·
Pengertian Kelompok dan Individu
Individu berasal dari kata individium (Bahasa
Latin) yang berarti satuan terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu
dalam konsep sosiologi berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu
sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh
kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. 1. Raga,
merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu
yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama 2. Rasa,
merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda
isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan 3. Rasio atau akal
pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi
segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk
mencerna apa yang diterima oleh panca indera. 4. Rukun atau pergaulan hidup,
merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama
lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat
membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut
masyarakat.
Kelompok diartikan
sebagai setiap kumpulan manusia secara fisik. Dalam hal ini kelompok tidak
memiliki ikatan kebersamaan apa-apa, kecuali jarak fisik yang dekat. Kumpulan
manusia seperti ini disebut sebagai agregasi atau kolektivitas.
Pengertian yang
kedua, kelompok ialah sejumlah orang yang memiliki persamaan ciri-ciri
tertentu. Misalnya, para orang tua, para mahasiswa, dan para pekerja. Selain
pengertian tersebut, kelompok juga didefinisikan sebagai sejumlah orang yang
memiliki pola interaksi yang terorganisasi dan terjadi secara berulang-ulang.
Batasan ini tidak mencakup segenap pertemuan yang terjadi secara kebetulan dan
bersifat sementara, tetapi setiap bentuk hubungan kolektif antar beberapa orang
yang berinteraksi berulang-ulang menurut pola-pola kegiatan dan jaringan
hubungan tertentu. Selain itu, kelompok juga diartikan sebagai kumpulan orang
yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa kelompok merupakan kumpulan beberapa orang yang memiliki
persamaan ciri tertentu, memiliki pola interaksi yang terorganisasi, dan saling
berinteraksi.
·
Bentuk-Bentuk Kelompok
1. Kelompok
Sendiri (In-groups)
Kelompok
sendiri merupakan kelompok “saya” dimana seorang individu berada didalamnya.
Misalya keluarga saya merupakan kelompok sendiri dimana saya masuk dalam
keluarga. Ada juga jenis kelaminku, profesiku, gerejaku, dan bangsaku.
2. Kelompok
Luar (Out-groups)
Kelompok luar
merupakan suatu kelompok dimana “saya” sebagai individu tidak termasuk didalam
kelompok tersebut. Misalnya warga negara Indonesia merupakan kelompok luar bagi
orang Inggris yang tidak merupakan warga negara Indonesia. Selain itu kelompok
laki-laki merupakan kelompok luar bagi wanita.
Sebagai
contoh :
Dalam masyarakat
primitif hubungan keluarga atau marga menentukan kelompok sendiri dan kelompok
luar. Sedangkan dalam masyarakat modern penentuan kelompok luar atau kelompok
sendiri dapat bervariasi. Terkadang seseorang dapat termasuk dalam kelompok
sendiri tapi suatu waktu orang tersebut dapat menjadi kelompok luar. Misalnya dalam
kampus, mahasisiwa baru dianggap kelompok luar oleh mahasiswa lama namun saat
menonton suatu pertandingan mahasiswa baru dapat dianggap sebagai kelompok
sendiri oleh mahasiswa lama karena sebagai kesatuan penonton pertandingan.
Ø
Jarak Sosial
Konsep jarak sosial
(sosial distance ) merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengukur kadar
kedekatan atau penerimaan yang kita rasakan terhadap kelompok lain. Menerangkan
tingkat kedekatan antara semua bentuk kelompok. Hal ini didasari karena
keterlibatan kita dalam beberapa kelompok tidak sama kadarnya. Misalnya ketika
kita mengikuti beberapa unit kegiatan mahasiswa di kampus kita belum tentu bisa
membagi konsentrasi atau perhatian sama rata disemua UKM yang kita ikuti, pasti
kita akan merasa lebih dekat dengan salah satu UKM yang kita pilih.
Ø
Kelompok Acuan (Reference Group)
Merupakan
kelompok yang kita anggap penting dan kita gunakan sebagai model meskipun kita
bukanlah bagian dari kelompok itu.
·
Stereotip
Ø Stereotip adalah pandangan umum suatu kelompok tentang
kelompok lainnya atau tentang sejumlah orang.
