol dan main kartu.
Orang berusia madya umumnya mempunyai cukup waktu untuk untuk menikmati hiburan daripada waktu sebelumnya. Terkadang teman-temannya juga ikut bergabung untuk mengobrol dan main kartu.
f.
Melakukan
perjalanan (piknik)
Pada usia madya, mereka lebih mempunyai sedikit tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan pendapatan menjadi relatif lebih tinggi, sehingga memungkinkan melakukan perjalanan lebih banyak lagi, mengunjungi teman-teman, atau sekedar jalan-jalan.
Pada usia madya, mereka lebih mempunyai sedikit tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan pendapatan menjadi relatif lebih tinggi, sehingga memungkinkan melakukan perjalanan lebih banyak lagi, mengunjungi teman-teman, atau sekedar jalan-jalan.
g.
Hobi
Hobi pada usia madya umumnya bersifat konstraktif seperti berkebun, memasak, pertukangan dan lainnya sebagai pengisi waktu senggangnya.
Hobi pada usia madya umumnya bersifat konstraktif seperti berkebun, memasak, pertukangan dan lainnya sebagai pengisi waktu senggangnya.
h. Kursus
Umumnya orang dewasa madya mengikuti kursus untuk kesenangan semata, jadi bukan untuk meningkatkan karir. Mereka menyukai rangsangan intelektual, kontak sosial dan suka keluar rumah.
Umumnya orang dewasa madya mengikuti kursus untuk kesenangan semata, jadi bukan untuk meningkatkan karir. Mereka menyukai rangsangan intelektual, kontak sosial dan suka keluar rumah.
Pemanfaatan waktu luang oleh orang dewasa juga berkaitan
dengan perubahan minat pada masa dewasa madya, perubahan minat tersebut:
a. Adanya
pergeseran minat yang lebih bersifat menyendiri: menonton TV, membaca, dan hobi
lainnya.
b. Banyak
dewasa madya yang memanfaatkan waktu senggang.
c.
Dengan minatnya akan kebudayaan, misalnya
membaca, melukis, menghadiri ceramah. Pria dewasa madya lebih tertarik pada
kegiatan wanita seperti membaca berita ringan daripada kegitan pria seperti
olahraga, menonton pertandingan.
d. Peningkatakn
minat lebih ke arah pada peningkatan kemampuan pribadi, seperti menghadiri
perkuliahan, konser, ikut kursus.
Umur pada saat seseorang berusia madya menikah, saat
ketika menjadi orang tua, dan jumlah anak yang dipunyai, semua ini mempengaruhi
usia dimana mereka harus menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangan yang
berkaitan dengan kehidupan keluarga, tanggung jawab umum dan sosial, dan
terhadap kegiatan orang dewasa pada waktu senggang. Mereka yang menikah pada
waktu remaja menungkinkan mereka untuk tidak mempunyai anak yang masih tinggal
di rumah ketika mereka memasuki usia madya.
Akibatnya, mereka dapat lebih aktif dalam kehidupan
sosial. Kegiatan untuk mengisi waktu senggang mereka lebih berorientasi pada
kedewasaan (adult-oriented) daripada keluarga (family-oriented), dan mereka lebih
bebas untuk menghabiskan waktu daripada ketika mereka mempunyai anak dirumah Waktu
luang merujuk kepada waktu yang menyenangkan setelah bekerja ketika individu
bebas untuk mengikuti aktivitas dan keinginan yang mereka pilih sendiri.
Salah satu tema pokok dalam mengisi waktu luang adalah
meningkatnya ketergantungan pada televisi melebihi bentuk lain dari media massa
sebagai bentuk hiburan. Olahraga juga bagian integral dari aktivitas-aktivitas
pengisi waktu luang baik itu terlibat langsung maupun hanya sekedar menjadi
penonton. Beberapa ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa tengah
adalah waktu dari pertanyaan bagaimana waktu seharusnya dihabiskan dan
menetapkan prioritas (Gould, 1978). Waktu luang merupakan aspek penting yang
khusus bagi dewasa tengah, karena perubahan pengalaman beberapa individu pada
titik ini berada dalam lingkaran orang dewasa. Perubahan meliputi perubahan
fisik, perubahan hubungan dengan pasangan dan anak-anak, dan perubahan karir.
Bagi banyak individu, masa dewasa tengah adalah saat pertama kali dalam hidup
ketika mereka memiliki kesempatan mengembangkan minat mereka. Orang dewasa
perlu menyiapkan diri pada saat pensiun, baik itu secara keuangan maupun
psikologis. Orang dewasa yang telah mengembangkan aktivitas-aktivitas waktu
luangnya, pada masa pensiun tidak terlalu menyebabkan stres akibat masa
peralihan tersebut.
