azizherwit

Selasa, 19 Februari 2013

PERKEMBANGAN INTELIGENSI 2 (MINAT DAN SPIRITUALITAS) PADA MASA DEWASA MADYA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masa dewasa madya merupakan masa lanjutan setelah masa dewasa dini. Masa dewasa madya ini terjadi antara umur 40 sampai 60 tahun, dimana biasanya dibagi lagi menjadi dua, yaitu usia madya dini yang berada di antara 40-50 tahun dan usia madya lanjut yang berbentang antara usia 50-60 tahun.
Pada masa dewasa madya, terdapat berbagai perubahan yang terjadi baik dalam hal fisik, sosial, knowledge, pengalaman, dan lainnya. Dalam segi fisik, terdapat penurunan perkembangan fisik, seperti munculnya keriput pada kulit dan kondisi tubuh yang tidak sekuat saat masih muda, aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, dan mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang belum pernah dialami (rematik, asam urat, dll). Dengan adanya perubahan fisik ini, otomatis terdapat juga perubahan minat dalam berbagai bidang kehidupan.
Selain itu, pada masa dewasa madya, seseorang umumnya telah memiliki pengalaman hidup yang banyak dan telah meyakini suatu keyakinan spiritual atau agama.. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan social. Pemahaman akan hidup sudah lebih matang daripada sebelumnya sehingga kehidupan spiritualitasnya juga menjadi lebih matang
Perkembangan minat dan spiritualitas ini perlu untuk diketahui supaya mengetahui dinamika atau perubahan minat dan spiritualitas yang dialami oleh dewasa madya. Oleh karenanya, di dalam makalah ini kami akan membahas mengenai perkembangan minat dan spiritualitas.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses perkembangan minat pada masa dewasa madya?
2.      Bagaimana proses perkembangan spiritualitas pada masa dewasa madya?
3.      Bagaimana cara memecahkan masalah yang berkaitan dengan minat?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui proses perkembangan minat pada masa dewasa madya.
2.      Mengetahui perkembangan spiritualitas pada masa dewasa madya.
3.      Mengetahui cara memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan minat. 



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Perkembangan Minat pada Masa Dewasa Madya
Perubahan minat selama usia madya jauh kurang kentara daripada perubahan–perubahan yang terjadi pada tahun–tahun awal kehidupan. Perubahan minat yang ada terjadi karena perubahan tugas, tanggungjawab, kesehatan dari peran dalam hidup, konsentrasi pria pada bidang pengembangan kerja pada umumnya memainkan peran penting dalam menekan keinginan mereka dibanding pada masa yang relative masih muda.
Minat umum pada masa dewasa madya menurut Hurlock antara lain:
1.      Penampilan dan pakaian
Minat dalam penampilan yang mulai berkurang setelah menikah dan khususnya selama tahun-tahun awal sebagai orang tua semakin nampak pada waktu perubahan fisik terjadi. Orang biasanya melakukan pembatasan dan pemilihan jenis makanan, olahraga, penggunaan alat kecantikan, atau pakaian guna menutupi kondisi fisiknya sehingga terlihat lebih muda dari usianya.
2.      Uang
Pria dan wanita berusia madya memang memiliki ketertarikan dengan uang, hanya saja penekanan akan ketertarikan mereka berbeda. Pada pria yang memiliki pendapatan yang melebihi kebutuhan keluarga, stabilitas kerja, kepuasan terhadap pekerjaan dan prestise jauh lebih penting daripada uang yang diperoleh. Berbeda dengan pria yang memiliki penghasilan yang lebih rendah dari kebutuhan keluarga, uang menjadi hal yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Wanita madya lebih tertarik pada uang termasuk yang telah dikaitkan dengan rumah, mobil, perhiasan, dan lainnya. Namun jika sudah berhubungan dengan persiapan masa tua dan situasi darurat, sebagian uang tersebut ditabung.
3.      Symbol status
Karena orang dewasa madya suka berpikir dan mawas diri sebagai generasi pemimpin, yaitu kelompok yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar, maka mereka ingin memiliki harta benda yang dapat digunakan untuk menyatakan status mereka kepada masyarakat. Nilai pemilikan berbagai harta benda seperti rumah, mobil, dan pakaian biasanya digunakan sebagai symbol status karena nilainya lebih dapat dilihat.
Makin cemas seseorang dalam meningkatkan kelas sosialnya, maka symbol status terasa semakin penting. Apabila karena mobilitas sosial seseorang pada usia madya pindah kelompok ke masyarakat baru, menafsirkan merekaatas dasar symbol status mereka sebelum ditolak atau diterima oleh kelompok baru tersebut. Makin banyak symbol status yang dapat dimiliki  dan bernilai nyata, makin tinggi kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh pengakuan.
4.      Urusan kemasyarakatan
Menurut Hurlock, dewasa madya yang menikah pada waktu usia belasan tahun, kemungkinan besar pada waktu usia madya akan mengalami masa kekosongan, sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan sosial, kegiatan pemanfaatan waktu senggang lebih berorientasi pada masyarakat. Mereka lebih bebas memanfaatkan waktu senggang dibandingkan pada saat anak-anak mereka masih tinggal seatap. 
5.      Rekreasi
Salah satu tugas perkembangan pokok perkembangan pokok selama masa usia madya adalah belajar menggunakan waktu luang dengan cara yang memuaskan, biasanya mereka meningkatkan jumlah kegiatan yang bersifat rekreasional.
Ada empat perubahan penting khusus yang terjadi pada usia madya tentang keinginan untuk berekreasi, yaitu:
a.       Daya tarik untuk kegiatan berekreasi yang berat sangat berkurang karena secara individual lebih suka kegiatan yang lebih tenang.
b.      Ada pertukaran keinginan dalam kegiatan rekreasi, yaitu dari rekreasi yang melibatkan orang banyak, ke bentuk rekreasi yang hanya dilakukan oleh beberapa orang saja.
c.       Kegiatan rekreasionalnya cenderung berorintasi kepada jenis kegiatan untuk orang dewasa yang pernah mereka lakukan pada usia dewasa.
d.      Penciutan keinginan rekreasi pada usia madya. Orang berusia madya cenderung untuk berorientasi pada kegiatan yang dapat memberi kesenangan yang paling besar, dan untuk membebaskan diri dari kegiatan yang kurang menarik.