Ø Stereotip bisa bersifat :
1.
Negative,
misalnya politikus yang tidak berprinsip.
2.
Positif,
misalnya tentang dokter keluarga yang baik hati dan penuh pengabdian.
3. Campuran
dari negative dan positif, misalnya guru wanita yang menjadi perawan tua,
cerewet, tidak romantic,tetapi penuh pengabdian.
Ø Asal mula timbulnya stereotip tidak di ketahui .
Stereotip pernah menjadi bagian dari kebudayaan yang di pertahankan melalui:
1. Persepsi
selektif : memandang peristiwa atau hal hal yang umum tetapi tidak
memperhatikan dan memahami pengecualian
2. Interpretasi
selektif : penafsiran pengamatan dari sudut stereotif .Contoh orang batak galak
dan agresif
3.
Pengecualian
selektif : “dia sama sekali tidak tampak sebagai seorang jawa”
Ø Steriotip memungkinkan kita melakukan penilaian sepihak ,
yang selalu menganggap kelompok kita baik dan kelompok lain buruk
Ø Stereotip merupakan bahan baku untuk humor (lelucon)
etnik.
Ø Stereotip merupakan alat dasar dalam perdebatan politik.
Sering kali kemenangan politik disebabkan oleh penekanan terhadap gambaran
stereotip lawan yang buruk.
Ø Stereotip dianggap penting karena orang memperlakukan
para anggota kelompok lainnya berdasarkan gambaran stereotip tentang k elompok
itu.
Ø Stereotip juga mempengaruhi perilaku orang orang yang di
stereotipkan.
·
Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Kelompok primer merupakan suatu kelompok di mana kita
dapat mengenal orang lain sebagai suatu pribadi secara akrab. Hal tersebut kita
lakukan melalui hubungan sosial yang bersifat informal, akrab, personal, dan
total yang mencakup banyak aspek dari pengalaman hidup seseorang. Di dalam
kelompok primer, seperti keluarga, klik, atau sejumlah sahabat, hubungan sosial
cenderung bersifat santai. Para anggota kelompok seperti itu saling tertarik
satu sama lainnya sebagai suatu pribadi. Mereka menyatakan harapan-harapan dan
kecemasan-kecemasan, berbagai pengalaman, memperguncingkan gosip senang, dan
saling memenuhi kebutuhan akan kekaraban persahabatan.
Kelompok
primer haruslah kecil jika semua anggotanya ingin berhubungan satu sama lainnya
secara akrab, sedangkan besar kecilnya kelompok sekunder tidak terikat. Di
dalam kelompok sekunder hubungan sosial bersifat formal, impersonal, dan
segmental (berpisah-pisah), serta di dasarkan pada azas manfaat (utilitarian).
Seseorang tidak berurusan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi
sebagai orang yang berfungsi dalam melalukan
suatu peran.
Sedangkan
kualitas pribadi tidak penting, yang dianggap penting adalah cara kerjanya.
Hanya aspek atau bagian dari keseluruhan kepribadian yang terlibat dalam
menjalankan peran. Kelompok sekunder dapat saja berbentuk serikat kerja, mitra
dagang, klub pecinta alam, persatuan orang tua murid dan guru, atau hanya terdiri dari dua orang individu
yang saling tawar-menawar secara singkat di depan loket pembayaran toko.
Kelompok ini lahir untuk memenuhi tujuan khusus yang terbatas, yang hanya
melibatkan sebagian dari kepribadian para anggotanya.
Istilah
primer dan sekunder menggambarkan tipe hubungan dan tidak mengandung pengertian
bahwa kelompok yang satu lebih baik daripad kelompok lainnya. Efisiensi kerja
kelompok primer dalam menjalankan kewajibannya tidak memperoleh penilaian
setinggi penilaian emosional yang diberikan kelompok ini kepada para
anggotanya. Kelompok primer dinilai dari kemampuanya untuk memberikan reaksi
manusiawi yang memuaskan, sementara kelompok sekunder dinilai dari kemampuannya
untuk melakukan tugas mencapai tujuan. Singkatnya kelompok primer berorientasi
pada hubungan, sementara kelompok sekunder berorienrasi pada tujuan.