2.2 Perkembangan Spiritualitas pada
Masa Dewasa Madya
James Fowler (1993, 2000) mengemukakan bahwa antara
kebutuhan kognitif dan emosional tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan
spiritual. Spritual tidak dapat berkembang lebih cepat dari kemampuan
intelektual dan tergantung pada perkembangan kepribadian. Jadi teori
perkembangan spiritual Fowler meliputi ketidaksadaran, kebutuhan, kemampuan
seseorang, dan perkembangan kognitif. Fowler melihat ada 6 fase perkembangan
spiritual yaitu :
1. Intuitive-projective faith
Fase ini minimal terjadi setelah usia 4 tahun. Pada fase ini
manusia hanya fokus pada kualitas secara permukaan saja, seperti apa yang
digambarkan oleh orang dewasa dan tergantung pada luasnya fantasi dari manusia
itu sendiri. Di sini konsep Tuhan direfleksikan sebagai sesuatu yang gaib.
2. Mythical-literal faith
Terjadi pada usia minimal 5 sampai 6 tahun. Pada fase ini,
fantasi sudah tidak lagi menjadi sumber utama dari pengetahuan, dan pembuktian
fakta menjadi perlu. Pembuktian kebenaran bukan berasal dari pengalaman aktual
yang dialami sendiri, tapi berasal dari sesuatu yang dianggap lebih ahli,
seperti guru, orang tua, buku, dan tradisi. Kepercayaan di fase ini mengarah
pada sesuatu yang konkrit dan tergantung dari kredibilitas orang yang
bercerita.
3. Poetic-conventional faith
Terjadi pada usia minimal 12 sampai 13 tahun. Pada fase ini
kepercayaan tergantung pada konsensus dari opini orang lain, orang yang lebih
ahli. Mempelajari fakta masih menjadi sumber informasi, tapi individu mulai
percaya pada penilaian mereka sendiri. Meskipun demikian mereka belum
sepenuhnya percaya terhadap penilaian mereka tersebut.
4. Individuating-reflective faith
Terjadi pada usia minimal 18 sampai 19 tahun. Pada fase yang
ketiga remaja tidak dapat menemukan area pengalaman baru karena tergantung pada
orang lain di kelompoknya yang belum tentu dapat menyelesaikan masalah.
Individu di fase ini mulai mengambil tanggungjawab atas kepercayaannya,
perilaku, komitmen, dan gaya hidupnya. Tapi individu pada tahap ini tetap masih
membutuhkan figure yang bisa diteladani.
5. Paradoxical-consolidation faith
Terjadi pada usia minimal 30 tahun. Pada fase ini individu
mulai bisa memahami dan mengintegrasikan elemen spiritual seperti simbolisasi,
ritual, dan kepercayaan. Individu di fase ini juga menganggap bahwa semua orang
termasuk dalam kelompok yang universal dan memiliki rasa kekeluargaan terhadap
semua orang.
6. Universalizing faith
Terjadi pada usia minimal 40 tahun. Periode perkembangan spiritual pada
tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual,
kemampuan introspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu
tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual
meningkat. Tapi meskipun begitu Fowler
menganggap bahwa sangat sedikit orang yang mampu mencapai fase ini, sama
seperti fase terakhir dari perkembangan moral Kohlberg.
Tahap
perkembangan spiritualitas yang terdapat pada masa dewasa madya adalah tahapan
ke enam, yaitu tahap universalizing faith. Seperti yang dijabarkan di atas,
seseorang yang telah mencapai umur 40 dan berada diantara rentang umur 40-60
tahun lebih matang dalam kehidupan spiritualnya. Orang menjadi lebih altruis
dan rendah hati dan dapat merasakan perasaan terdalam terhadap dunia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Spiritualitas
Spiritual adalah komponen penting
dari seorang individu yang memiliki dan sebuah aspek integral dari filosofi
holistic. Perkembangan spiritual pasti mengalami keadaan yang tidak selalu baik
seperti halnya fisik. Secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa hal
yang mempengaruhi perkembangan spiritual :
1. Agama
Spritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang yang mengartikan spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap agama menyatakan bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu setiap manusia berusaha untuk mengontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga kesehatan spiritualitas.
Spritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang yang mengartikan spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap agama menyatakan bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu setiap manusia berusaha untuk mengontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga kesehatan spiritualitas.
