BAB I
PENDAHULUAN
Secara sederhana anak-anak yang
melanggar norma social dan anti social bisa dikatakan sebagai anak-anak nakal (delinquent children). Dengan kata lain
bahwa anak-anak nakal ialah anak yang melanggar norma dan anti social.
Anak-anak nakal itu sendiri dapat
dipahami dengan menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan
psikologis, pendekatan keagamaan, pendekatan biologis, pendekatan sosiologis, pendekatan
hukum dari pendekatan kesehatan mental. Sehingga kita dapat memahami,
karakteristik (ciri-ciri) anak nakal, dan tipe-tipe perilaku kenakalan anak
serta sebab kenakalan anak.
Terdapat dua pandangan berbeda
tentang penyebab delinquent children
(anak-anak nakal), yaitu factor keturunan (heredity factor) dan factor-faktor
lingkungan. Menurut pandangan yang berorientasi factor-faktor lingkungan, juga
menyebutkan bahwa delinquent children
dapat dicegah dengan mengembangkan kerjasama di rumah, di sekolah dan di
masyarakat. Selain itu juga dapat dilakukan beberapa terapi, sehingga anak-anak
dapat mengekspresikan emosi dan keterkuranganya tersebut dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DELIQUENT CHILDREN
Secara
sederhana anak-anak yang melanggar norma sosial dan anti sosial bisa dikatakan
anak-anak nakal (delinquent children).
Dengan kata lain bahwa anak nakal ialah anak yang melanggar norma & anti
sosial.
Secara khusus
anak-anak nakal juga dapat dipahami melalui beberapa pendekatan, seperti di
bawah ini;
1)
Pendekatan psikologis
Pendekatan
psikologis terutama menggunakan psychoanalysis
theory bahwa kenakalan anak karena kegagalan pembentukan aspek sosial/ aspek
moral (super ego) pada anak.
Gangguan
psikiatrik bisa juga merupakan penyebab timbulnya kenakalan anak. Berdasarkan
patologi intra psikis bisa menjadi penyebab kegagalan hubungan interpersonal antara
orangtua dengan anaknya diawal kehidupannya. Gangguan hubungan interpersoal ini
bisa menimbulkan neurotik bahkan bisa psikotik atau disorder yang lainnya antara lain anti sosial.
o
Johnson
dan Szurck mengatakan bahwa kenakalan anak adalah sebagai lubang dari super
ego (super egonya berlubang).
o
Mowrer
(1961) mendifinisikan kenakalan anak sebagai rendahnya moral yang
disebabkan oleh lemahnya kata hati karena pengajaran yang salah (kurang tepat)
pada awal kehidupan anak.
o
Bandura
dan Walter mengatakan bahwa kenakalan anak merupakan manifestasi frustrasi
terhadap kebutuhannya. Manifestasi frustrasi tersebut dapat juga berupa agresi.
o
Travis
dan Hirchi mengatakan bahwa kenakalan ditentukan oleh tindakan yang mengakibatkan
masyarakat menghukum pada pelakunya.
o
C. Burt
mengatakan bahwa anak dapat dianggap nakal ketika kecenderungan antisosialnya
tampak menjadi tindakan nyata.
o
Richard
A.Cloward mengatakan bahwa tindakan nakal adalah perilaku yang melanggar
norma masyarakat. Apalagi ketika diketahui secara resmi bahwa tindakan tersebut
dinilai oleh agen hukum kriminal benar-benar telah melanggar norma.
2)
Pendekatan keagamaan.
Secara umum
manusia berkemauan (berkeinginan) bebas. Pada umumnya manusia akan menuntut
kepuasan dan menolak ketidak-enakan. Menuntut kepuasan kadangkala menjadi
penyebab tindakan nakal. Kepuasan sebagai sumber kenalan. Bagi yang percaya
bahwa sesudah mati seseorang akan diminta mempertanggung jawabkan seluruh
perilakunya, dan yang berperilaku salah akan menerima hukuman maka dia akan
lebih berhati-hati dalam kebebasan memenuhi kepuasannya. Sedangkan bagi yang
tidak percaya hal tersebut maka dia secara bebas berperilaku semaunya untuk
memenuhi kepuasannya. Keyakinan tentang hal ini akan menjadi faktor penyebab
muncul tidaknya perilaku kenakalan.