Kelompok primer dan
kelompok sekunder dianggap penting karena perasaan dan perilaku merupakan dua
hal yang berbeda. Dalam kelompok primerlah kepribadian seseorang dibentuk,
karena dalam kelompok primer sesorang menemukan keakraban, rasa simpati, dan
rasa kebersamaan. Dalam kelompok sekunder seseorang menemukan cara yang efektif
untuk mencapai tujuan tertentu, walaupun seringkali cara itu mengorbankan hati
orang kecil itu.
·
Kelompok Satuan Tugas
Kelompok satuan tugas (kelompok yang berorientasi pada
tugas) merupakan kelompok kecil yang dibentuk untuk menangani suatu atau
sejumlah pekerjaan (Nixon, 1979, hal 18). Misalnya tim kerja, panitia, dan
kelompok regu yang banyak bentuknya termasuk dalam kategori kelompok satuan
tugas.
Kelompok satuan tugas menyerupai kelompok primer dalam
segi jumlah anggotanya yang kecil, karena hanya kelompok kecil sajalah yang
merupakan unit kerja yang efisien. Dalam hal interaksi kelompok satumuka dan
tugas juga menyerupai kelompok primer yang berciri khas tatap dan informal.
Dalam hal ini kontak-kontak kelompok satuan tugas
bersifat impersonal, segmental, dan didasarkan pada kegunaan. Para anggota
kelompok satuan tugas tidak tertarik satu sama lainnya sebagai suatu pribadi
dan tidak memperhatikan keselutuhan
pribadi seseorang. Mereka semata-mata hanya tertarik pada penanganan
tugas dalam kelompok satuan tugas itu saja.
·
Paguyuban dan Patembayan
Konsep paguyuban (gemeinschaft) dan patembayatan
(gesellschaft) merupakan konsep yang kurang lebih sama dengan konsep kelompok
primer dan kelompok sekunder. Kedua istilah tersebut secara umum dapat
diterjemahkan sebagai “komunitas” (community) dan “masyarakat” (society).
Paguyuban adalah sebuah sistem social yang kebanyakan
jalinan hubungan bersifat personal (pribadi) atau tradisional , dan seringkali
memliki kedua cirri tersebut. Contohnya, tanah wilayah feudal, sebuah komunitas
kecil yang diisatukan oleh ikatan yang merupakan gabungan antara hubungan
pribadi dengan kewajiban status. Walaupun terdapat perbedaan yang besar,
penguasa wilayah yang disenangi oleh para bawahannya, karena kewajiban mereka
terhadap sang penguasa diimbangi oleh adanya kewajiban sang penguasa untuk
menjamin kesejahteraan mereka.
Dalam konsep sistem patembayatan, masyarakat tradisional
digantikan oleh masyarakat kontrak.
Dalam masyarakat ini , baik ikatan pribadi , hak-hak tradisional, maupun
tugas-tugas, tidaklah penting . Hubungan antar manusia ditentukan oleh proses
tawar menawar, yang kemudian dituangkan ke dalam perjanjian tertulis. Etika
perilaku, yang dierima secara umum, sebagian besar digantikan oleh perhitungan
untung rugi yang rasional atau “berdarah dingin”. Kelompk patembayatan tersebar
luas di kota-kota metropolitan modern.
Beberapa ciri
perbedaan antara hubungan paguyuban dan hubungan patembayatan diringkaskan
dalam perbandingan dibawah ini :
Hubungan
paguyuban
|
Hubungan
Patembayatan
|
Personal
|
Impersonal
|
Informal
|
Formal,
kontraktual
|
Tradisional
|
Utilitarian
|
Sentimental
|
Realistis
|
Umum
|
Khusus
|
Jadi, dalam
masyarakat paguyuban hubungan kelompok primer bersifat dominan , sementara
dalam masyarakat patembayatan yang
dianggap penting adalah hubungan kelompok sekunder.
·
Kecenderungan Kelompok Sekunder
Meskipun ikatan perasaan dan emosi kita terpusat dalam
kelompok primer, namun kecenderungan modern kearah masyarakat patembayan, yang
ditopang oleh kelompok-kelompok sekunder, merupakan sesuatu yang tidak dapat dibendung.