2. Nutrisi spiritual
Hal terpenting yang mempengaruhi perkembangan spiritual dan sebaiknya kita juga adalah nutrisi spiritual. Hal ini termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih serta memenuhi kewajiban keagamaan yang dianut. Selain itu juga dengan mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrsisi spiritual, menilai keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Bahkan seorang yang terlihat buruk pun adalah sebuah keajaiban untuk diamati dan dinilai. Kedamaian dengan meditasi adalah bentuk lain untuk mendapatkan nutrisi spiritual. Hal itu bukanlah meminta Tuhan kita apa yang kita inginkan tetapi mencari keheningan untuk merefleksikan dan berterima kasih atas apapun yang kita terima.
Hal terpenting yang mempengaruhi perkembangan spiritual dan sebaiknya kita juga adalah nutrisi spiritual. Hal ini termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih serta memenuhi kewajiban keagamaan yang dianut. Selain itu juga dengan mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrsisi spiritual, menilai keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Bahkan seorang yang terlihat buruk pun adalah sebuah keajaiban untuk diamati dan dinilai. Kedamaian dengan meditasi adalah bentuk lain untuk mendapatkan nutrisi spiritual. Hal itu bukanlah meminta Tuhan kita apa yang kita inginkan tetapi mencari keheningan untuk merefleksikan dan berterima kasih atas apapun yang kita terima.
3. Latihan spiritual
Hal lain yang mempengaruhi perkembangan spiritual kita adalah latihan. Tidak hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh tetapi juga latihan spiritual untuk menjaga spiritual . latihan ini terdiri dari penggunaan jiwa kita. Sehingga latihan tetsebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan untuk menuntun kita untuk bertingkah laku dengan baik, untuk menunjukkan cinta kasih dan perasaan kepada oranglain untuk memahami dan mencari kedamaian.
Hal lain yang mempengaruhi perkembangan spiritual kita adalah latihan. Tidak hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh tetapi juga latihan spiritual untuk menjaga spiritual . latihan ini terdiri dari penggunaan jiwa kita. Sehingga latihan tetsebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan untuk menuntun kita untuk bertingkah laku dengan baik, untuk menunjukkan cinta kasih dan perasaan kepada oranglain untuk memahami dan mencari kedamaian.
4. Lingkungan
Factor lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah lingkungan, hal ini dikarenakan dimana lingkungan tempat kita hidup adalah sumber utama kesehatan yang dapat mempengaruhijiwa kita. Kita harus waspada untuk menghindari kebutuhan yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif yang dapat diambil. Tantangan yang dapat mengancam perkembangan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri kita. Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada oranglain disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal buruk dan jahat dan kemudian mempengaruhi oranglain untuk mengikutinya. keinginan untuk melakukan hal buruk berasal dari diri sendiri.
Factor lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah lingkungan, hal ini dikarenakan dimana lingkungan tempat kita hidup adalah sumber utama kesehatan yang dapat mempengaruhijiwa kita. Kita harus waspada untuk menghindari kebutuhan yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif yang dapat diambil. Tantangan yang dapat mengancam perkembangan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri kita. Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada oranglain disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal buruk dan jahat dan kemudian mempengaruhi oranglain untuk mengikutinya. keinginan untuk melakukan hal buruk berasal dari diri sendiri.
Dimensi spiritual menjadi bagian yang
komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki
aspek spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang
berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyakinan mereka yang mereka percaya. Setiap
fase dari tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau
pengalaman spiritual yang berbeda.
BAB
III
KASUS
DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang wanita
berusia 40 tahun
bernisial N adalah
seorang wanita yang terlahir
dari keluarga konglomerat. Sayangnya ketika
ia beberapa tahun
setelah menikah usaha
suaminya bangkrut dan
keluarganya berpindah status
menjadi menengah kebawah. N sering
cekcok dengan suaminya
lantaran suaminya tidak
tahan dengan tuntutan
gaya hidup N
yang Hedonistik. N sangat
suka mengahmbur-hamburkan
uang untuk hal
yang tidak penting
seperti membeli tas
branded dengan tujuan
pamer disaat kondangan
dan tasnya tidak
pernah dipakai lagi, menghamburkan gaji
suami dengan bergabung
dengan gang sosialita
walaupun SPP anaknya
sudah menunggak 3
bulan, dan lain sebagainya.
Karena kebiasaan
N inilah keuangan
keluarga sering morat-marit , namun N tidak
peduli. Menurutnya yang terpenting
adalah status. N juga
suka tidak mengakui
suaminya lantaran pekerjaan
suaminya sekarang yang
hanya merupakan kuli
bangunan dan tidak
pernah memakai pakaian
merk mahal seperti
dirinya.