3)
Pendekatan biologis.
Menurut
pendekatan biologis bahwa perilaku anti sosial didasarkan pada faktor genetik. Perilaku antisosial
ditimbulkan oleh faktor organis yaitu karena nervous system yang pathologis sehingga dalam menyesuaikan terhadap lingkungan
sosialnya nampak nakal.
4)
Pendekatan sosiologis.
Pendekatan
sosiologis menitikberatkan pada kondisi sosial sebagai penyebab timbulnya
perilaku anti sosial.
o
Menurut Teori
Merton bahwa munculnya perilaku anti
sosial ketika anak tidak menemukan identifikasi cara untuk memenuhi tujuannya
(keinginannya/kebutuhannya) sehingga ia menggunakan perilaku yang bertentangan
dengan norma sosial (anti sosial). Perilaku anti sosial merupakan kegagalan
usaha memperoleh legitimasi masyarakat ketika anak ingin mencapai tujuannya.
5)
Pendekatan hukum.
Karena
anak-anak masih berusia terlalu muda untuk dikenai sangsi hukum maka kenakalan
anak-anak belum bisa dikatakan perilaku melanggar hukum. Anak yang nakal belum
bisa dihukum tetapi harus dibina oleh orangtuanya atau dititipkan kepada
lembaga penitipan pendidikan anak. Jadi anak yang nakal perlu pembinaan yang
intensif dan bukan dikenai sangsi hukuman.
6)
Pendekatan kesehatan mental.
Menurut
kesehatan mental bahwa kenakalan anak adalah ekspresi dari kebutuhannya.
Perilaku nakal adalah merupakan gejala dari kebutuhannya yang ingin dipenuhi
dengan cara-cara yang tidak bisa diterima oleh lingkungan sosialnya. Misalnya :
anak berusaha memenuhi keinginan kebutuhannya tetapi dia tidak mempunyai uang
lalu dia mencuri atau cara-cara lainnya yang tidak disukai oleh lingkungan
masyarakatnya.
B.
KARAKTERISTIK ANAK-ANAK NAKAL
1). Fisik.
Bentuk tubuh
yang mesomorphic, otot yang kuat dan
kekar
2).
Temperament.
Extrovert, impulsive, restless, aggressive,
destructive.
3). Sikap.
Menolak
otoritas, tampak menyimpang, jahat.
4). Psikologis
Dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya cenderung tidak metodologis
(cenderung semrawut). Ekspresinya
cenderung langsung dan konkrit dari pada intelektual simbolik.
5). Sosio
cultural
Emosinya kurang lembut, kurang stabil, standar moralnya rendah.
C.
TIPE-TIPE PERILAKU KENAKALAN ANAK
Tipe-tipe
tindakan kenakalan sangat bervariasi mengikuti variasi budaya, variasi kondisi
sosial-ekonomi dan variasi yang lainnya. Tidak ada tipe kenakalan yg universal
untuk semua wilayah dan daerah. Dibawah ini hanya contoh sebagian saja dari
tipe-tipe tindakan kenakalan.
1). Kecenderungan serakah
Tindakan
kenakalan anak-anak mempunyai arah memuaskan kecenderungan serakahnya. Mencuri
yg dimulai dari lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, toko, dst. Mereka mencuri
beberapa barang yang mempunyai nilai emosional (sentimental) seperti
saputangan, cicncin, dsb. Pencu rian yg demikian merupakan tindakan melepaskan
ketegangan seksual dika langan remaja. Kadang-kadang mencuri berhubungan dengan
keirian (kecemburuan), kebencian atau agresi. Ada juga tindakan pencurian di kalangan
remaja merupakan tindakan solidaritas pada kelompoknya. Satu kelompok
beramai-ramai mencuri mangga tetangganya.
2).
Tindakan memalsu
Contoh tindakan
memalsu adalah memalsu tanda tangan dan tindakan memalsu yang lainnya. Kadangkala
memalsu tanda tangan temannya. Bahkan memalsu tanda tangan orang tuanya di
lembar cheques untuk mengambil uang
milik orangtuanya di bank.