Kerajaan-kerajaan feudal kecil di Eropa telah melahirkan
pemerintahan-pemerintahan nasional. Keakraban antara majikan dengan pekerja di
bengkel kelompok telah menjelma menjadi perusahaan raksasa yang mempekerjakan
ribuan orang. Penduduk telah berpindah dari desa ke kota kecil dan besar, serta
orang yang sepanjang hidupnya hanya menetap dikampung sudah jarang ditemukan.
Masyarakat
kota yang industrialis telah merusak kelompok primer sekurang-kurangnya dalam
dua segi. Pertama, masyarakat kota
telah meningkatkan proporsi relative hubungan kelompok sekunder, karena
kegiatan demi kegiatan diambil alih dari kelompok primer, lalu dianggap sebagai
fungsi dari kelompok sekunder. Kedua, asosiasi-asosiasi
kelompok primer yang masih ada, kehidupannya tergantung pada kepentingan
pemenuhan kebutuhan kelompok sekunder. Perubahan-perubahan dalam bidang
industry dapat saja membuat pencari nafkah hidup berpindah-pindah; dengan
demikian mengacaukan asosiasi setempat. Depresi ekonomi berkepanjangan, sebagai
akibat penyalahgunaan hubungan sekunder, dapat mengurangi kemampuan orang tua
untuk memperoleh pendapatan. Keadaan itu juga memunginkan digantinya pelaksana
administrasi yang dibebas-tugaskan sebagai symbol otoritas.
Kepentingan militer dapat memisahkan seseorang dengan
keluarganya, karena ia dikirim ketempat lain. Keluarga pekerja harus
menyesuaikan diri dengan jadwal jam kerja yang oleh perusahaan dianggap
menguntungkan. Perundingan antara serikat kerja dengan pihak perusahaan dapat
menciptakan perubahan pekerjaan, yang memisah-misahkan kelompok-kelompok primer
informal yang terbentul semasa kerja. “Sekolah kecil” di mana sekelompok kecil
anak-anak dan seorang guru membentuk kelompok primer yang akrab, dan telah
berlangsung bertahun-tahun, diganti dengan sekolah gabungan yang menyerap
ratusan anak dari berbagai wilayah, anak-anak itu dipindahkan dari kelas satu
ke kelas lain, dibawah asuhan guru satu ke guru yang lain.
Betapa
banyak kelompok primer yang telah menjadi unit-unit sementara dan selalu
berubah, kelompok primer itu disisihkan oleh kebutuhan-kebutuhan masyarakat
patembayan yang selalu berubah.
·
Sumbangsih Sistem Patembayan
Sumbangsih dari
patembayan antara lain adanya efisiensi dari organisasi-organisasi besar yang impersonal, dimana pertimbangan yang
berdasarkan perasaan dikalahkan oleh kepentingan praktis. Selain itu,
perkembangan sistem patembayan beserta sistem pembagian kerjanya tidak saja
memberi keuntungan material. Perubahan tersebut membuka saluran kesempatan dan
spesialisasi fungsi, serta membuka juga kesempatan lebih besar untuk
mengembangkan keahlian orang, terlepas dari kenyataan bahwa hal tersebut
mengkotak-kotakkan masyarakat.
Masyarakat
didominasi oleh kelompok sekunder yang mampu merintis jalan untuk berbagai
karir yang khusus. Kelompok sekunder juga memiliki kecenderungan untuk
memaksakan pola konformalitas terhadap para anggotanya.
Kelompok Sekunder
menawarkan keseimbangan-balik (counterbalance) terhadap sikap purbasangka dan
sikap mementingkan daerah sendiri. Karena jangkauan kelompok sekunder lebih
luas, maka hal tersebut memaksa orang untuk memiliki perspektif yang lebih luas
pula. Perbedaan sikap itu dapat terlihat dalam kecenderungan
organisasi-organisasi keagamaan yang bergerak pada tingkat nasional dan
internasional, untuk mengembangkan pemikiran yang mungkin tidak disenangi oleh
kongregasi lokal.