Kegiatan rekreasi yang populer bagi usia madya untuk mengisi waktu luang:
a.       Olahraga
Pria dan wanita usia madya lebih banyak menggunakan waktu luang untuk menonton pertandingan olahraga. Olahraga yang ringan seperti berenang, memancing, main golf, berlayar, dan bowling.
b.      Membaca
Banyak usia madya menggunakan waktu senggang dengan membaca surat kabar dan majalah daripada buku. Sebagian besar senang membaca topik tentang dunia kriminalitas dan seks.
c.       Menonton film       
Banyak orang dewasa senang menonton film yang ditayangkan di televisi terutama film yang terkenal.
d.      Radio dan Televisi 
Orang dewasa madya umumnya banyak mendenagrkan radio sambil mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagian lagi senang berita atau program-program televisi berupa program diskusi.
e.       Hiburan      
Orang berusia madya umumnya mempunyai cukup waktu untuk untuk menikmati hiburan daripada waktu sebelumnya. Terkadang teman-temannya juga ikut bergabung untuk mengobrol dan main kartu.
f.       Melakukan perjalanan (piknik)      
Pada usia madya, mereka lebih mempunyai sedikit tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan pendapatan menjadi relatif lebih tinggi, sehingga memungkinkan melakukan perjalanan lebih banyak lagi, mengunjungi teman-teman, atau sekedar jalan-jalan.
g.      Hobi           
Hobi pada usia madya umumnya bersifat konstraktif seperti berkebun, memasak, pertukangan dan lainnya sebagai pengisi waktu senggangnya.
h.      Kursus       
Umumnya orang dewasa madya mengikuti kursus untuk kesenangan semata, jadi bukan untuk meningkatkan karir. Mereka menyukai rangsangan intelektual, kontak sosial dan suka keluar rumah.    

Pemanfaatan waktu luang oleh orang dewasa juga berkaitan dengan perubahan minat pada masa dewasa madya, perubahan minat tersebut:
a.       Adanya pergeseran minat yang lebih bersifat menyendiri: menonton TV, membaca, dan hobi lainnya.
b.      Banyak dewasa madya yang memanfaatkan waktu senggang.
c.       Dengan minatnya akan kebudayaan, misalnya membaca, melukis, menghadiri ceramah. Pria dewasa madya lebih tertarik pada kegiatan wanita seperti membaca berita ringan daripada kegitan pria seperti olahraga, menonton pertandingan.
d.      Peningkatakn minat lebih ke arah pada peningkatan kemampuan pribadi, seperti menghadiri perkuliahan, konser, ikut kursus.