3). Kecenderungan agresif
Ada
kecenderungan agresive dikalangan remaja. Salah satu contoh adalah vandalisme (merusak benda-benda yang ada
disekitarnya), menyerang secara fisik dan semacamnya.
Beberapa
contoh kekejaman mental.
a.
Perusakan barang-barang milik sekolah.
b.
Berlagak jagoan (Jawa : petentang-petenteng), mengejek, mengolok-olok,
c.
Penganiayaan pada binatang
d.
Melakukan bunuh diri
4). Kenakalan dibidang seks. Antara lain misalnya :
a).
Homoseksual (melakukan aktifitas
seksual terhadap sesama jenis
kelamin)
b). Melakukan hubungan seks (heterosexual)
c). Berkata-kata yang buruk
d). Prostitution (pelacuran)
e). Melarikan
perempuan dan memperkosa
f). Exhibitionisme
(menampakkan bagian tubuh/aurat)
g). Melakukan
perangsangan seksual terhadap lawan jenis kelamin. KNPI
(kissing,
necking, petting, instercourse)
h). Melakukan
onani (masturbation)
5). Kecenderungan
lari dari situasi
Kecenderungan ini ditandai dengan ketidak mampuan menghadapi realitas.
a)
Membolos sekolah
b)
Minggat dari rumah
D.
SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KENAKALAN ANAK
Terdapat
dua pandangan yang berbeda tentang penyebab timbulnya kenakalan anak-anak.
Pandangan pertama mengatakan bahwa penyebab kenakalan anak adalah factor
keturunan (heredity factor). Sedangkan pandangan yang kedua mengatakan bahwa
penyebab kenakalan anak adalah factor lingkungan.
Faktor Keturunan
Lombroso
(1836-1909) orang Itali yang meneliti sejumlah penjahat dan yang diteliti
adalah ciri-ciri fisiknya. Dia meyakini bahwa Penjahat dapat dikenali dari
ciri-ciri fisiknya seperti dagu yang kuat, rambut yang berlebih-lebihan, rahang
berbentuk segi empat-besar-kuat, terdapat sejumlah garis-garis kecil di telapak
tangan nya, gerakan matanya cepat, tulang pipi lebar-keluar. Lombroso berpendapat
bahwa penjahat itu diturunkan. Pengikut (aliran) Lombroso dikenal dengan
Lombrosianisme.
William Sheldon
dan Gluecks mengatakan ada hubungan antara type tubuh (badan) dengan kenakalan.
Type mesomorph terdapat lebih banyak
yang kriminal dari pada type ectomorph
& endomorph. Gluecks dalam bukunya Physique
and delinquency mengatakan bahwa faktor fisik dapat membedakan yang nakal
dan yang tidak nakal.
Healy dan
Bronner dalam penelitiannya terhadap delinquents
mengatakan bahwa 37 % delinquents mempunyai intelegensi sub-normal. Delinquents lebih banyak berasal dari mentally-handicapped daripada kelompok normal.
Faktor-faktor lingkungan
a)
Lingkungan rumah
Interaksi
dalam lingkungan keluarga merupakan interaksi yang face to face, sangat
intim/sangat hangat, sehingga lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang
berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian anak.
ü
Broken Home
Prosentasi
terbesar para delinquent children berasal dari keluarga yang broken home.
Penyebab broken home, antara lain;
i.
Kesulitan penyesuaian pernikahan/perkawinan
Terdapat ketidak cocokan antara suami istri. Mereka
tidak bisa bekerjasama. Kondisi semacam ini mempengaruhi poerkembangan
kesehatan mental anak. Anak cenderung menjadi nakal.
ii.
Ayah-ibu yang bekerja
Ayah dan ibu yang terlalu sibuk bekerja mengejar karir pekerjaan, waktu
& tenaganya tersita untuk pekerjaannya sehing ga perhatian pada anaknya
menjadi berkurang, anaknya kurang dibimbing. Anaknya cenderung menjadi nakal. Ada perkecualian bagi
ayah-ibu yang bekerja tetapi masih efektif membimbing anak nya maka anaknya
akan tumbuh-kembang menjadi anak yang baik. Kuncinya terletak pada efektifitas
bimbingan orangtua pada anaknya.\
ü
Kemiskinan
Karena
kemiskinan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, sehingga anak akan
cenderung nakal. Kondisi kemiskinan nyaris kekufuran (kenakalan). Meskipun
demikian tidak selalu anak yang nakal berasal dari keluarga miskin.