Organisasi nasional
yang bersiafat Universalistis yakni,
organisasi itu dituntun oleh pandangan, kepentingan, dan nilai-nilai nasional.
Organisasi yang bersifat Universalistis dapat melahirkan kebijakan sosial yang
lebih manusiawi sebagaimana yang tampak dalam masalah hak pilih. Namun,
kadangkala organisasi yang bersifat universalistis itu menyebabkan timbulnya
penekanan dan tindakan yang tidak berperikemanusiaan.
Organisasi lokal cenderung Partikularis, yakni kelompok dan
organisasi tersebut dituntun oleh pandangan, kepentingan, dan nilai-nilai
lokal.
·
Kebarlangsungan Kelompok Primer
Kelompok Primer Utama, terdiri dari :
Ø
Klik (salah
satu bentuk kelompok sendiri)
Adalah kelompok
kecil dari orang-orang yang saling akrabdan memiliki perasaan keolmpok sendiri (in group) yang kuat, serta
di dasarkan pada sentiment dan minat yang sama.
Ø
Keluarga
Pada kenyataannya,
kelompok sekunder tidak menggantikan kelompok primer. Kelompok primer utama
(klik dan keluarga) justru berperan semakin penting dibandingkan masa lalu.
Hampir setiap
kelompok sekunder memiliki sejumlah besar klik yang memberikan keintiman
personal dalam organisasi besar yang bersifat impersonal.
Keluarga dewasa
ini, semakin kurang diarahkan ke pencapaian tujuan yang berkaitan dengan
pekerjaan, tetapi lebih memperhatikan hubungan manusiawi nya saja. Dimana
keluarga merupakan kelompok keakraban dan merupakan bukti nyata adanya keberlangsungan kelompok primer. Sedangkan
masa lalu keluarga lebih merupakan kelompok pekerja yang menekan secara keras.
Kelompok primer tetap berkelanjutan dalam dunia yang di dominasi oleh kelompok sekunder,
karena adanya kebutuhan manusia akan asosiasi yang akrab dan simpatik.
Beberapa penelitian
menunjukan :
1.
Adanya
kebutuhan manusia, akan kasih sayang dan reaksi yang akrab.
2.
Kesepian,
isolasi, dan putusnya hubungan manusiawi yang pernah terjalin merupakan
penyebab dari penyakit dan kematian kita (Lynch 1997).
3.
Berdasarkan
7000 orang dewasa, ditemukan bahwa orang yang memiliki “ jaringan sosial”, yang
terdiri dari sanak keluarga dan teman, memiliki kemungkinan meninggal yang
lebih kecil ( Berkman, 1980).
4.
Kepemilikan
hewan kesayangan dikaitkan dengan dengan umur panjang. Meskipun belum diketahui
hubungan tersebut bersifat kausatif atau selektif (Curtis 1982)
Kebanyakan orang
tidak mampu berfungsi secara baik apabila mereka tidakktermasuk kedalam suatu
kelompok kecil, yang benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada diri
mereka.
Manakala orang
dipisahkan dari keluarga dan teman-temannya, kemudian dimasukan kedalam
kelompok besar yang impersonal dan asing, mereka akan merasakan betapa
besarnya, kebutuhan akan kelompok primer, demikian itu sehingga mereka segera
membentuknya.
·
Kelompok Primer dalam Kelompok Sekunder
Jika kita mengklasifikasikan kelompok primer dan kelompok
sekunder tentunya akan berbeda. Beberapa kelompok primer yaitu seperti keluarga, klik, gang (di baca
geng). Sedangkan kelompok sekunder itu seperti kelompok angkatan bersenjata,
perusahaan, dan pemerintah nasional. Kedua kelompok tersebut akan saling
berpengaruh satu sama lain. Pengaruh kelompok primer dalam hal pekerjaan dapat
di contohkan seperti pada halnya kebijakan pemberian tunjangan. Yang dimaksud
adalah untuk merangsang pekerja agar dapat menghasilkan produk yang lebih
banyak.