Umur pada saat seseorang berusia madya menikah, saat ketika menjadi orang tua, dan jumlah anak yang dipunyai, semua ini mempengaruhi usia dimana mereka harus menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, tanggung jawab umum dan sosial, dan terhadap kegiatan orang dewasa pada waktu senggang. Mereka yang menikah pada waktu remaja menungkinkan mereka untuk tidak mempunyai anak yang masih tinggal di rumah ketika mereka memasuki usia madya.   
Akibatnya, mereka dapat lebih aktif dalam kehidupan sosial. Kegiatan untuk mengisi waktu senggang mereka lebih berorientasi pada kedewasaan (adult-oriented) daripada keluarga (family-oriented), dan mereka lebih bebas untuk menghabiskan waktu daripada ketika mereka mempunyai anak dirumah Waktu luang merujuk kepada waktu yang menyenangkan setelah bekerja ketika individu bebas untuk mengikuti aktivitas dan keinginan yang mereka pilih sendiri.
Salah satu tema pokok dalam mengisi waktu luang adalah meningkatnya ketergantungan pada televisi melebihi bentuk lain dari media massa sebagai bentuk hiburan. Olahraga juga bagian integral dari aktivitas-aktivitas pengisi waktu luang baik itu terlibat langsung maupun hanya sekedar menjadi penonton. Beberapa ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa tengah adalah waktu dari pertanyaan bagaimana waktu seharusnya dihabiskan dan menetapkan prioritas (Gould, 1978). Waktu luang merupakan aspek penting yang khusus bagi dewasa tengah, karena perubahan pengalaman beberapa individu pada titik ini berada dalam lingkaran orang dewasa. Perubahan meliputi perubahan fisik, perubahan hubungan dengan pasangan dan anak-anak, dan perubahan karir. Bagi banyak individu, masa dewasa tengah adalah saat pertama kali dalam hidup ketika mereka memiliki kesempatan mengembangkan minat mereka. Orang dewasa perlu menyiapkan diri pada saat pensiun, baik itu secara keuangan maupun psikologis. Orang dewasa yang telah mengembangkan aktivitas-aktivitas waktu luangnya, pada masa pensiun tidak terlalu menyebabkan stres akibat masa peralihan tersebut.