3.2 Pembahasan
Pada umumnya
wanita semakin tua
semakin tertarik pada
symbol status seperti
yang telah dibahas
pada awal dari
bab ini, yang dianggap
sebagai cirri-ciri umum, yang
dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan
sosial, apalagi keluarga tidak
berusaha untuk mencapai
atau memiliki symbol yang
diingikan.
Dalam kasus
seperti ini, ada tiga
reaksi umum sebagai
bagian dari wanita
yang sangat membutuhkan
symbol tersebut. Pertama, ia akan
mengeluh dan mengomeli
suaminya yang tidak
dapat menyediakan sukup
uang untuk memperoleh
status tersebut. Kedua ialah
menghamburkan uang dan
menjerumuskan keluarga pada
hutang seperti yang
dilakukan Ny.N . Ketiga, dia juga
bisa berbuat sesuatu dengan bekerja
misalnya agar mempunyai cukup uang
untuk mencukupi kebutuhanya.
Semua pola
respon tersebut merupakan tanda besar keinginan seseorang untuk memperoleh symbol status. Sikap
seperti ini dapat
menimbulakn cekcok antar
keluarga, terutama perilaku yang
ketiga yang menjadikan
banyak pria menjawab
dan bersikap tidak
menyenangkan. Karena ia sadar
hal itu tidak
mungkin diperoleh.
Adapun solusi
yang bisa diberikan untuk menangani kebiasaan Ny. N ini diantaranya adalah
dengan memberi kesadaran kepada Ny. N mengenai kondisi keuangan dan
keluarganya, menyusun prioritas yang penting untuk didahulukan seperti
kebutuhan hidup, dan bisa juga dengan memberikan terapi kognitif dimana
pemikiran Ny. N yang terlalu menganggap symbol status adalah yang terpenting
dibandingkan keluarganya diarahkan kearah berpikir yang lebih baik dengan
melibatkan realitas yang ada dan objektif.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada masa dewasa
madya, berbagai minat yang ada hampir sama dengan minat pada masa dewasa dini,
perbedaan yang terdapat terjadi karena perubahan pada kemampuan fisik dan
sosial seperti kesehatan tubuh menurun dan rasa kesepian karena ditinggal anak.
Minat merupakan gejala psikologis yang menunjukan
pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang.
Minat terhadap penampilan mulai
meningkat seiring dengan penurunan aspek fisik. Orang akan lebih banyak berusaha
merawat kulit supaya tidak terlihat jelas dan pakaian disesuaikan dengan status
dan kewibawaan yang ada. Minat rekreasi umumnya berhubungan dengan kesenangan
yang didapat secara pasif, misalnya membaca, menonton film, menonton
pertandingan olahraga. Yang terakhir, minat terhadap sosial yang terlihat pada
masa dewasa madya ini adalah keterlibatan mereka dalam organisasi atau
perkumpulan dan kegiatan yang bergerak dalam bidang sosial. Keterlibatan ini
dimaksudkan untuk menghindari rasa kesepian yang muncul karena anak-anak telah
mampu mengurus hidup mereka sendiri.
Dalam aspek spiritualitas, orang-orang
lebih menghayati dan menjalani keyakinan spiritual mereka dengan dalam dan
kebutuhan akan ritual spiritual semakin meningkat. Tahap yang dicapai adalah
tahap universalizing faith dari Fowler, namun menurut Fowler, sedikit orang
yang mampu mencapai tahapan ini dengan sempurna.
4.2 Saran
Bagi orang-orang yang telah memasuki atau berada
pada masa dewasa madya, perkembangan minat yang terjadi ini sebaiknya
berlangsung dengan baik dan terkendali dengan memperhatikan pertimbangan fisik,
kemampuan ekonomi, sosial, dan lainnya. Karena, jika terlalu menuruti minat,
maka akan terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan
sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock,E.B.1993. Psikologi
Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi
kelima). Jakarta: Erlangga.
Elida,
Prayitno. 2006. Psikologi Orang Dewasa. Padang: Angkasa Raya
______. (2010). Manusia
Dewasa-Fisik-Intelektual-Emosional-Spiritual. From http://azee.student.umm.ac.id/2010/02/04/manusia-dewasa-fisik-intelektual-emosional-spiritual/,
9 November 2012
______. (2011). Perkembangan
Spiritual. From http://lenimustikawahyuni.blogspot.com/p/hal3perkembangan-spiritual
4679.html
0 komentar:
Posting Komentar