ü
Ketidakmampuan kedua orang tua
Jika kedua
orang tuanya baik secara fisik maupun secara mentalnya berkemampuan abnormal
(karena kecacatan), sehingga tidak mampu mengontrol perilaku anaknya maka
berke-mungkinan besar anaknya cenderung bertindak nakal.
ü
Displin yang rusak
Jika orangtua
tidak mempunyai kriteria disiplin yang baik, kadang terlalu keras dan kadang
terlalu lembek. Tipe disiplin yang demikian menciptakan konflik mental pada
diri anak. Jika orang tua sering bercekcok, sering bertengkar, sering minum (mabuk)
dihadapan anak atau sering mencela anak maka tindakan orangtua yang demikian
akan berpengaruh buruk pada anak.
ü
Kurangnya kasih sayang
Jika orangtua
menelantarkan (mengabaikan) anak, orangtua tidak ada perhatian pada anaknya
maka anak akan merasa tidak aman. Kondisi yang demikian sangat kondusif untuk
munculnya kenakalan anak.
ü
Perlakuan berat sebelah oleh orang tua
Perlakukan
orangtua yang berat sebelah pada anaknya maka menjadikan anaknya cenderung
berkembang perasaan antisosial.
ü
Ketegangan tak terucapkan
Kadangkala
dalam hubungan antar anggota keluarga terdapat ketegangan yang tak terucapkan.
Kondisi ketegangan yang demikian tidak memberikan kepuasan emosional pada anak.
Anak akan mencari kepuasan emosional di luar rumah. Jika nasibnya buruk maka
dia akan memperoleh teman yang akan mempengaruhi kenakalannya.
ü
Kurangnya hiburan di rumah
Jika di rumah
tidak difasilitasi aktifitas rekreasi maka anak akan cenderung memendam
perasaan terkurung dalam rumah. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang
mendorong munculnya kenakalan anak.
ü
Rendahnya kode moral keluarga
Salah satu
faktor penting yang mempengaruhi kenakalan anak adalah kode moral keluarga.
Jika anak tumbuh-kembang dalam kode moral keluarga yang buruk maka dia akan
cenderung berkembang ke tindakan anak yang nakal.
ü
Keluarga yang berjubel
Dikota besar
banyak keluarga yang berjubel dalam satu ruangan menjadikan anak mengetahui aktivitas
seksual secara sangat dini. Kondisi yang demikian menjadikan anak cenderung berkembang
menjadi nakal.
ü
Pembantu rumah tangga
Dikota besar,
khususnya keluarga yang status sosial-ekonominya tinggi maka anak hidup bersama
pembantu. Misalnya di jaman kerajaan ada kasus anak raja diajari berhubungan
seks dengan embok-embannya (perempuan
pengasuh anak raja). Ada
kemungkinan bahwa pembantu sebagai sumber kenakalan anak.
b)
Sekolah dan kenakalan anak
Sekolah adalah
lembaga yang penting setelah keluaraga yang diikuti bertanggung jawab terhadap
pembentukan anak
ü
Lokasi sekolah
Sekolah yang
berlokasi dekat kawasan industri, dekat kawasan gedung bioskop, dekat kawasan
supermarket maka jika anak berada di luar sekolah maka tidak ada yang
mengontrol aktifitas anak di luar sekolahnya.
ü
Kurangnya Disiplin sekolah
Jika di sekolah
tidak ada disiplin atau disiplin terlalu keras maka anak berkemungkinan besar
cenderung menjadi nakal.
ü
Suasana emosional sekolah
Suasana
emosional di sekolah berpengaruh besar pada kenakalan anak. Jika diantara guru,
diantara petugas tata usaha, antara guru dan petugas tata usaha, sebagian besar
mereka sering saling cek- cok, sering saling bertengkar dan murid-murid dipakai
sebagai ajang permainan politik mereka maka kondisi yang demikian merupakan suasana
emosional yang buruk bagi murid-murid. Jika sekolah dalam kondisi yang demikian
maka murid-muridnya berkemungkinan besar cenderung menjadi nakal.