Didasari dengan pemikiran seperti itu akan banyak pekerja
yang bekerja lebih giat jika imbalan yang di berikan setara dengan hasil
kerjanya. Hal tersebut justru akan menghancurkan kelompok primer. Karena dengan
begitu pekerja bukannya bekerja sebagai satuan kelompok yang beranggotakan
orang orang yang statusnya sama. Melainkan akan saling bersaing dan berusaha
mengalahkan pekerja lain.
Tetapi jika pekerja melakukan pekerjaannya
berdasarnya kelompok primer, mereka akan bekerja bersama sama untuk kemajuan
perusahaan dengan hasil tunjangan yang sama. Jadi memang harus sebaiknya
kelompok primer tetap selalu ada dalam dunia yang di dominasi oleh kelompok
sekunder. Melainkan tetap harus keduanya setara atau seimbang agar keduanya
tetap berjalan lurus.
·
Dinamika Kelompok
Kelompok adalah
sesuatu yang nyata, dan bukan sekedar kumpulan manusia.
Dinamika kelompok
(group dynamics) merupakan studi ilmiah yang menyangkut interaksi dalam
kelompok-kelompok kecil. Kelompok disini misalnya yaitu kelompok
pemecah-masalah yang kecil. Dalam kelompok ini akan terjadi interaksi yang
bertujuan untuk mencari suatu jalan keluar bagi masalah yang dihadapi. Ada 3
tahap dalam proses pemecahan masalah, yaitu:
1.
Tahap
orientasi, dimana para anggota saling bertanya dan memberi informasi.
2.
Tahap
evaluasi, para anggota membahas informasi yang telah didapat sebelumnya.
3.
Tahap
kontrol, yaitu para anggota menyarankan jalan keluar, mencapai kesimpulan.
Metode ini
merupakan salah satu upaya awal yang mencoba mengamati secara sistematis
perilaku kelompok, kemudian merencanakan atau membuat diagram dari perilaku
kelompok tersebut [Bales, 1950; Bales dan Strodtbeck, 1951].
Selain itu terdapat
beberapa pola yang digunakan dalam mengatur beberapa kelompok, yang
masing-masing terdiri dari lima orang, seperti pola lingkaran, pola rantai,
pola Y, dan pola roda. Dalam pola berbentuk lingkaran, setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada pola ini tidak
ada seorang pun yang berperan sebagai pemimpin. Hal ini menyebabkan kepuasan
anggota terhadap situasi kelompok menunjukkan taraf tertinggi.
Sedangkan pada
pola-pola lain, terdapat seseorang yang berada di tengah yang memiliki kesempatan
terbanyak untuk berkomunikasi, sedang yang lainnya hanya memiliki kesempatan
terbatas. Hal ini menyebabkan kadar produktivitas lebih tinggi namun taraf
kepuasan kelompok lebih rendah.
Semua kelompok
mempunyai struktur. Struktur itu merupakan jaringan hubungan dan pola-pola
komunikasi di kalangan anggota kelompok. Misalnya, beberapa anggota kelompok
sangat disenangi, sedang yang lainnya kurang disenangi. Sosiogram : gambar dari
struktur kelompok. Sosiometri : bidang keahlian psikologi yang mempelajari, mengukur,
dan membuat diagram hubungan sosial yang ada pada kelompok-kelompok kecil.
·
Asosiasi Sukarela
Asosiasi sukarela
merupakan bentuk organisasi formal di mana keanggotaanya bersifat sukarela.
Bagi banyak orang, asosiasi sukarela sering digunakan untuk mengisi waktu
luang.
Ciri-ciri struktural :
1.
Memiliki
keanggotaan yang bersifat sukarela
2.
Anggaran
dasar sederhana
3.
Peraturan
atau tata cara yang sangat mudah disesuaikan
4.
Aspek
– aspek informal sangat mengalahkan aspek – aspek formal
5.
Proses
pelaksanaan kegiatan tidak jelas dan tidak mengikat atau hanya menurut selera
pribadi
6.
Jika
asosiasi hanya memiliki sedikit anggota dan kesepakatan umum menyangkut tujuan
sederhana, maka asosiasi itu bersifat sangat efisien
7.
Jika
jumlah asosiasi besar dan tersebar di berbagai tempat, serta tujuannya dan
kebijakannya bersifat kontroversial, sehingga lebih formal dan ketat.