2.2  Perkembangan Spiritualitas pada Masa Dewasa Madya
James Fowler (1993, 2000) mengemukakan bahwa antara kebutuhan kognitif dan emosional tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan spiritual. Spritual tidak dapat berkembang lebih cepat dari kemampuan intelektual dan tergantung pada perkembangan kepribadian. Jadi teori perkembangan spiritual Fowler meliputi ketidaksadaran, kebutuhan, kemampuan seseorang, dan perkembangan kognitif. Fowler melihat ada 6 fase perkembangan spiritual yaitu :
1.      Intuitive-projective faith
Fase ini minimal terjadi setelah usia 4 tahun. Pada fase ini manusia hanya fokus pada kualitas secara permukaan saja, seperti apa yang digambarkan oleh orang dewasa dan tergantung pada luasnya fantasi dari manusia itu sendiri. Di sini konsep Tuhan direfleksikan sebagai sesuatu yang gaib.
2.      Mythical-literal faith
Terjadi pada usia minimal 5 sampai 6 tahun. Pada fase ini, fantasi sudah tidak lagi menjadi sumber utama dari pengetahuan, dan pembuktian fakta menjadi perlu. Pembuktian kebenaran bukan berasal dari pengalaman aktual yang dialami sendiri, tapi berasal dari sesuatu yang dianggap lebih ahli, seperti guru, orang tua, buku, dan tradisi. Kepercayaan di fase ini mengarah pada sesuatu yang konkrit dan tergantung dari kredibilitas orang yang bercerita.
3.      Poetic-conventional faith
Terjadi pada usia minimal 12 sampai 13 tahun. Pada fase ini kepercayaan tergantung pada konsensus dari opini orang lain, orang yang lebih ahli. Mempelajari fakta masih menjadi sumber informasi, tapi individu mulai percaya pada penilaian mereka sendiri. Meskipun demikian mereka belum sepenuhnya percaya terhadap penilaian mereka tersebut.
4.      Individuating-reflective faith
Terjadi pada usia minimal 18 sampai 19 tahun. Pada fase yang ketiga remaja tidak dapat menemukan area pengalaman baru karena tergantung pada orang lain di kelompoknya yang belum tentu dapat menyelesaikan masalah. Individu di fase ini mulai mengambil tanggungjawab atas kepercayaannya, perilaku, komitmen, dan gaya hidupnya. Tapi individu pada tahap ini tetap masih membutuhkan figure yang bisa diteladani.
5.      Paradoxical-consolidation faith
Terjadi pada usia minimal 30 tahun. Pada fase ini individu mulai bisa memahami dan mengintegrasikan elemen spiritual seperti simbolisasi, ritual, dan kepercayaan. Individu di fase ini juga menganggap bahwa semua orang termasuk dalam kelompok yang universal dan memiliki rasa kekeluargaan terhadap semua orang.
6. Universalizing faith
Terjadi pada usia minimal 40 tahun. Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan introspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat.  Tapi meskipun begitu Fowler menganggap bahwa sangat sedikit orang yang mampu mencapai fase ini, sama seperti fase terakhir dari perkembangan moral Kohlberg.
Tahap perkembangan spiritualitas yang terdapat pada masa dewasa madya adalah tahapan ke enam, yaitu tahap universalizing faith. Seperti yang dijabarkan di atas, seseorang yang telah mencapai umur 40 dan berada diantara rentang umur 40-60 tahun lebih matang dalam kehidupan spiritualnya. Orang menjadi lebih altruis dan rendah hati dan dapat merasakan perasaan terdalam terhadap dunia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
Spiritual adalah komponen penting dari seorang individu yang memiliki dan sebuah aspek integral dari filosofi holistic. Perkembangan spiritual pasti mengalami keadaan yang tidak selalu baik seperti halnya fisik. Secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan spiritual :
1. Agama     
Spritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang yang mengartikan spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap agama menyatakan bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu setiap manusia berusaha untuk mengontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga kesehatan spiritualitas.
2. Nutrisi spiritual   
Hal terpenting yang mempengaruhi perkembangan spiritual dan sebaiknya kita juga adalah nutrisi spiritual. Hal ini termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih serta memenuhi kewajiban keagamaan yang dianut. Selain itu juga dengan mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrsisi spiritual,  menilai keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Bahkan seorang yang terlihat buruk pun adalah sebuah keajaiban untuk diamati dan dinilai. Kedamaian dengan meditasi adalah bentuk lain untuk mendapatkan nutrisi spiritual. Hal itu bukanlah meminta Tuhan kita apa yang kita inginkan tetapi mencari keheningan untuk merefleksikan dan berterima kasih atas apapun yang kita terima.
3. Latihan spiritual  
Hal lain yang mempengaruhi perkembangan spiritual kita adalah latihan. Tidak hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh tetapi juga latihan spiritual untuk menjaga spiritual . latihan ini terdiri dari penggunaan jiwa kita. Sehingga latihan tetsebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan untuk menuntun kita untuk bertingkah laku dengan baik, untuk menunjukkan cinta kasih dan perasaan kepada oranglain untuk memahami dan mencari kedamaian.
4. Lingkungan         
Factor lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah lingkungan, hal ini dikarenakan dimana lingkungan tempat kita hidup adalah sumber utama kesehatan yang dapat mempengaruhijiwa kita. Kita harus waspada untuk menghindari kebutuhan yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif yang dapat diambil. Tantangan yang dapat mengancam perkembangan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri kita. Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada oranglain disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal buruk dan jahat dan kemudian mempengaruhi oranglain untuk mengikutinya. keinginan  untuk melakukan hal buruk berasal dari diri sendiri.

Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyakinan mereka yang mereka percaya. Setiap fase dari tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda.



BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1  Kasus
Seorang  wanita  berusia  40  tahun  bernisial  N  adalah  seorang  wanita yang  terlahir  dari  keluarga  konglomerat. Sayangnya  ketika  ia  beberapa  tahun  setelah  menikah  usaha  suaminya  bangkrut  dan  keluarganya  berpindah  status  menjadi  menengah kebawah. N  sering  cekcok  dengan  suaminya  lantaran  suaminya  tidak  tahan  dengan  tuntutan  gaya  hidup  N  yang  Hedonistik. N  sangat  suka  mengahmbur-hamburkan uang  untuk  hal  yang  tidak  penting  seperti  membeli  tas  branded  dengan  tujuan  pamer  disaat  kondangan  dan  tasnya  tidak  pernah  dipakai  lagi, menghamburkan  gaji  suami  dengan  bergabung  dengan  gang  sosialita  walaupun  SPP  anaknya  sudah  menunggak  3  bulan, dan lain sebagainya.
Karena  kebiasaan  N  inilah  keuangan  keluarga  sering  morat-marit , namun N  tidak  peduli. Menurutnya  yang  terpenting  adalah  status. N  juga  suka  tidak  mengakui  suaminya  lantaran  pekerjaan  suaminya  sekarang  yang  hanya  merupakan  kuli  bangunan  dan  tidak  pernah  memakai  pakaian  merk  mahal  seperti  dirinya.