ü
Perlakuan berat sebelah
Kadangkala guru
memiliki kelompok favorit. Kemudian kelompok yang lain membentuk kelompok tandingan.
Kadangkala terjadi pertengkaran antara kedua kelompok tersebut (kelompok
favorit dan kelompok tandingan) bisa berlangsung lama. Kondisi ini bisa sebagai
sumber kenakalan anak.
ü
Kurangnya permainan dan kurangnya perpustakaan
sekolah
Sekolah yang
tidak memiliki tempat bermain dan tidak memiliki perpustakaan akan cenderung
lebih banyak anak yang nakal.
ü
Kurangnya fasilitas sekolah
Sekolah yang
tidak memiliki fasilitas-fasilitas untuk beraktifitas para muridnya maka akan
cenderung memunculkan kenakalan anak.
ü
Sistem kasta di sekolah
Sekolah yang
menggunakan sistem kasta maka akan cenderung memunculkan pertengkaran.
ü
Kurangnya bimbingan
Sekolah yang
tidak memiliki guru khusus BK (bimbingan dan konseling) atau tidak ada guru
yang berfungsi (bertindak) sebagai guru BK maka ada kecenderungan akan menghasilkan
prosentasi yang tinggi anak nakal.
ü
Kurang memberikan kebutuhan anak
Sekolah kurang
memasukkan kebutuhan anak dalam aktifitas kurikuler sehingga anak menjadi frustrasi. Frustrasi mereka berkemungkinan besar bisa
memunculkan tindakan anti sosial.
ü
Kurikulum yang buruk
Kurikulum yang
buruk adalah juga salah satu faktor penunjang munculnya kenakalan anak.
c) Masyarakat
dan kenakalan anak.
Lingkungan
sosial (masyarakat) juga mempunyai peranan yang besar dalam menunjang munculnya
kenakalan anak. Dibawah ini beberapa faktor yang menunjang munculnya kenakalan
anak.
ü Favouritism.
Anak
yang dari kelas sosial tertentu (anak kongklomerat, anak pejabat, anak orang
penting lainnya) tampak lebih favorit. Kondisi semacam ini dapat merangsang
munculnya kenakalan anak.
ü
Konflik antar kelas sosial dalam masyarakat)
ü Tension in time of war, partition, and other
naturalcalamity.
Ketika
ada perang, bencana alam maka muncul ketegangan. Kondisi ketegangan ini
berkemungkinan besar kenakalan anak meningkat tinggi
E.
PENCEGAHAN
KENAKALAN ANAK
Pencegahan bisa
dilakukan dengan cara mengembangkan kerjasama di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat. Misalnya kerjasama di rumah maka seluruh anggota keluarga diharapkan
dapat membantu membangun sikap, kebiasaan, sistim nilai pada anak. Sebagian besar
kenakalan anak disebabkan karena penanganan yang salah dari orangtuanya.
Misalnya orangtua yang terlalu sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai cukup
waktu untuk memperhatikan anaknya. Fungsi orangtua diambil alih oleh pembantu
rumah tangga atau social worker meskipun
anak diberi fasilitas rekreasi, bimbingan individual dan suasana aman namun
fungsi orangtua tidak digantikan seratus persen.
Walter dan Erikson (1969) memberikan
contoh bahwa sekolah dapat mencegah munculnya kenakalan anak dengan cara sbb :
1). Menciptakan suasana emosional di sekolah.
Di sekolah perlu diciptakan
suasana emosional yang baik dan dijauhkan dari adanya ketegangan-ketegangan
emosional
2). Sekolah perlu memberikan
fasilitas untuk aktifitas kurikuler.
3). Para
guru dianjurkan untuk berperilaku yang baik agar bisa ditiru (dicontoh) oleh
anak-anak.
4). Perlu disusun kurikulum yang sesuai.
Minat dan kebutuhan anak
sebaiknya dimasukkan ke dalam kurikulum.
5). Perlu dibentuk perpustakaan sekolah yang dilengkapi dengan buku
-buku yang menarik bagi anak-anak dan perlu diciptakan suasana yang memungkinkan
terjadinya kebiasaan membaca bagi anak-anak.
F.