Fungsi Asosiasi Sukarela :
1.
Penyaluran
minat pribadi
Bagi mereka yang
memiliki minat yang tidak miliki orang pada umumnya, dan ingin menyalurkannya
maka, jalan keluar yang bisa melalui asosiasi sukarela. Berbagai asosiasi
sukarela menciptakan semacam pluralism kebudayaan. Asosiasi sukarela
memungkinkan kaum minoritas untuk mencapai tujuannya, tanpa dihalangi para kaum
mayoritas.
2.
Alat
uji-coba bagi program sosial
Kebanyakan program
kesejahteraan pada Negara modern lahir dari asosiasi sukarela, yang menunjukkan
adanya kebutuhan sosial, serta mendidik masyarakat sampai pada tahap di mana
mereka merasakan betapa perlunya tanggung jawab itu dibebankan kepada masyarakat.
3.
Struktur
untuk melanjutkan program pelayanan
4.
Saluran
bagi kegiatan politik
Asosiasi sukarela memungkinkan warga Negara sipil untuk
ikut berpartisipasi dalam menentukan keputusan-keputusan sosial yang penting.
·
Struktur Untuk Melanjutkan Program Pelayanan
Manakala sosial, yang dirintis oleh asosiasi sukarela,
memperoleh bantuan atau dukungan dari pemerintah, maka pada umumnya pelayanan
semacam itu semkin banyakan memperoleh bantuan dana dan semakin banyak tersedia
bagi masyarakat.
Di lain pihak hal
tersebut juga cenderung dapat melemahkan pelayanan sosial sukarela, karena
diganti dengan progam-program pelayanan yang lebih birokratis, impersonal,
ketat, diatur berbelit-belit, dan mahal. Terlepas dari itu, asosiasi sukarela
terus memberikan pelayanan sosial. Misalnya, organisasi Bala Keselamatan
(Salvation Army) tetap menampung orang-orang yang tidak mempunyai tempat
tinggal, organisasi Palang Merah tetap memberikan bantuan pengobatan, Gereja
tetap membuka dapur umum, dan banyak pelayanan sosial lainnya. Tidak ada
satupun negara yang memiliki jumlah layanan sosial sukarela sebanyak yang
dimiliki oleh Amerika Serikat.
·
Partisipasi Dalam Asosiasi Sukarela
Meskipun asosiasi
sukarela merupakan sarana bagi para individu untuk meningkatkan kekuatan sosial
mereka dengan cara mempersatukannya, namun sarana tersebut hanya dapat
digunakan oleh sejumlah orang tertentu. Orang-orang dari kalangan kelas sosial
atas dan menengah lebih berkemungkinan memasuki aosiasi sukarela dibandingkan
dengan orang-orang dari kalangan kelas sosial bawah.
Smitt dan Freedman
(1972, hal 154) meringkaskan kenyataan tersebut sebagai berikut: “ Semua karya
menyangkut masalah partisipasi mengarah ke satu kesimpulan. Status sosial
ekonomi yang lemah sangat berkorelasi dengan tingkat partisipasi yang rendah,
bahkan dengan tingkat kedudukan kepemimpinan yang rendah dalam organisasi.”
Kebanyakan asosiasi
sukarela terbatas untuk kelas sosial tertentu. Ini berarti bahwa kebanyakan
anggota sebuah asosiasi memiliki latar belakang kelas sosial yang sama.
·
Kelompok Pengobatan Diri Sendiri (Therapeutic Self-Help
Groups)
Kelompok pengobatan
diri sendiri mengubah orang dari korban tidak berdaya menjadi orang yang mampu
mengendalikan hidupnya. Kelompok-kelompok semacam itu mengakhiri keterpencilan
seseorang dan memberikan kesadaran bahwa
orang lain, yang mengalami persoalan yang sama ternyata mampu berhasil
mengatasi masalahnya. Orang itu tidak akan menjadi seorang korban kesepian dari
watak yang lemah, atau keadaan buruk tertentu yang berakhir dengan kehancuran.
Sebaliknya, orang itu adalah salah seorang di antara sekian banyak orang yang
dapat dibantu oleh kelompok.
0 komentar:
Posting Komentar