3.2  Pembahasan
Pada  umumnya  wanita  semakin  tua  semakin  tertarik  pada  symbol  status  seperti  yang  telah  dibahas  pada  awal  dari  bab  ini, yang  dianggap  sebagai  cirri-ciri  umum, yang  dapat  membahayakan  penyesuaian pribadi  dan  sosial, apalagi  keluarga  tidak  berusaha  untuk  mencapai  atau  memiliki symbol yang diingikan.
Dalam  kasus  seperti  ini, ada  tiga  reaksi  umum  sebagai  bagian  dari  wanita  yang  sangat  membutuhkan  symbol  tersebut. Pertama, ia  akan  mengeluh  dan  mengomeli  suaminya  yang  tidak  dapat  menyediakan  sukup  uang  untuk  memperoleh  status  tersebut. Kedua  ialah  menghamburkan  uang  dan  menjerumuskan  keluarga  pada  hutang  seperti  yang  dilakukan  Ny.N . Ketiga, dia  juga  bisa  berbuat  sesuatu dengan  bekerja  misalnya  agar  mempunyai cukup  uang  untuk  mencukupi  kebutuhanya.
Semua  pola  respon  tersebut  merupakan tanda  besar keinginan  seseorang untuk  memperoleh symbol  status. Sikap  seperti  ini  dapat  menimbulakn  cekcok  antar  keluarga, terutama  perilaku  yang  ketiga  yang  menjadikan  banyak  pria  menjawab  dan  bersikap  tidak  menyenangkan. Karena  ia  sadar  hal  itu  tidak  mungkin  diperoleh.
Adapun solusi yang bisa diberikan untuk menangani kebiasaan Ny. N ini diantaranya adalah dengan memberi kesadaran kepada Ny. N mengenai kondisi keuangan dan keluarganya, menyusun prioritas yang penting untuk didahulukan seperti kebutuhan hidup, dan bisa juga dengan memberikan terapi kognitif dimana pemikiran Ny. N yang terlalu menganggap symbol status adalah yang terpenting dibandingkan keluarganya diarahkan kearah berpikir yang lebih baik dengan melibatkan realitas yang ada dan objektif.



BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Pada masa dewasa madya, berbagai minat yang ada hampir sama dengan minat pada masa dewasa dini, perbedaan yang terdapat terjadi karena perubahan pada kemampuan fisik dan sosial seperti kesehatan tubuh menurun dan rasa kesepian karena ditinggal anak. Minat merupakan gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang.
Minat terhadap penampilan mulai meningkat seiring dengan penurunan aspek fisik. Orang akan lebih banyak berusaha merawat kulit supaya tidak terlihat jelas dan pakaian disesuaikan dengan status dan kewibawaan yang ada. Minat rekreasi umumnya berhubungan dengan kesenangan yang didapat secara pasif, misalnya membaca, menonton film, menonton pertandingan olahraga. Yang terakhir, minat terhadap sosial yang terlihat pada masa dewasa madya ini adalah keterlibatan mereka dalam organisasi atau perkumpulan dan kegiatan yang bergerak dalam bidang sosial. Keterlibatan ini dimaksudkan untuk menghindari rasa kesepian yang muncul karena anak-anak telah mampu mengurus hidup mereka sendiri.
Dalam aspek spiritualitas, orang-orang lebih menghayati dan menjalani keyakinan spiritual mereka dengan dalam dan kebutuhan akan ritual spiritual semakin meningkat. Tahap yang dicapai adalah tahap universalizing faith dari Fowler, namun menurut Fowler, sedikit orang yang mampu mencapai tahapan ini dengan sempurna.

4.2  Saran
Bagi orang-orang yang telah memasuki atau berada pada masa dewasa madya, perkembangan minat yang terjadi ini sebaiknya berlangsung dengan baik dan terkendali dengan memperhatikan pertimbangan fisik, kemampuan ekonomi, sosial, dan lainnya. Karena, jika terlalu menuruti minat, maka akan terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

 Hurlock,E.B.1993. Psikologi PerkembanganSuatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Elida, Prayitno. 2006. Psikologi Orang Dewasa. Padang: Angkasa Raya
______. (2010). Manusia Dewasa-Fisik-Intelektual-Emosional-Spiritual. From http://azee.student.umm.ac.id/2010/02/04/manusia-dewasa-fisik-intelektual-emosional-spiritual/, 9 November 2012
______. (2011). Perkembangan Spiritual. From http://lenimustikawahyuni.blogspot.com/p/hal3perkembangan-spiritual 4679.html 

 

0 komentar:

Posting Komentar