TERAPI ANAK-ANAK NAKAL
Terapi kenakalan anak antara lain
dengan cara reedukasi, abreaction, persuasi, sugesti, terapi lingkungan,
modifikasi perilaku.
a). Reedukasi
Anak diberi informasi tentang
problem-problem yang sering di hadapi anak misalnya masalah hubungan dalam
keluarga, masalah pergaulan, masalah sex, dst.
b).
Abreaction
Abreaction
artinya memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan keterkurungannya,
penyembunyian emotional-feeling-nya
dengan memakai assosiasi bebas melalui diskusi. Konselor bertindak menjadi
figur orangtua yang dipercaya anak. Selain assosiasi bebas tehnik lain (psychodrama atau play techniques) boleh digunakan.
c). Persuasi
(pembujukan)
Konselor
membujuk anak nakal agar dimasa mendatang tidak melakukan kenakalan lagi.
d). Sugesti
Kita
setuju bahwa setiap orang bisa disugesti. Usia anak-anak akan lebih mudah
disugesti dari pada usia dewasa. Sugesti disini diberikan untuk menguatkan super ego anak-anak nakal. Super
ego ini berfungsi sebagai rambu-rambu terhadap tindakan kenakalanya.
e). Terapi
lingkungan
Terapi lingkungan
biasanya dilakukan untuk memperbaiki lingkungan rumah, lingkungan sekolah dsb.
Orangtua disarankan untuk merubah sikap & perilaku mereka. Sikap dan
perilaku orangtua yang berubah akan menghasilkan perubahan lingkungan sosial,
lingkungan keluarga yang berubah menjadi baru bagi anak sehingga anak akan
memulai hidupnya yang baru yang lebih segar.
f). Memodifikasi perilaku
Anak nakal itu
tidak dilahirkan tetapi produk (bentukan) dari pengaruh lingkungan sosialnya.
Oleh karena itu perilaku anti sosial dapat dipelajari kembali dengan perilaku
yang baru yang tidak anti sosial. Anak dapat belajar kembali berperilaku yang
dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Beberapa tehnik memodifikasi perilau
antara lain :
(1) Menentukan perilaku yang
diinginkan
(2) Memastikan penguat yang paling efektif (Misalnya uang, kendaraan, pakaian, makanan atau lainnya).
(3) Memastikan lakon perilaku subyek masa lalu dan lakon perilaku
subyek masa sekarang (masa lalu untuk memperoleh penguat maka dilakukan dangan
cara mencuri, masa mendatang untuk memperoleh penguat maka perlu dilakukan
dangan cara bekerja)
(4) Aplikasi modifikasi lakon sesuai dengan hasilnya (menginginkan
ken daraan dengan cara mencuri jika tertangkap bisa dihajar masa atau masuk
penjara, tetapi jika dengan bekerja maka gajinga bisa dipakai untuk mengangsur
kridit kendaraan)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anak-anak yang melanggar norma
social dan anti social bias dikatakan sebagai anak-anak nakal (delinquent
children). Tipe-tipe kenakalan anak sangat bervariasi kondisi sosisl-ekonomi
dan variasi budaya, sehingga tidak ada kenakalan yang universal untuk semua
daerah/wilayah.
Kenakalan pada anak-anak dapat
dicegah dengan cara mengembangkan kerjasama di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat. Tidak hanya pencegahan namun juga dapat dilakukan terapi kepada
anak-anak nakal (delinquent children). Terapi kenakalan pada anak-anak nakal
antara lain dengan cara; reedukasi, abreaction, persuasi, sugesti, terapi
lingkungan, modifikasi perilaku.
Baik pada pencegahan ataupun
terapi anak-anak nakal (delinquent children) sangat diperlukan peran dan
kerjasama yang seimbang baik di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Antara
ketiga aspek tersebut harus saling mendukung dan tidak boleh bertentangan
antara satu sama lainya. Sehingga anak-anak dapat mengekspresikan emosi dan
keterkuranganya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abroza, Asyhadi. Psikologi Pendidikan I. Semarang: Fak.
Psikologi Univ. Diponegoro
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Ed.1, Cet.16.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Harton, Paul B & Chester L.
Hunt. 1984. Sosiologi. Jil.1, Ed.6. Jakarta:
PT. Gelora Aksara Pratama
0 komentar:
Posting Komentar